• Sen. Apr 28th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Mengapa Gaza Adalah Zona Perang Terburuk: Perspektif Ahli Bedah Trauma David Nott

ByAdmin

Jun 23, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com    -Selama lebih dari tiga dekade, saya telah bekerja sebagai ahli bedah trauma di berbagai zona perang di seluruh dunia. Dari Suriah hingga Yaman, Afghanistan hingga Irak, saya telah melihat luka-luka perang yang mengerikan dan berhadapan dengan situasi yang menantang. Namun, tidak ada satu pun pengalaman yang dapat dibandingkan dengan apa yang saya saksikan di Gaza. Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan mengapa saya menganggap Gaza sebagai zona perang terburuk dan bagaimana kondisi di sana telah membawa saya kembali ke abad ke-19 dalam hal medis dan kemanusiaan.

Kondisi Infrastruktur Medis

Di zona perang lainnya, meskipun terdapat banyak tantangan, masih ada beberapa bentuk infrastruktur medis yang dapat diandalkan. Namun, di Gaza, infrastruktur medis hampir sepenuhnya hancur. Rumah sakit dan klinik sering kali menjadi target serangan, menyebabkan kerusakan parah dan membuat fasilitas kesehatan tidak dapat berfungsi dengan baik. Bahkan ketika fasilitas ini beroperasi, mereka sering kekurangan pasokan dasar seperti obat-obatan, peralatan bedah, dan bahkan listrik.

Pemadaman listrik yang sering terjadi di Gaza memperburuk situasi ini. Bayangkan harus melakukan operasi bedah dalam kegelapan atau dengan penerangan yang sangat minim. Ini adalah kenyataan sehari-hari di rumah sakit Gaza. Ketika listrik padam, generator cadangan sering kali tidak mampu bertahan lama karena kekurangan bahan bakar. Kondisi ini membuat penyelamatan nyawa menjadi tantangan besar dan sering kali mengakibatkan kematian yang dapat dicegah.

Keterbatasan Pasokan Medis

Pasokan medis di Gaza sangat terbatas. Blokade yang diberlakukan membuat masuknya bantuan medis menjadi sangat sulit. Sering kali, kami harus berimprovisasi dengan apa yang ada. Sebagai contoh, saya pernah harus menggunakan alat bedah yang sudah tua dan tidak layak pakai karena tidak ada pilihan lain. Dalam beberapa kasus, kami harus menggunakan kembali peralatan sekali pakai setelah mensterilkannya secara manual, yang tentu saja tidak ideal dan meningkatkan risiko infeksi.

Obat-obatan pun sangat sulit didapat. Antibiotik, yang sangat penting untuk mencegah infeksi pasca operasi, sering kali habis. Pasien yang seharusnya mendapatkan perawatan terbaik hanya bisa mendapatkan perawatan seadanya. Ini bukan hanya masalah medis, tetapi juga masalah moral. Bagaimana kita bisa merawat pasien dengan baik jika kita tidak memiliki sumber daya yang memadai?

Baca juga : Armenia Resmi Akui Palestina sebagai Negara di Tengah Konflik Gaza-Israel

Baca juga : Qatar Lakukan Negosiasi Intensif untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas

Baca juga : Day 256: Gaza Under Siege – Israel’s Airstrikes Claim Dozens of Lives

Tantangan Transportasi dan Mobilitas

Salah satu masalah terbesar di Gaza adalah kesulitan transportasi. Blokade dan pembatasan pergerakan membuat transportasi pasien ke rumah sakit menjadi sangat sulit. Banyak pasien yang terluka parah harus menunggu berjam-jam, bahkan berhari-hari, sebelum mereka bisa mendapatkan perawatan medis. Sering kali, penundaan ini berarti perbedaan antara hidup dan mati.

Saya ingat satu kasus di mana seorang anak kecil yang terluka akibat ledakan harus menunggu lebih dari 12 jam untuk diangkut ke rumah sakit. Ketika dia akhirnya tiba, luka-lukanya sudah sangat parah dan infeksi telah menyebar. Meskipun kami melakukan segala yang kami bisa, nyawanya tidak dapat diselamatkan. Ini adalah salah satu momen paling memilukan dalam karier saya.

Kurangnya Tenaga Medis Terlatih

Satu lagi tantangan besar di Gaza adalah kekurangan tenaga medis terlatih. Banyak dokter dan perawat yang telah meninggalkan wilayah ini karena konflik yang berkepanjangan. Mereka yang tetap tinggal berjuang dengan sumber daya yang sangat terbatas dan beban kerja yang luar biasa berat. Pelatihan medis lanjutan juga hampir tidak ada, membuat mereka kesulitan mengikuti perkembangan terbaru dalam perawatan trauma.

Tenaga medis yang tersisa sering kali bekerja dalam kondisi yang sangat menegangkan dan berbahaya. Serangan terhadap fasilitas medis dan tenaga kesehatan adalah hal yang biasa. Saya telah bekerja bersama rekan-rekan yang terus melanjutkan pekerjaan mereka meskipun ada ancaman langsung terhadap keselamatan mereka. Keberanian dan dedikasi mereka sangat menginspirasi, tetapi juga sangat menyedihkan karena mereka harus bekerja dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Dampak Psikologis pada Pasien dan Tenaga Medis

Tidak hanya kondisi fisik yang buruk, dampak psikologis dari konflik juga sangat mendalam. Banyak pasien yang datang dengan luka fisik juga mengalami trauma psikologis yang parah. Anak-anak yang terluka akibat serangan tidak hanya menderita secara fisik, tetapi juga secara mental. Mereka sering kali mengalami mimpi buruk, ketakutan yang terus-menerus, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Tenaga medis juga tidak kebal terhadap dampak psikologis ini. Melihat begitu banyak penderitaan dan kematian setiap hari sangat mempengaruhi kesehatan mental kami. Banyak dari kami mengalami kelelahan emosional dan burnout. Namun, kami harus terus bekerja karena kebutuhan medis sangat mendesak dan tidak ada cukup tenaga medis untuk menggantikan kami.

Harapan dan Solidaritas

Meskipun situasi di Gaza sangat suram, ada secercah harapan dalam bentuk solidaritas internasional. Bantuan dari organisasi kemanusiaan dan sukarelawan medis sangat berharga. Mereka membawa bukan hanya pasokan medis, tetapi juga harapan dan dukungan moral. Setiap dukungan kecil memberikan perbedaan besar dalam kehidupan banyak orang di Gaza.

Dukungan internasional sangat penting untuk memperbaiki kondisi di Gaza. Bantuan medis, pelatihan, dan dorongan moral sangat diperlukan untuk membantu mereka yang berada di garis depan konflik ini. Saya berharap bahwa suatu hari nanti, perdamaian dan stabilitas akan datang ke Gaza, dan penduduknya dapat membangun kembali kehidupan mereka tanpa harus terus-menerus berada dalam bayang-bayang perang.

Pengalaman saya di Gaza telah membuka mata saya terhadap realitas yang sangat suram namun penuh dengan keberanian dan dedikasi. Gaza adalah zona perang terburuk yang pernah saya alami, bukan hanya karena intensitas konflik, tetapi juga karena kondisi medis yang sangat memprihatinkan. Namun, meskipun situasinya sangat sulit, ada semangat kemanusiaan yang tak terkalahkan yang terus berjuang untuk bertahan hidup.

Sebagai komunitas global, kita memiliki tanggung jawab untuk mendukung mereka yang terjebak dalam konflik. Bantuan medis, pelatihan, dan solidaritas internasional adalah kunci untuk membawa perubahan positif. Dengan kerja sama dan komitmen untuk perdamaian, kita dapat membantu mengubah realitas ini dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi penduduk Gaza. *Mukroni

Sumber economist.com

Foto Kowantaranews.com

  • Berita Terkait :

Armenia Resmi Akui Palestina sebagai Negara di Tengah Konflik Gaza-Israel

Qatar Lakukan Negosiasi Intensif untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas

Day 256: Gaza Under Siege – Israel’s Airstrikes Claim Dozens of Lives

Laporan PBB: Israel dan Kelompok Bersenjata Palestina Terlibat dalam Pelanggaran Berat Hukum Internasional

Pengunduran Diri Pejabat AS Stacy Gilbert: Protes terhadap Kebijakan Bantuan Kemanusiaan di Gaza

Perusahaan Senjata Israel Elbit Terpaksa Menjual Pabrik di Tamworth akibat Tekanan Aksi Pro-Palestina

Pandangan Perdana Menteri Albania Rama tentang Konflik Palestina-Israel: Sejarah, Tantangan, dan Solusi

Idul Adha di Tengah Konflik: Ketika Kegembiraan Berganti Kesedihan di Gaza

Tragedi di Rafah: Delapan Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Jalur Gaza

AS menjatuhkan sanksi pada ‘kelompok ekstremis Israel’ karena memblokir bantuan Gaza

Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza

Menelusuri Jalur ‘Muslim Vote’ di Inggris: Dukungan Terhadap Kandidat Alternatif dan Perubahan Politik Menuju Perdamaian Palestina

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian

Akhir yang Mendekat bagi Pemerintahan Netanyahu yang Terpecah

Krisis Kemanusiaan di Gaza: Keputusasaan di Tengah Pertempuran

Ketegangan AS-Israel: Perdebatan atas Berbagi Informasi Intelijen

Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah

$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir

Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional

Apple Dituduh Mendukung Konflik Israel-Palestina: Karyawan Menuntut Penghentian Sumbangan Kontroversial

Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi

Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS

HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’

PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza

Knesset Israel Setujui Undang-Undang Kontroversial Wajib Militer Ultra-Ortodoks di Tengah Konflik Gaza

Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”

Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS

Angelina Jolie Menuduh Israel dan Pemimpin Dunia Melakukan ‘Kejahatan Perang’ di Gaza: Gaza Menjadi Kuburan Massal dan Penjara Terbuka

Paus Fransiskus Mendesak Tindakan Segera untuk Membantu Warga Gaza yang Dilanda Perang dengan ‘Segala Cara’

Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya

Pengusiran Orang Yahudi oleh Jenderal Ulysses S. Grant pada 1862: Perintah Kontroversial di Tengah Perang Saudara

Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza

Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu

Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel

Kolombia Hentikan Ekspor Batu Bara ke Israel karena Konflik Gaza: Tindakan Tegas Presiden Gustavo Petro

Truk Bantuan Palsu Digunakan dalam Operasi Penyelamatan di Nuseirat: Partisipasi ‘Sel Khusus’ AS Terungkap

Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza

Penindasan Suara Pro-Palestina: Akademisi Inggris Mengungkap “Perburuan Penyihir” terhadap Muslim di Kehidupan Publik

Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang

Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945

Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ

Opini Roy  tentang Solidaritas Mahasiswa Elit Prancis untuk Gaza: Sebuah Tindakan Moral, Bukan Revolusi

Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar

Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza

Gencatan Senjata Gaza: Amrit Kaur Menyerukan Kesetiaan pada Kemanusiaan dalam Penerimaan Penghargaan Layar Kanada

Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif

Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera

Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza

Maladewa Melarang Warga Israel Masuk Negara Terkait Konflik Gaza: Solidaritas dengan Palestina dan Implikasi Regional

Max Chandler-Mather Menggemakan Solidaritas untuk Palestina di Parlemen: Sebuah Seruan Melawan Ketidakadilan dan Dukungan untuk Penentuan Nasib Sendiri

Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB

Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ

Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ

Terima Kasih, Biden: Ribuan Orang di Yerusalem Berunjuk Rasa Mendukung Tawaran Kesepakatan Sandera yang Baru

Protes Anti-Islam di London: Pendukung Tommy Robinson Teriakkan Slogan Kebencian, Aktivis Pro-Palestina Ditangkap

Kehlani Berkolaborasi dengan Kolektif Nöl Palestina dalam Proyek Penggalangan Dana untuk Keluarga di Palestina, Kongo, dan Sudan

Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza

Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina

Perdana Menteri Georgia Mendorong AS dan UE untuk Menghilangkan Oligarki: Peringatan akan Ancaman Politik Barat terhadap Negaranya

Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu

Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol

Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah

Senator AS Lindsey Graham Kritik Permintaan Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Pejabat Israel, Khawatir AS Menjadi Target Berikutnya

Pemerintahan Biden Siap Kerja Sama dengan Kongres untuk Potensi Sanksi terhadap ICC atas Permintaan Penangkapan Netanyahu

Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro

Norwegia, Irlandia, dan Spanyol Mengakui Negara Palestina: Tindakan Bersejarah yang Mengguncang Diplomasi Global

Staf Yahudi Mengundurkan Diri dari Pemerintahan Biden Sebagai Protes Atas Dukungan Terhadap Kampanye Militer Israel di Gaza

Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah

Pernyataan Jaksa ICC Karim AA Khan KC tentang Permohonan Surat Perintah Penangkapan terkait Situasi di Negara Palestina

Andrew Feinstein Mengkritik Pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer, atas Dukungannya terhadap Konflik Gaza dan Korupsi dalam Perdagangan Senjata

Perancis, Belgia, dan Slovenia Dukung Upaya ICC untuk Mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas

Komunitas Yahudi Berduka: Kehilangan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran, Inilah Penghormatan  Terakhir Neturei Karta

Jatuhnya Helikopter Tewaskan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran: Ketegangan Politik di Tengah Kegagalan Teknis

Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel

Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza

Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang

Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam

Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur

JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot

76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza

Afrika Selatan Menuduh Israel Lakukan Genosida di Gaza di Hadapan Mahkamah Internasional, ini Alasan Adila Hassim

Kontroversi Nat Schwartz: Penyelidikan The New York Times tentang Kekerasan Seksual oleh Hamas dan Implikasinya

Pengarahan Jaksa ICC Karim AA Khan KC kepada Dewan Keamanan PBB mengenai Situasi di Libya: Laporan dan Peta Jalan Menuju Keadilan Berdasarkan Resolusi 1970 (2011)

Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill

Prof. Jeffrey Sachs: Kebijakan Luar Negeri AS Bertentangan dengan Kepentingan Rakyat dan Didasarkan pada Kebohongan Berkelanjutan

Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global

Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden

Thomas Piketty: Barat Harus Memberikan Sanksi kepada Israel Jika Benar-Benar Mendukung Solusi Dua Negara

Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza

Enam Sekutu Amerika Serikat  Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Paul Newman tentang Kebenaran dan Politik Luar Negeri Amerika: “Menciptakan Musuh untuk Membenarkan Perang”

Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”

Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *