• Sen. Apr 28th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Gambaran Suram Jelang Lebaran: Hotel-Hotel Sepi, Pemilik Meradang

ByAdmin

Mar 17, 2025
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Dua pekan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025, suasana di sejumlah hotel di Indonesia justru lebih mirip kuburan dari pada destinasi liburan. Lorong-lorong hotel sepi, lobi sunyi, dan kamar-kamar kosong yang tak tersentuh menjadi pemandangan umum. Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengonfirmasi kekhawatiran ini: okupansi hotel rata-rata baru mencapai 20% pada H-14 Lebaran, jauh di bawah angka 50% di periode yang sama tahun lalu. Seorang pemilik hotel di Yogyakarta, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya, menggambarkan situasi ini dengan nada frustrasi: “Ini bukan lesu, ini koma! Kalau tidak ada keajaiban dalam 14 hari, kami bisa gulung tikar.”

Fenomena ini memantik pertanyaan besar: Apa yang terjadi dengan pariwisata Indonesia menjelang momen Lebaran, yang seharusnya menjadi puncak kebangkitan sektor ini? Apakah kelesuan ini hanya efek sementara, atau cermin dari krisis ekonomi yang lebih dalam?

Data PHRI: Okupansi 20% vs 50% Tahun Lalu — Krisis atau Kecerobohan?

Menurut Ketua Umum PHRI, Hariyadi Sukamdani, tren penurunan okupansi hotel tahun ini sangat mengkhawatirkan. Pada H-14 Lebaran 2024, hotel-hotel di jalur mudik dan destinasi wisata seperti Yogyakarta, Bandung, dan Lombok sudah mencapai okupansi 50%. Namun, tahun ini, angka tersebut merosot drastis menjadi 20%, bahkan di beberapa wilayah hanya menyentuh 10-15%. “Ini penurunan yang tidak wajar. Kami belum pernah melihat angka seburuk ini sejak pandemi Covid-19,” ujar Hariyadi.

Analisis PHRI menunjukkan, penurunan terjadi hampir merata di seluruh wilayah. Di Yogyakarta, misalnya, okupansi hotel di kawasan Sleman—yang biasanya jadi favorit wisatawan—hanya 18%, padahal tahun lalu mencapai 45%. Di Bali, meski sedikit lebih baik (25%), angka ini masih jauh di bawah ekspektasi. “Kami sudah memprediksi perlambatan, tapi tidak sampai separah ini,” tambahnya.

Baca juga : INDONESIA DI AMBANG RESESI ? DAYA BELI RAKYAT HANCUR, KELAS MENENGAH PUNAH?

Baca juga : Target 8% Prabowo Hancur Lebur ?  Daya Beli Rontok, Deflasi Menggila, dan PHK Serbu Perekonomian Indonesia ?

Baca juga : RITEL INDONESIA MENANGIS! Data BPS Bongkar Pahitnya Realita: ‘Lebaran Ini Tak Ada yang Menang’

Penyebab Koma Pariwisata: Krisis Daya Beli atau Salah Kebijakan?

1. Daya Beli Masyarakat yang Rontok

Ekonom senior Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyoroti melemahnya daya beli masyarakat sebagai akar masalah. Inflasi yang terus merangkak naik (6,2% per Maret 2025), kenaikan harga BBM bersubsidi, dan pengurangan subsidi listrik untuk industri telah menggerus kemampuan masyarakat kelas menengah untuk berwisata. “Ketika harga sembako saja naik 20-30%, mana ada uang untuk menginap di hotel? Masyarakat lebih memprioritaskan mudik sederhana atau sekadar staycation,” jelasnya.

Survei terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi hal ini: 72% responden mengaku mengurangi anggaran liburan Lebaran 2025, dengan alasan utama ketidakpastian ekonomi.

2. Kebijakan Diskon Tiket yang “Telat Lagi-lagi”

Pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan kebijakan diskon tiket pesawat domestik hingga 30% untuk merangsang perjalanan wisata. Namun, menurut Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno, kebijakan ini terlambat diumumkan. “Diskon baru keluar bulan Maret 2025, padahal masyarakat sudah booking tiket sejak Agustus-September 2024. Ini seperti memberi obat ketika pasien sudah sekarat,” kritik Pauline.

Akibatnya, diskon hanya meningkatkan pemesanan tiket sebesar 5-10%, jauh di bawah target 25%. Sebaliknya, tiket internasional ke Singapura, Malaysia, dan Thailand justru laris manis. “Masyarakat lebih memilih ke luar negeri karena promo tiket dan paket wisata sudah dibuka setahun sebelumnya. Pemerintah kalah cepat,” tambahnya.

3. Infrastruktur yang “Menjegal” Hotel

Pembangunan infrastruktur seperti jalan tol Surakarta-Yogyakarta yang dijadwalkan beroperasi saat Lebaran juga disinyalir menjadi bumerang. Menurut pemilik hotel di kawasan Prambanan, jalan tol ini membuat wisatawan lebih memilih menginap di daerah yang dilewati tol, seperti Klaten atau Boyolali, daripada di Yogyakarta. “Dulu, turis pasti menginap di sini karena akses ke Candi Prambanan dan Malioboro dekat. Sekarang, mereka bisa menginap di Boyolali yang lebih murah, lalu jalan tol ke Jogja hanya 1 jam. Kami jadi korban kemajuan infrastruktur,” keluhnya.

Dampak Rantai: Agen Travel Ikut Terkapar, PHK Mengintai

Kelesuan hotel berimbas pada sektor lain. Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) mencatat, pemesanan paket wisata Lebaran turun 40% dibandingkan 2024. “Biasanya di H-14, kami sudah kebanjiran permintaan. Tahun ini, telepon jarang berdering,” ujar Sekretaris Jenderal Asita, Budijanto Ardiansjah.

Bahkan di Bali—yang biasanya jadi primadona—pembatalan paket honeymoon dan tur keluarga mencapai 35%. “Banyak klien yang mengubah rencana ke luar negeri atau memilih liburan virtual,” tambah Budijanto.

Konsekuensi terburuk mulai terlihat: sejumlah hotel di Jawa Tengah dan Lombok telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sementara terhadap karyawan paruh waktu. “Jika okupansi tidak naik dalam dua pekan, kami terpaksa menutup 50% kamar dan mengurangi staf,” ucap manajer sebuah hotel berbintang di Semarang.

Harapan di Ujung Tanduk: Bisakah “Mukjizat H-5” Menyelamatkan?

Meski situasi suram, PHRI masih berharap pada lonjakan last-minute booking di H-5 hingga H-3 Lebaran. “Tahun lalu, okupansi melonjak dari 50% ke 85% dalam 3 hari. Kami berharap pola serupa terulang,” kata Hariyadi. Namun, ia mengakui tantangan tahun ini lebih berat.

Beberapa hotel mulai menggelar promo “gila-gilaan”, seperti diskon 70% untuk pemesanan kamar, paket keluarga gratis tur lokal, atau bahkan cashback hingga Rp 1 juta. Di Lombok, sebuah resor menawarkan menginap 3 hari bayar 1 hari untuk menarik wisatawan. “Ini langkah putus asa, tapi kami harus bertahan,” ujar marketing manager resor tersebut.

Potensi Bencana Jangka Panjang: Pariwisata Indonesia Terancam “Brain Drain”

Jika krisis ini berlanjut, bukan hanya okupansi hotel yang terancam. Pelaku industri memprediksi eksodus pekerja pariwisata ke sektor lain atau bahkan ke luar negeri. “Banyak staf hotel yang sudah mengikuti pelatihan kerja di Jepang atau Korea. Kalau situasi tidak membaik, mereka akan hengkang,” ujar manajer HRD sebuah hotel chain di Jakarta.

Selain itu, kredit macet di sektor properti—khususnya pembangunan hotel baru—bisa memicu krisis keuangan. “Ada 200 proyek hotel yang tertunda karena investor menarik diri. Ini bisa jadi bom waktu,” tambah ekonom Wijayanto Samirin.

Alarm Darurat untuk Negeri Para Peminum Kopi

Data okupansi 20% bukan sekadar angka—ini adalah lampu merah bagi pariwisata Indonesia. Di balik gegap gempita pembangunan infrastruktur dan jargon “Wonderful Indonesia”, ada jutaan pekerja hotel, agen travel, dan pedagang kecil yang menggantungkan hidup pada momen Lebaran.

Jika tidak ada intervensi cepat dan tepat, kelesuan ini bukan hanya akan membunuh hotel-hotel kecil, tetapi juga mengubur optimisme pemulihan ekonomi nasional. Seperti kata pemilik hotel di Yogyakarta: “Kami tidak butuh jalan tol mewah. Kami butuh wisatawan yang kembali percaya bahwa liburan di negeri sendiri masih bisa menyenangkan.”

Pertanyaannya kini: Akankah pemerintah dan pelaku industri bangkit dari “koma” ini sebelum Lebaran tiba? Atau, kita hanya akan menyaksikan tragedi kepunahan pariwisata Indonesia di tengah hingar-bingar jalan tol dan diskon yang terlambat? By Mukroni

foto CNBC Indonesia

  • Berita Terkait

INDONESIA DI AMBANG RESESI ? DAYA BELI RAKYAT HANCUR, KELAS MENENGAH PUNAH?

Target 8% Prabowo Hancur Lebur ?  Daya Beli Rontok, Deflasi Menggila, dan PHK Serbu Perekonomian Indonesia ?

RITEL INDONESIA MENANGIS! Data BPS Bongkar Pahitnya Realita: ‘Lebaran Ini Tak Ada yang Menang’

Gempuran Koperasi Desa Merah Putih: 70.000 Pusat Ekonomi Baru Siap Mengubah Indonesia!

1 Juta Mimpi Terhambat: UMKM Berjuang Melawan Kredit Macet

Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!

Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM

Revolusi Gizi: Makan Gratis untuk Selamatkan Jutaan Jiwa dari Kelaparan

Gebrakan Sejarah: Revolusi Makan Bergizi Gratis, Ekonomi Lokal Bangkit!

PPN 12 Persen: Harapan atau Ancaman Bagi Ekonomi Rakyat?

Setengah Kekayaan Negeri dalam Genggaman Segelintir Orang: Potret Suram Kesenjangan Ekonomi Indonesia

Menuju Indonesia Tanpa Impor: Mimpi Besar atau Bom Waktu?

Gebrakan PPN 12 Persen: Strategi Berani yang Tak Menjamin Kas Negara Melejit!

Rupiah di Ujung Tanduk: Bank Indonesia Siapkan “Senjata Pamungkas” untuk Lawan Gejolak Dolar AS!

PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!

12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil

Prabowo Hadapi Warisan Beban Utang Raksasa: Misi Penyelamatan Anggaran di Tengah Tekanan Infrastruktur Jokowi

Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia

Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?

Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?

Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!

Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?

QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia

Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!

Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!

Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?

Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?

Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!

Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!

Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!

Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?

Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!

Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala

Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!

Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!

Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!

Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!

Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!

APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi

“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”

Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah

Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024

IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan

Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung


By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *