Jakarta, Kowantaranews.com -Pada tanggal 14 Juni 2024, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengumumkan langkah tegas terhadap Tsav 9, sebuah kelompok ekstremis Israel yang telah dianggap bertanggung jawab atas blokade dan sabotase terhadap konvoi bantuan kemanusiaan yang ditujukan untuk Gaza. Tindakan ini datang di tengah eskalasi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di wilayah tersebut.
Sejak awal tahun ini, aktivis dari Tsav 9 diketahui telah melakukan berbagai upaya untuk menghalangi dan mengganggu pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Pada beberapa insiden, mereka bahkan menggunakan kekerasan untuk memblokir jalur utama, termasuk persimpangan utama Kerem Shalom yang digunakan sebagai pintu masuk utama bantuan internasional ke Gaza. Serangan terhadap truk bantuan tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik, tetapi juga menyebabkan luka-luka pada pengemudi dan petugas keamanan Israel yang berusaha melindungi konvoi tersebut.
Matthew Miller, juru bicara Tsav 9, menanggapi sanksi yang dijatuhkan dengan keras, menggambarkannya sebagai langkah yang tidak adil dan tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan liberalisme yang dipegang oleh Amerika Serikat. Miller juga menegaskan bahwa tindakan kelompoknya bermula dari keinginan untuk melindungi warga Israel yang menjadi sandera di tangan Hamas, serta untuk mengungkapkan klaim bahwa Hamas sering mengalihkan bantuan kemanusiaan yang tiba di Gaza untuk kepentingan mereka sendiri.
Sanksi yang diberlakukan AS terhadap Tsav 9 mencakup berbagai larangan dan pembatasan yang ditujukan untuk membatasi kemampuan kelompok tersebut dalam mengganggu bantuan kemanusiaan serta untuk menghukum individu-individu yang terlibat langsung dalam serangan terhadap truk bantuan. Langkah ini merupakan bagian dari upaya lebih luas pemerintahan Biden dalam menegakkan keamanan dan stabilitas di wilayah Israel dan Tepi Barat yang terus dilanda konflik.
Baca juga : Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Baca juga : Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian
Para pejabat AS juga menekankan pentingnya penyediaan bantuan kemanusiaan untuk mencegah situasi krisis di Gaza semakin memburuk, dengan menyatakan bahwa sabotase terhadap bantuan kemanusiaan adalah tindakan yang tidak dapat ditolerir. Mereka menegaskan bahwa upaya internasional untuk mengirim bantuan harus dilindungi dan diperlakukan dengan aman saat melewati Israel dan Tepi Barat menuju Gaza.
Reaksi terhadap sanksi ini tidak hanya terbatas pada Tsav 9 dan Israel, tetapi juga mencakup tanggapan dari masyarakat internasional dan kelompok advokasi hak asasi manusia yang telah lama menyerukan perlindungan lebih besar terhadap bantuan kemanusiaan di kawasan konflik seperti Gaza. Beberapa kalangan di Israel sendiri mengambil sikap yang berbeda-beda terhadap langkah AS ini, dengan sebagian mendukung pengurangan atau pembatasan pengiriman bantuan ke Gaza sebagai upaya untuk menekan Hamas, sementara yang lain menyoroti urgensi kemanusiaan untuk membantu penduduk Gaza yang terdampak.
Kendati demikian, sanksi terhadap Tsav 9 menandai titik penting dalam dinamika politik dan keamanan di wilayah tersebut, mencerminkan tegangan yang terus meningkat antara kelompok ekstremis di Israel dan upaya internasional untuk mempromosikan perdamaian dan keadilan di Timur Tengah. Kedepannya, nasib konflik ini dan dampaknya terhadap kemanusiaan di Gaza akan terus menjadi perhatian utama bagi komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, dalam upaya untuk mencari solusi yang berkelanjutan dan adil bagi semua pihak yang terlibat. *Mukroni
Sumber theguardian.com
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian
Akhir yang Mendekat bagi Pemerintahan Netanyahu yang Terpecah
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Keputusasaan di Tengah Pertempuran
Ketegangan AS-Israel: Perdebatan atas Berbagi Informasi Intelijen
Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah
$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir
Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional
Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi
Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS
HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’
PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza
Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”
Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS
Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya
Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza
Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu
Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel
Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza
Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang
Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945
Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ
Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ
Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ
Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza
Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza