• Rab. Mar 19th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah

ByAdmin

Jun 15, 2024
Protestors chant slogans outside a McDonald's restaurant during a march in support of Palestinians in Gaza and to mark the 76th anniversary of the Nakba, in Beirut, Lebanon May 15, 2024. REUTERS/Mohamed Azakir
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com   Pada pertengahan tahun 2024, dinamika politik dan sosial di Timur Tengah mencapai titik yang memunculkan tantangan serius bagi perusahaan-perusahaan besar Amerika. Konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Palestina, khususnya di Jalur Gaza, telah memicu gelombang kemarahan dan protes di seluruh kawasan. Perusahaan-perusahaan seperti Starbucks dan McDonald’s menjadi sasaran boikot besar-besaran yang dilancarkan oleh aktivis pro-Palestina. Tuduhan bahwa perusahaan-perusahaan ini mendukung Israel telah merusak citra mereka dan berdampak signifikan pada pendapatan mereka di wilayah tersebut.

Perang di Jalur Gaza yang meletus pada Oktober 2023 telah memasuki bulan kesembilan, meninggalkan jejak kehancuran yang luas dan kematian yang menghantui. Menurut Kementerian Kesehatan Hamas, lebih dari 37.000 orang telah tewas akibat konflik ini. Dukungan tanpa syarat Amerika Serikat terhadap Israel, terutama dalam perang melawan Hamas, telah memperburuk kemarahan di kalangan warga Palestina dan simpatisan mereka di seluruh Timur Tengah. Dalam konteks ini, berbagai merek Amerika menjadi simbol perlawanan terhadap apa yang dianggap sebagai imperialisme Amerika dan penindasan Israel.

Boikot sebagai Bentuk Protes

Boikot terhadap merek-merek Amerika seperti Starbucks dan McDonald’s bukanlah fenomena baru di Timur Tengah, namun kali ini intensitas dan dampaknya jauh lebih signifikan. Media sosial memainkan peran penting dalam memobilisasi opini publik dan mengorganisir kampanye boikot. Dengan hashtag-hashtag yang viral dan pesan-pesan solidaritas yang menyebar cepat, protes ini berhasil menarik perhatian luas dan mendatangkan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat.

Kampanye boikot ini tidak hanya melibatkan konsumen yang memilih untuk tidak membeli produk-produk Amerika, tetapi juga diwarnai dengan aksi-aksi protes di depan gerai-gerai Starbucks dan McDonald’s. Di Beirut, Lebanon, demonstrasi besar-besaran terjadi pada 15 Mei 2024, memperingati 76 tahun Nakba, yang dikenal sebagai hari bencana bagi warga Palestina akibat pendirian negara Israel. Para demonstran meneriakkan slogan-slogan anti-Israel dan Amerika di depan restoran McDonald’s, menuntut keadilan bagi Palestina.

$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir

Baca juga : Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional

Baca juga : Apple Dituduh Mendukung Konflik Israel-Palestina: Karyawan Menuntut Penghentian Sumbangan Kontroversial

Dampak Ekonomi bagi Perusahaan

Starbucks dan McDonald’s melaporkan penurunan pendapatan yang signifikan pada kuartal pertama tahun 2024. Starbucks, misalnya, mengalami dampak langsung setelah menggugat konfederasi Serikat Pekerja di Amerika Serikat pada Oktober 2023. Gugatan ini dipicu oleh serikat pekerja yang mengunggah pesan solidaritas untuk Palestina di media sosial, yang kemudian dianggap oleh manajemen Starbucks sebagai tindakan yang merugikan citra perusahaan.

Grup Alshaya dari Kuwait, yang mengelola waralaba Starbucks di Timur Tengah dan Afrika Utara, mengumumkan PHK terhadap 2.000 karyawan di kawasan tersebut sebagai respons terhadap penurunan pendapatan. Langkah ini menunjukkan betapa seriusnya dampak dari boikot ini terhadap operasi mereka di Timur Tengah. Di sisi lain, McDonald’s juga mengalami tekanan serupa. Tuduhan bahwa McDonald’s mendukung Israel melalui sumbangan dan kemitraan bisnis memperburuk situasi, memicu protes di berbagai kota besar di Timur Tengah.

Tanggapan Perusahaan

Dalam menghadapi krisis ini, perusahaan-perusahaan Amerika berusaha untuk mengelola kerusakan dan memulihkan citra mereka. Starbucks, misalnya, memperkuat program tanggung jawab sosial perusahaan dan meningkatkan transparansi mengenai kebijakan dan praktik bisnis mereka. McDonald’s juga mengumumkan berbagai inisiatif untuk mendukung komunitas lokal di Timur Tengah sebagai upaya untuk mengurangi dampak negatif dari boikot tersebut.

Namun, tantangan yang dihadapi perusahaan-perusahaan ini tidak mudah diatasi. Langkah-langkah yang mereka ambil sekarang tidak hanya mempengaruhi kinerja keuangan jangka pendek mereka tetapi juga mempengaruhi citra mereka di mata konsumen di seluruh dunia. Dalam era digital ini, di mana informasi dapat menyebar dengan cepat, tekanan sosial dapat memiliki dampak nyata pada perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan ini harus mempertimbangkan bagaimana mereka akan mengatasi tantangan ini ke depan.

Ketegangan yang Lebih Luas

Boikot ini mencerminkan ketegangan yang lebih luas antara dunia bisnis dan dinamika politik di kawasan Timur Tengah. Dukungan terus-menerus dari pemerintah Amerika Serikat terhadap Israel telah memicu sentimen anti-Amerika di banyak negara Timur Tengah, membuat perusahaan-perusahaan Amerika menjadi sasaran mudah bagi kemarahan publik. Ini adalah contoh nyata dari bagaimana politik internasional dapat mempengaruhi bisnis global.

Dampak Sosial

Dampak sosial dari boikot ini juga signifikan. Di Timur Tengah, di mana pengangguran dan ketidakstabilan ekonomi sudah menjadi masalah serius, PHK yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Starbucks menambah beban yang harus ditanggung oleh masyarakat setempat. Ini menunjukkan bagaimana konflik politik dapat memperburuk kondisi ekonomi dan sosial di daerah yang sudah rentan.

Masa Depan Boikot

Keberhasilan boikot ini dalam menarik perhatian internasional dan menyebabkan kerugian finansial bagi perusahaan-perusahaan besar Amerika menunjukkan bahwa ini adalah alat yang kuat dalam perjuangan politik. Namun, pertanyaan besar yang tetap adalah apakah boikot ini akan berlanjut dan bagaimana perusahaan-perusahaan tersebut akan merespons dalam jangka panjang.

Untuk saat ini, tampaknya boikot terhadap merek-merek Amerika di Timur Tengah akan terus berlanjut selama konflik di Gaza berlanjut. Para aktivis pro-Palestina terus mendorong kampanye ini, sementara perusahaan-perusahaan Amerika harus beradaptasi dengan realitas baru ini. Bagaimana mereka menangani situasi ini akan menjadi pelajaran penting bagi perusahaan-perusahaan lain yang beroperasi di wilayah yang bergejolak secara politik.

Tekanan boikot Israel terhadap merek-merek Amerika di Timur Tengah mencerminkan kompleksitas hubungan antara bisnis global dan politik internasional. Dalam menghadapi krisis ini, perusahaan-perusahaan seperti Starbucks dan McDonald’s harus mengambil langkah-langkah yang hati-hati dan strategis untuk memulihkan citra mereka dan memastikan keberlanjutan operasi mereka di kawasan tersebut. Sementara itu, kampanye boikot ini menunjukkan kekuatan kolektif dari konsumen dan aktivis dalam mempengaruhi perusahaan besar dan memaksa mereka untuk mempertimbangkan kembali kebijakan dan praktik mereka.

Dalam konteks yang lebih luas, ini adalah pengingat akan pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan dan kebutuhan untuk memahami dan menghormati dinamika politik dan sosial di pasar global. Tanpa kesadaran dan adaptasi terhadap realitas ini, perusahaan-perusahaan besar berisiko menghadapi krisis yang dapat merusak reputasi dan kinerja mereka di masa depan. *Mukroni

Sumber   lemonde.fr

  • Berita Terkait :

$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir

Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional

Apple Dituduh Mendukung Konflik Israel-Palestina: Karyawan Menuntut Penghentian Sumbangan Kontroversial

Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi

Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS

HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’

PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza

Knesset Israel Setujui Undang-Undang Kontroversial Wajib Militer Ultra-Ortodoks di Tengah Konflik Gaza

Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”

Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS

Angelina Jolie Menuduh Israel dan Pemimpin Dunia Melakukan ‘Kejahatan Perang’ di Gaza: Gaza Menjadi Kuburan Massal dan Penjara Terbuka

Paus Fransiskus Mendesak Tindakan Segera untuk Membantu Warga Gaza yang Dilanda Perang dengan ‘Segala Cara’

Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya

Pengusiran Orang Yahudi oleh Jenderal Ulysses S. Grant pada 1862: Perintah Kontroversial di Tengah Perang Saudara

Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza

Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu

Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel

Kolombia Hentikan Ekspor Batu Bara ke Israel karena Konflik Gaza: Tindakan Tegas Presiden Gustavo Petro

Truk Bantuan Palsu Digunakan dalam Operasi Penyelamatan di Nuseirat: Partisipasi ‘Sel Khusus’ AS Terungkap

Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza

Penindasan Suara Pro-Palestina: Akademisi Inggris Mengungkap “Perburuan Penyihir” terhadap Muslim di Kehidupan Publik

Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang

Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945

Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ

Opini Roy  tentang Solidaritas Mahasiswa Elit Prancis untuk Gaza: Sebuah Tindakan Moral, Bukan Revolusi

Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar

Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza

Gencatan Senjata Gaza: Amrit Kaur Menyerukan Kesetiaan pada Kemanusiaan dalam Penerimaan Penghargaan Layar Kanada

Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif

Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera

Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza

Maladewa Melarang Warga Israel Masuk Negara Terkait Konflik Gaza: Solidaritas dengan Palestina dan Implikasi Regional

Max Chandler-Mather Menggemakan Solidaritas untuk Palestina di Parlemen: Sebuah Seruan Melawan Ketidakadilan dan Dukungan untuk Penentuan Nasib Sendiri

Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB

Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ

Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ

Terima Kasih, Biden: Ribuan Orang di Yerusalem Berunjuk Rasa Mendukung Tawaran Kesepakatan Sandera yang Baru

Protes Anti-Islam di London: Pendukung Tommy Robinson Teriakkan Slogan Kebencian, Aktivis Pro-Palestina Ditangkap

Kehlani Berkolaborasi dengan Kolektif Nöl Palestina dalam Proyek Penggalangan Dana untuk Keluarga di Palestina, Kongo, dan Sudan

Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza

Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina

Perdana Menteri Georgia Mendorong AS dan UE untuk Menghilangkan Oligarki: Peringatan akan Ancaman Politik Barat terhadap Negaranya

Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu

Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol

Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah

Senator AS Lindsey Graham Kritik Permintaan Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Pejabat Israel, Khawatir AS Menjadi Target Berikutnya

Pemerintahan Biden Siap Kerja Sama dengan Kongres untuk Potensi Sanksi terhadap ICC atas Permintaan Penangkapan Netanyahu

Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro

Norwegia, Irlandia, dan Spanyol Mengakui Negara Palestina: Tindakan Bersejarah yang Mengguncang Diplomasi Global

Staf Yahudi Mengundurkan Diri dari Pemerintahan Biden Sebagai Protes Atas Dukungan Terhadap Kampanye Militer Israel di Gaza

Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah

Pernyataan Jaksa ICC Karim AA Khan KC tentang Permohonan Surat Perintah Penangkapan terkait Situasi di Negara Palestina

Andrew Feinstein Mengkritik Pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer, atas Dukungannya terhadap Konflik Gaza dan Korupsi dalam Perdagangan Senjata

Perancis, Belgia, dan Slovenia Dukung Upaya ICC untuk Mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas

Komunitas Yahudi Berduka: Kehilangan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran, Inilah Penghormatan  Terakhir Neturei Karta

Jatuhnya Helikopter Tewaskan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran: Ketegangan Politik di Tengah Kegagalan Teknis

Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel

Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza

Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang

Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam

Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur

JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot

76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza

Afrika Selatan Menuduh Israel Lakukan Genosida di Gaza di Hadapan Mahkamah Internasional, ini Alasan Adila Hassim

Kontroversi Nat Schwartz: Penyelidikan The New York Times tentang Kekerasan Seksual oleh Hamas dan Implikasinya

Pengarahan Jaksa ICC Karim AA Khan KC kepada Dewan Keamanan PBB mengenai Situasi di Libya: Laporan dan Peta Jalan Menuju Keadilan Berdasarkan Resolusi 1970 (2011)

Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill

Prof. Jeffrey Sachs: Kebijakan Luar Negeri AS Bertentangan dengan Kepentingan Rakyat dan Didasarkan pada Kebohongan Berkelanjutan

Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global

Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden

Thomas Piketty: Barat Harus Memberikan Sanksi kepada Israel Jika Benar-Benar Mendukung Solusi Dua Negara

Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza

Enam Sekutu Amerika Serikat  Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Paul Newman tentang Kebenaran dan Politik Luar Negeri Amerika: “Menciptakan Musuh untuk Membenarkan Perang”

Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”

Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *