Jakarta, Kowantaranews.com – Di tengah panasnya perundingan Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), minyak sawit menjadi “bintang” kontroversi. Uni Eropa (UE) dengan regulasi ketat seperti Renewable Energy Directive II (RED II) dan EU Deforestation-Free Regulation (EUDR) bikin ekspor sawit Indonesia ke Eropa serasa main kucing-kucingan. Tapi, di sudut-sudut kota, warteg (warung tegal) tetap santai menyajikan gorengan tempe renyah, seolah dunia internasional cuma drama sinetron. Apa hubungannya? Mari kita kupas!
Perundingan IEU-CEPA, yang kini memasuki babak akhir, tersandung isu minyak sawit. UE menuding sawit Indonesia tak ramah lingkungan karena deforestasi dan emisi karbon, belum lagi soal hak masyarakat adat dan petani kecil. RED II awalnya membatasi biodiesel sawit, meski Indonesia menang gugatan di WTO pada Januari 2025. EUDR lebih galak lagi, mensyaratkan bukti bahwa sawit bebas dari lahan deforestasi. Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), standar keberlanjutan Indonesia, belum diakui UE karena dianggap lemah soal HAM. Akibatnya, petani kecil yang mengelola 40% kebun sawit nasional terancam tersingkir dari pasar Eropa karena biaya sertifikasi EUDR selangit.
Lalu, apa kaitannya dengan warteg? Minyak sawit adalah “darah” dapur warteg. Dari tempe mendoan, bakwan, hingga pisang goreng, semua digoreng dengan minyak sawit yang murah dan bikin kriuk. “Minyak sawit mah andalan, Mas. Kalau pake yang lain, gorengan kok kurang nendang,” ujar Bu Marni, pemilik warteg di Pasar Minggu, Jakarta. Bagi warteg, drama IEU-CEPA ini kayak angin lalu. Kalau ekspor sawit ke Eropa macet, justru pasokan domestik bisa melimpah, menekan harga minyak goreng. “Harga turun? Alhamdulillah, bisa goreng lebih banyak tempe!” tambah Bu Marni sambil tertawa.
Tapi, ada skenario lain. Jika ISPO diakui UE dan ekspor sawit melonjak, harga minyak sawit global bisa naik. Warteg mungkin harus bayar lebih untuk minyak goreng kemasan yang biasa mereka beli dari distributor. “Naik dikit sih nggak apa-apa, asal pelanggan tetap datang,” kata Pak Slamet, pemilik warteg di Depok. Untungnya, Indonesia sebagai raja sawit dunia punya stok melimpah, jadi kenaikan harga kemungkinan tak terlalu parah. Lagipula, warteg punya jurus jitu: kalau harga minyak naik, porsi sambal dikit dikurangin, atau harga bakwan naik Rp500. Pelanggan? Tetap antre!
Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!
Petani kecil yang terdampak EUDR memang jadi isu serius, tapi koneksinya dengan warteg jauh. Warteg tak beli sawit langsung dari petani, melainkan minyak kemasan dari distributor. Kalau petani kecil kesulitan, daya beli di pedesaan mungkin turun, tapi warteg di kota besar tetap ramai oleh driver ojol, mahasiswa, dan pekerja kantoran. “Krisis Eropa? Apa itu? Yang penting temenya teh manis apa,” canda Dedi, pelanggan setia warteg di Senen.
Eddy Martono dari GAPKI bilang, tanpa kesepakatan soal standar keberlanjutan, bea masuk 0% dari IEU-CEPA tak akan bikin ekspor sawit ke Eropa melejit. Indonesia mungkin harus melirik pasar Asia atau Afrika. Tapi, buat warteg, pasar Eropa bukan urusan. Mereka adalah pahlawan kuliner lokal yang anti-drama. Kalau minyak sawit benar-benar mahal (meski kecil peluangnya), warteg mungkin coba minyak jagung, tapi pelanggan pasti protes, “Gorengan kok nggak sawit banget!”
Menko Airlangga Hartarto optimis perundingan selesai 2025, tapi isu sawit tetap alot. Jika ISPO diakui, ekspor sawit bisa meroket. Jika tidak, Indonesia harus cari pasar baru. Tapi, warteg? Mereka tetap setia dengan wajan panas dan gorengan hangat. “Sawit susah masuk Eropa? Biarin, warteg tetap jual gorengan!” ujar Bu Marni sambil menyendok bakwan ke piring pelanggan. Di tengah geopolitik yang ribet, warteg adalah oase sederhana: renyah, murah, dan bikin kenyang. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari