Jakarta, Kowantaranews.com — Dalam perkembangan dramatis yang mengubah lanskap politik Amerika, Presiden Joe Biden secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari pencalonan presiden untuk pemilihan 2024. Keputusan ini datang setelah penampilannya yang kurang meyakinkan dalam debat melawan mantan Presiden Donald Trump menimbulkan keraguan di kalangan anggota Partai Demokrat mengenai kemampuannya untuk melanjutkan kampanye dan menjalani masa jabatan kedua. Sebagai pengganti, Biden telah memberikan dukungan penuh kepada Wakil Presiden Kamala Harris, yang kini mendapatkan dorongan besar dengan pengumpulan dana kampanye sebesar $27,5 juta.
Pengunduran Diri Biden: Apa yang Terjadi?
Pada hari Minggu waktu setempat, 21 Juli 2024, Presiden Joe Biden mengumumkan pengunduran dirinya dari pencalonan presiden dalam sebuah pernyataan yang dirilis melalui akun media sosialnya. “Merupakan kehormatan terbesar dalam hidup saya untuk menjabat sebagai Presiden Anda,” tulis Biden dalam pernyataannya. “Dan meskipun saya berniat untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin bahwa demi kepentingan terbaik partai dan negara saya, saya harus mengundurkan diri dan hanya fokus pada pemenuhan tugas saya sebagai Presiden selama sisa masa jabatan saya.”
Keputusan Biden ini mengejutkan banyak orang, terutama menjelang Konvensi Nasional Demokrat yang akan diadakan di Chicago dalam waktu beberapa minggu. Pengumuman tersebut juga datang beberapa bulan sebelum pemilihan umum yang dijadwalkan pada 5 November. Keputusan ini tentu memiliki dampak besar baik bagi Biden, Partai Demokrat, maupun bagi pemilihan mendatang.
Mengapa Biden Mundur?
Keputusan Biden untuk mundur tidak terjadi dalam kekosongan. Sebelumnya, penampilannya dalam debat melawan Donald Trump telah menimbulkan keraguan di kalangan para anggota Partai Demokrat. Kritik mulai muncul terkait dengan usia Biden, serta kemampuannya untuk melanjutkan kampanye dengan efektif. Isu-isu ini semakin diperburuk dengan ketidakmampuan Biden untuk menjawab beberapa pertanyaan kunci secara memadai selama debat, yang memicu kekhawatiran tentang kemampuannya menjalani masa jabatan kedua jika terpilih.
Dalam debat tersebut, Biden tampak mengalami kesulitan dalam menyampaikan argumennya secara jelas dan konsisten. Hal ini menambah tekanan dari beberapa anggota partai dan pemilih yang mulai meragukan kapasitasnya untuk menghadapi tantangan yang ada di depan.
Dukungan untuk Kamala Harris
Dengan pengunduran diri Biden, fokus langsung beralih kepada Wakil Presiden Kamala Harris. Biden telah memberikan dukungan penuh untuk Harris, menyatakan keyakinannya bahwa Harris adalah pilihan terbaik untuk meneruskan perjuangan politik yang telah dimulai selama masa jabatannya. “Keputusan pertama saya sebagai calon partai pada tahun 2020 adalah memilih Kamala Harris sebagai wakil presiden saya. Dan itu adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat,” kata Biden dalam pernyataannya.
Harris, yang sebelumnya telah menjabat sebagai Wakil Presiden, kini mendapatkan kesempatan untuk memimpin kampanye Demokrat dalam pemilihan mendatang. Dukungan dari Biden dan dorongan finansial yang mengikutinya adalah langkah besar dalam persiapan Harris untuk menghadapi pemilihan umum. Dengan dukungan penuh dari mantan presiden dan dukungan finansial yang signifikan, Harris diharapkan dapat memperkuat posisinya dan memobilisasi dukungan dari pemilih.
Lonjakan Dana Kampanye
Setelah pengunduran diri Biden, Partai Demokrat merasakan lonjakan signifikan dalam dana kampanye mereka. Dalam waktu singkat setelah pengumuman tersebut, partai berhasil mengumpulkan $27,5 juta. Dana ini merupakan tambahan yang sangat besar bagi kampanye Harris, dan memberikan dorongan finansial yang krusial untuk mempersiapkan strategi kampanye yang efektif.
Pengumpulan dana sebesar ini tidak hanya menunjukkan dukungan yang kuat untuk Harris, tetapi juga memberikan kekuatan tambahan bagi partai untuk melawan lawan politik mereka di pemilihan mendatang. Dengan tambahan dana ini, tim kampanye Harris memiliki kapasitas untuk memperluas jangkauan mereka, meningkatkan visibilitas mereka di seluruh Amerika Serikat, dan melakukan kampanye yang lebih agresif dan menyeluruh.
Baca juga : Biden Mundur dari Pencalonan Presiden, Dukung Kamala Harris di Pilpres 2024
Baca juga : Ethiopian Airlines Dikecam Setelah Penumpang Dikeluarkan untuk Memberi Tempat Duduk kepada Menteri
Baca juga : Insiden Penembakan Trump di Butler: Pelaku Bertindak Sendirian, Satu Korban Tewas
Reaksi dari Politisi dan Publik
Pengunduran diri Biden dan dukungan untuk Harris memicu berbagai reaksi dari politisi dan publik. Di kalangan Partai Demokrat, banyak yang melihat langkah ini sebagai keputusan yang tepat untuk memastikan keberhasilan partai dalam pemilihan mendatang. Beberapa anggota partai memuji Biden atas keputusannya yang berani dan dukungannya terhadap Harris, yang dianggap sebagai langkah strategis untuk menjaga kekuatan dan kesatuan partai.
Di sisi lain, beberapa kritik menganggap bahwa pengunduran diri Biden dapat mempengaruhi moral partai dan menambah ketidakpastian menjelang pemilihan. Namun, dengan dana kampanye yang besar dan dukungan yang kuat, Harris diharapkan dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih baik dan membangun momentum positif menjelang pemilihan.
Langkah Selanjutnya untuk Kamala Harris
Dengan dukungan yang diperoleh, Kamala Harris kini harus fokus pada langkah-langkah strategis untuk memanfaatkan momentum ini. Beberapa langkah yang diharapkan dari tim kampanye Harris meliputi:
- Penguatan Pesan Kampanye: Harris harus memastikan bahwa pesan kampanyenya jelas dan resonan dengan pemilih. Fokus pada isu-isu kunci seperti ekonomi, kesehatan, dan keadilan sosial akan menjadi penting untuk menarik dukungan luas.
- Memperluas Basis Dukungan: Dengan tambahan dana, tim kampanye dapat memperluas jangkauan mereka ke daerah-daerah yang mungkin kurang terjangkau sebelumnya. Ini termasuk melakukan iklan yang lebih luas, mengadakan acara kampanye, dan meningkatkan keterlibatan dengan komunitas.
- Menjaga Kesehatan dan Kesiapan: Memastikan kesehatan dan kesiapan fisik serta mental Harris menjadi prioritas. Sebagai kandidat utama, Harris harus menjaga energi dan fokusnya untuk menghadapi tantangan yang ada di depan.
- Mengatasi Kritik dan Tantangan: Harris harus siap untuk menghadapi kritik dan tantangan dari lawan politik serta memastikan bahwa semua isu yang muncul dapat diatasi dengan efektif dan diplomatis.
Pengunduran diri Joe Biden dari pencalonan presiden 2024 dan dukungannya untuk Kamala Harris menandai perubahan besar dalam lanskap politik Amerika. Dengan tambahan dana kampanye sebesar $27,5 juta, Partai Demokrat kini berada dalam posisi yang lebih kuat untuk menghadapi pemilihan mendatang. Namun, tantangan masih ada, dan Kamala Harris harus memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk meraih kesuksesan dalam pemilihan mendatang.
Keputusan Biden untuk mundur dan dukungan untuk Harris menunjukkan komitmennya terhadap stabilitas dan keberlanjutan pemerintahan. Sementara itu, Harris harus bekerja keras untuk memastikan bahwa semua elemen dari platform partai dan pesan kampanye dapat diterjemahkan ke dalam suara pemilih pada hari pemilihan. Dengan dukungan dan dana yang telah diperoleh, Partai Demokrat kini memiliki peluang yang lebih baik untuk meraih kemenangan pada pemilihan mendatang, dan perjalanan menuju 5 November akan menjadi momen krusial untuk menentukan arah masa depan Amerika Serikat. *Mukroni
Sumber abc7.com
Foto ABC
- Berita Terkait :
Biden Mundur dari Pencalonan Presiden, Dukung Kamala Harris di Pilpres 2024
Ethiopian Airlines Dikecam Setelah Penumpang Dikeluarkan untuk Memberi Tempat Duduk kepada Menteri
Insiden Penembakan Trump di Butler: Pelaku Bertindak Sendirian, Satu Korban Tewas
Penembakan di Rapat Umum Donald Trump: Mantan Presiden Selamat, Pelaku Tewas
US Navy Pilots Return Home After Months of Battling Houthi Missiles and Drones
UK’s New PM Keir Starmer Calls for Urgent Gaza Ceasefire and Two-State Solution
Netanyahu Announces Israeli Delegation to Cairo for Ceasefire Talks Amid Ongoing Gaza Conflict
Hamas Accuses Israel of Stalling in Gaza Ceasefire Talks, Awaits Mediator Updates
Gaza War Spurs Surge in Terrorist Recruitment, Warns U.S. Intelligence
Heavy Fighting in Gaza Forces Thousands to Flee Again Amid Ongoing Conflict
Gaza Summer: Sewage, Garbage, and Health Risks in War-Torn Tent Camps
Head of Gaza’s Largest Hospital Released by Israel After Seven Months of Detention
Kisah Pegunungan Bani Yas’in: Esau bin Ishaq dan Keberanian Bani Jawa dalam Catatan Ibnu Khaldun
Unimaginable Suffering: A Hull Surgeon’s Mission to Aid Gaza’s War-Torn Civilians
Escalating Tensions: Israel and Hezbollah Edge Closer to Conflict Amid Rocket Fire and Threats
Netanyahu Announces Imminent Conclusion of Gaza Conflict’s Intense Phase
Gaza’s Overlooked Hostages: Thousands Held Without Charge in Israeli Detention
Chilean Art Exhibition Celebrates Palestinian Solidarity
Houthi Rebels Sink Bulk Carrier in Red Sea Escalation Amid Israel-Hamas Conflict
Tragedi Kemanusiaan di Gaza: Serangan Israel Menewaskan Sedikitnya 42 Orang
Kuba Ikut Dalam Gugatan Internasional Afrika Selatan di ICJ Mengenai Tindakan Israel di Gaza
Mengapa Gaza Adalah Zona Perang Terburuk: Perspektif Ahli Bedah Trauma David Nott
Armenia Resmi Akui Palestina sebagai Negara di Tengah Konflik Gaza-Israel
Qatar Lakukan Negosiasi Intensif untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas
Day 256: Gaza Under Siege – Israel’s Airstrikes Claim Dozens of Lives
Pengunduran Diri Pejabat AS Stacy Gilbert: Protes terhadap Kebijakan Bantuan Kemanusiaan di Gaza
Idul Adha di Tengah Konflik: Ketika Kegembiraan Berganti Kesedihan di Gaza
Tragedi di Rafah: Delapan Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Jalur Gaza
AS menjatuhkan sanksi pada ‘kelompok ekstremis Israel’ karena memblokir bantuan Gaza
Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian
Akhir yang Mendekat bagi Pemerintahan Netanyahu yang Terpecah
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Keputusasaan di Tengah Pertempuran
Ketegangan AS-Israel: Perdebatan atas Berbagi Informasi Intelijen
Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah
$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir
Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional
Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi
Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS
HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’
PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza
Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”
Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS
Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya
Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza
Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu
Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel
Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza
Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang
Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945
Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ
Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ