Jakarta, Kowantaranews.com -Pada Kamis, 2 Agustus 2024, militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah membunuh Muhammad Deif, komandan Hamas yang diyakini sebagai salah satu perencana serangan 7 Oktober 2023 di Israel. Pengumuman ini muncul di tengah gelombang pemakaman dua pemimpin militan senior lainnya, yang meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang regional yang lebih luas.
Muhammad Deif, yang merupakan pemimpin sayap militer Hamas, tewas dalam serangan udara Israel di sebuah kompleks di Gaza selatan pada 13 Juli 2024. Militer Israel menyatakan kematian Deif telah dikonfirmasi melalui penilaian intelijen, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai bagaimana penilaian tersebut dilakukan. Serangan tersebut juga menewaskan setidaknya 90 orang lainnya, menurut pejabat kesehatan di Gaza.
Berita kematian Deif ini muncul bersamaan dengan ribuan pelayat yang menghadiri pemakaman seorang pemimpin Hamas lainnya serta seorang komandan Hezbollah yang juga tewas dalam serangan yang dilakukan Israel pada minggu yang sama. Dua pemimpin militan tersebut dikenal dengan hubungan mereka yang kuat dengan Iran, yang menambah kerumitan dinamika geopolitik di kawasan tersebut.
Dampak Kematian Muhammad Deif
Muhammad Deif, yang telah lama menjadi buronan Israel, dianggap sebagai arsitek utama dari berbagai serangan besar yang dilancarkan oleh Hamas. Kematian Deif dipandang sebagai pukulan besar bagi Hamas, yang akan mempengaruhi strategi dan operasi militer mereka. Deif telah menjadi simbol perlawanan bagi Hamas dan pengikutnya, dan kematiannya diprediksi akan memicu reaksi keras dari kelompok tersebut.
Hamas segera mengecam pembunuhan Deif dan bersumpah akan membalas dendam. Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam pidato di hadapan para pelayat, menyatakan bahwa darah Deif tidak akan sia-sia dan akan menjadi bahan bakar bagi perlawanan yang lebih keras terhadap Israel.
Pemakaman Pemimpin Militan Lainnya
Sementara itu, ribuan orang turut serta dalam pemakaman dua pemimpin militan lainnya yang juga tewas dalam serangan Israel. Salah satunya adalah seorang komandan senior Hezbollah, yang tewas dalam serangan udara di Lebanon. Hezbollah, yang juga didukung oleh Iran, merupakan musuh bebuyutan Israel di kawasan tersebut.
Pemakaman tersebut dihadiri oleh para petinggi Hamas dan Hezbollah, serta sejumlah besar pendukung mereka. Suasana pemakaman dipenuhi dengan seruan-seruan perlawanan dan janji untuk membalas dendam atas kematian para pemimpin mereka.
Reaksi Internasional
Kematian para pemimpin militan ini telah memicu reaksi internasional yang beragam. Beberapa negara, termasuk sekutu dekat Israel seperti Amerika Serikat, menyatakan dukungannya terhadap tindakan Israel yang dianggap sebagai upaya untuk mempertahankan keamanan nasionalnya. Mereka menyatakan bahwa tindakan Israel adalah respons yang sah terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh para militan tersebut.
Namun, beberapa negara lainnya mengutuk serangan Israel, menyebutnya sebagai tindakan yang berlebihan dan melanggar hukum internasional. Mereka menyuarakan keprihatinan mereka terhadap meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut dan menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut.
Potensi Eskalasi Konflik
Pembunuhan Muhammad Deif dan dua pemimpin militan lainnya meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya eskalasi konflik di Timur Tengah. Para analis politik memperingatkan bahwa serangkaian serangan ini dapat memicu gelombang kekerasan baru di kawasan tersebut, yang dapat melibatkan lebih banyak aktor regional.
Hamas dan Hezbollah memiliki jaringan yang luas dan dukungan yang kuat dari berbagai kelompok militan lainnya di kawasan tersebut. Pembunuhan para pemimpin mereka dapat memicu serangkaian serangan balasan yang dapat menyebar ke luar perbatasan Gaza dan Lebanon, serta melibatkan negara-negara lain di kawasan tersebut.
Baca juga : Turki Blokir Instagram, Malaysia Kecam Meta Terkait Penghapusan Ucapan Belasungkawa untuk Ismail Haniyeh
Baca juga : Kehilangan Besar: Pembunuhan Ismail Haniyeh dan Reaksi Warga Palestina
Read more : Assassination of Hamas Leader Ismail Haniyeh: A New Hurdle in Middle East Peace Efforts
Tindakan Pencegahan Israel
Militer Israel telah meningkatkan kesiagaannya menghadapi potensi serangan balasan dari Hamas dan Hezbollah. Pasukan tambahan telah dikerahkan ke perbatasan Gaza dan Lebanon, serta patroli udara dan laut telah ditingkatkan. Pemerintah Israel juga telah memperketat keamanan di berbagai kota besar, termasuk Tel Aviv dan Yerusalem, untuk mencegah kemungkinan serangan teror.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pernyataannya setelah pengumuman kematian Deif, menyatakan bahwa Israel tidak akan berhenti melawan terorisme dan akan terus mengambil tindakan tegas untuk melindungi warganya. Ia juga memperingatkan bahwa setiap serangan balasan dari Hamas atau Hezbollah akan mendapatkan respons yang lebih keras dari militer Israel.
Implikasi Bagi Hubungan Internasional
Pembunuhan para pemimpin militan ini juga memiliki implikasi yang signifikan bagi hubungan internasional, khususnya antara Israel dan negara-negara pendukung Hamas dan Hezbollah, seperti Iran. Ketegangan yang meningkat di kawasan tersebut dapat mempengaruhi berbagai negosiasi diplomatik yang sedang berlangsung, termasuk upaya untuk mencapai kesepakatan damai antara Israel dan Palestina.
Selain itu, dukungan Iran terhadap Hamas dan Hezbollah dapat memicu respons dari sekutu-sekutu Israel, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Hal ini dapat memperumit dinamika geopolitik di kawasan tersebut dan berpotensi mempengaruhi stabilitas global.
Pembunuhan Muhammad Deif, serta dua pemimpin militan lainnya, oleh militer Israel menandai babak baru dalam konflik yang sudah berlangsung lama di Timur Tengah. Meskipun Israel mengklaim tindakan ini sebagai upaya untuk mempertahankan keamanan nasionalnya, dampak dari serangan ini diprediksi akan membawa konsekuensi yang lebih luas, baik di tingkat regional maupun internasional.
Kematian para pemimpin militan ini tidak hanya memicu kemarahan dan keinginan untuk membalas dendam di kalangan pendukung Hamas dan Hezbollah, tetapi juga meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut. Dengan situasi yang semakin kompleks, upaya diplomatik dan dialog yang konstruktif antara berbagai pihak menjadi sangat penting untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mencari solusi damai bagi konflik yang berkepanjangan ini. *Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Kehilangan Besar: Pembunuhan Ismail Haniyeh dan Reaksi Warga Palestina
Assassination of Hamas Leader Ismail Haniyeh: A New Hurdle in Middle East Peace Efforts
Adidas Minta Maaf kepada Bella Hadid Setelah Iklan Memicu Kontroversi dengan Pendukung Israel
Protes Besar-besaran di Depan Kongres AS Menyoroti Ketidakpuasan Terhadap Kebijakan AS-Israel
Adidas Dihujani Kritik Usai Menarik Iklan Bella Hadid Karena Desakan Pro-Israel
Yemen Celebrates in the Streets Following Successful Drone Strike on Tel Aviv
UK’s New PM Keir Starmer Calls for Urgent Gaza Ceasefire and Two-State Solution
Netanyahu Announces Israeli Delegation to Cairo for Ceasefire Talks Amid Ongoing Gaza Conflict
Hamas Accuses Israel of Stalling in Gaza Ceasefire Talks, Awaits Mediator Updates
Gaza War Spurs Surge in Terrorist Recruitment, Warns U.S. Intelligence
Heavy Fighting in Gaza Forces Thousands to Flee Again Amid Ongoing Conflict
Gaza Summer: Sewage, Garbage, and Health Risks in War-Torn Tent Camps
Head of Gaza’s Largest Hospital Released by Israel After Seven Months of Detention
Kisah Pegunungan Bani Yas’in: Esau bin Ishaq dan Keberanian Bani Jawa dalam Catatan Ibnu Khaldun
Unimaginable Suffering: A Hull Surgeon’s Mission to Aid Gaza’s War-Torn Civilians
Escalating Tensions: Israel and Hezbollah Edge Closer to Conflict Amid Rocket Fire and Threats
Netanyahu Announces Imminent Conclusion of Gaza Conflict’s Intense Phase
Gaza’s Overlooked Hostages: Thousands Held Without Charge in Israeli Detention
Chilean Art Exhibition Celebrates Palestinian Solidarity
Houthi Rebels Sink Bulk Carrier in Red Sea Escalation Amid Israel-Hamas Conflict
Tragedi Kemanusiaan di Gaza: Serangan Israel Menewaskan Sedikitnya 42 Orang
Kuba Ikut Dalam Gugatan Internasional Afrika Selatan di ICJ Mengenai Tindakan Israel di Gaza
Mengapa Gaza Adalah Zona Perang Terburuk: Perspektif Ahli Bedah Trauma David Nott
Armenia Resmi Akui Palestina sebagai Negara di Tengah Konflik Gaza-Israel
Qatar Lakukan Negosiasi Intensif untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas
Day 256: Gaza Under Siege – Israel’s Airstrikes Claim Dozens of Lives
Pengunduran Diri Pejabat AS Stacy Gilbert: Protes terhadap Kebijakan Bantuan Kemanusiaan di Gaza
Idul Adha di Tengah Konflik: Ketika Kegembiraan Berganti Kesedihan di Gaza
Tragedi di Rafah: Delapan Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Jalur Gaza
AS menjatuhkan sanksi pada ‘kelompok ekstremis Israel’ karena memblokir bantuan Gaza
Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian
Akhir yang Mendekat bagi Pemerintahan Netanyahu yang Terpecah
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Keputusasaan di Tengah Pertempuran
Ketegangan AS-Israel: Perdebatan atas Berbagi Informasi Intelijen
Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah
$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir
Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional
Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi
Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS
HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’
PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza
Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”
Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS
Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya
Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza
Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu
Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel
Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza
Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang
Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945
Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ
Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan