• Sen. Apr 28th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

INVESTOR BERLARIAN! IHSG TERSUNGKUR KE 6.011, EKONOMI INDONESIA DIKRITIK ‘TUMBANG TANPA MUSUH’!

ByAdmin

Mar 19, 2025
Sharing is caring

Pembukaan: Bursa Jakarta dalam Kepungan Kepanikan

Pukul 11.19 WIB, Selasa (18 Maret 2025), Bursa Efek Indonesia (BEI) memutuskan untuk menghentikan perdagangan saham selama 30 menit. Keputusan itu diambil setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 6% ke level 6.011,84 di sesi pertama—angka terendah dalam tiga tahun terakhir. Suasana di lantai bursa digambarkan sebagai “panik total”. Para trader saling berteriak, layar-layar monitor dipenuhi warna merah darah, sementara notifikasi penurunan saham bergema seperti alarm kiamat. Ini bukan sekadar koreksi pasar, melainkan geger finansial yang mengekspos retaknya fondasi kepercayaan terhadap kebijakan ekonomi pemerintah.

IHSG akhirnya ditutup di level 6.223,39—melemah 3,84% dari hari sebelumnya. Namun, kerugian terbesar justru terjadi di balik angka-angka itu: Rp 1.200 triliun nilai kapitalisasi pasar menguap dalam hitungan jam. Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih senilai Rp 4,5 triliun, sementara investor ritel berbondong-bondong ke aplikasi trading untuk cut loss. Seorang investor yang enggan disebut namanya mengaku kehilangan Rp 500 juta hanya dalam dua jam. “Ini seperti ditabrak kereta api. Pemerintah tidak pernah memberi sinyal bahaya,” katanya, gemetar.

Babak I: IHSG Tersungkur—Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Penurunan IHSG hari ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Sejak awal 2025, pasar saham Indonesia telah menunjukkan gejala kelelahan. Pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan OECD hanya 4,9% pada 2025—jauh di bawah target pemerintah 5,3%—menjadi alarm pertama. Namun, pemicu utama adalah kebijakan domestik yang kontroversial.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang sebagai solusi stunting, justru dikritik sebagai pemborosan APBN. Anggaran sebesar Rp 50 triliun untuk program ini dianggap tidak tepat sasaran, apalagi di tengah defisit anggaran yang membengkak. “Ini seperti membeli pesawat jet saat rumah kebakaran,” ujar Deni Friawan, peneliti senior CSIS. Program lain seperti Danantara (platform finansialisasi aset negara) dan Koperasi Merah Putih juga dinilai ambigu, minim detail teknis, dan berpotensi menjadi sarang korupsi.

Tak hanya itu, komunikasi pemerintah yang amburadul memperparah situasi. Pernyataan Menteri BUMN tentang “penjualan aset strategis” minggu lalu langsung memicu spekulasi negatif. Padahal, rencana itu belum dibahas di tingkat menteri. “Pasar saham itu hidup dari ekspektasi. Ketika pemerintah bicara tanpa koordinasi, investor mengartikannya sebagai ketidaksiapan,” tegas Jahen Fachrul Rezki, ekonom LPEM FEB UI.

Babak II: Domino Effect dari Kegagalan Kebijakan

Keruntuhan IHSG hari ini adalah puncak gunung es dari akumulasi kekecewaan investor. Sejak kuartal IV/2024, arus modal asing ke pasar saham Indonesia sudah menipis. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, investasi asing di pasar modal turun 22% secara tahunan (yoy). Penyebabnya beragam: dari ketidakpastian aturan pajak hingga kekhawatiran atas intervensi politik di sektor privat.

Contoh konkret adalah kebijakan pajak yang tidak konsisten. Di tengah upaya Sri Mulyani meningkatkan penerimaan pajak, muncul wacana pengenaan pajak transaksi saham untuk investor ritel. Meski belum disahkan, isu ini langsung membuat investor kecil-kecilan panik. “Ini seperti mengobral ketakutan. Pemerintah tidak paham psikologi pasar,” kritik Wijayanto Samirin, ekonom Paramadina.

Di sisi lain, kinerja emiten juga mulai goyah. Laporan keuangan Q1/2025 mencatat, 60% perusahaan sektor konsumsi mengalami penurunan laba bersih. Sektor properti dan infrastruktur terhambat oleh kenaikan suku bunga BI yang belum juga turun. Saham-saham blue chip seperti BBCA, BBRI, dan TLKM pun ikut terseret arus jual.

Babak III: Drama di Balik Layar—Politik vs Ekonomi

Kunjungan mendadak Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad dan Komisi XI ke BEI menjadi sorotan. Dalam konferensi pers, Dasco menyatakan dukungannya kepada pasar, tetapi banyak yang menilai langkah ini terlambat dan sekadar pencitraan. “Ini seperti menutup lubang dengan daun pisang. DPR harusnya mengawasi kebijakan fiskal, bukan turun ke bursa,” ujar seorang analis yang enggan disebut namanya.

Spekulasi tentang pengunduran diri Sri Mulyani menambah panas suasana. Kabar ini merebak setelah Menkeu tidak muncul di rapat terbatas dengan Presiden tiga hari lalu. Meski Sri Mulyani dan Airlangga Hartarto membantahnya, keraguan tetap tertanam. “Jika Sri Mulyani mundur, itu adalah akhir dari kredibilitas APBN,” kata seorang fund manager asing.

Pemerintah sendiri tampak bingung menentukan prioritas. Di satu sisi, mereka berjanji menjaga defisit APBN di bawah 3%. Di sisi lain, program-program populisme seperti MBG dan Koperasi Merah Putih terus dipertahankan. “Ini paradoks. Mereka ingin dilihat sebagai penyelamat rakyat, tapi mengorbankan stabilitas makro,” sindir Deni Friawan.

Baca juga : Gambaran Suram Jelang Lebaran: Hotel-Hotel Sepi, Pemilik Meradang

Baca juga : INDONESIA DI AMBANG RESESI ? DAYA BELI RAKYAT HANCUR, KELAS MENENGAH PUNAH?

Baca juga : Target 8% Prabowo Hancur Lebur ?  Daya Beli Rontok, Deflasi Menggila, dan PHK Serbu Perekonomian Indonesia ?

Babak IV: Kritik ‘Tumbang Tanpa Musuh’—Mana Lawan Sebenarnya?

Yang paling menyakitkan dari seluruh episode ini adalah tidak adanya faktor eksternal yang bisa dijadikan kambing hitam. Berbeda dengan krisis 1998 (gejolak mata uang) atau 2008 (subprime mortgage AS), IHSG kali ini jatuh karena ulah sendiri. Bahkan, bursa saham regional seperti Singapura dan Thailand justru mencatat kenaikan 0,5-1,2% di hari yang sama.

Para ekonom menyebut ini sebagai “krisis kepercayaan”. Investor tidak lagi yakin pemerintah mampu mengelola risiko. Indikatornya jelas:

  1. Nilai tukar rupiah yang terus melemah ke level Rp 16.200/USD.
  2. Surat utang negara (SUN) dengan imbal hasil 10 tahun yang melonjak ke 7,5%—tertinggi sejak 2020.
  3. Penurunan rating Indonesia oleh lembaga pemeringkat Fitch dari BBB menjadi BBB- awal Maret.

“Kita seperti pasien yang menolak diobati. Masalahnya jelas: defisit transaksi berjalan, utang swasta membengkak, dan produktivitas rendah. Tapi pemerintah sibuk dengan program-program seremonial,” ujar Wijayanto Samirin.

Babak V: Langkah Darurat dan Harapan yang Tertatih

Pertanyaan besar kini: apa yang bisa menyelamatkan IHSG? BEI dan OJK telah mengeluarkan paket stimulus, termasuk pelonggaran margin trading dan insentif bagi emiten untuk melakukan buyback saham. Namun, langkah ini dianggap tidak menyentuh akar masalah.

Sri Mulyani, dalam konferensi persnya, mencoba menenangkan pasar dengan menunjukkan pertumbuhan penerimaan pajak 6,6% per 17 Maret 2025. “Kami tetap optimistis APBN 2025 terkendali,” katanya. Sayangnya, pasar tidak terpengaruh. “Pajak tumbuh karena tekanan penagihan, bukan karena ekonomi membaik. Ini sinyal berbahaya,” kata Jahen Rezki.

Di sisi lain, Airlangga Hartarto mengklaim pemerintah sedang menyiapkan paket deregulasi untuk menarik investasi. Namun, tidak ada detail konkret yang diberikan. “Mereka masih terjebak retorika. Investor butuh kepastian, bukan janji,” ujar analis pasar modal.

Belajar dari Krisis atau Mengulangi Sejarah?

Kejatuhan IHSG hari ini adalah tamparan keras bagi Indonesia. Ini mengingatkan pada krisis 2013 (taper tantrum) dan 2018 (pelemahan rupiah), di mana ketidakmampuan membaca pasar berujung pada kerugian triliunan.

Ekonom menyarankan tiga langkah darurat:

  1. Hentikan program-program tidak prioritas seperti MBG dan alihkan anggaran ke sektor produktif.
  2. Perkuat koordinasi kebijakan antara pemerintah, BI, OJK, dan DPR.
  3. Luncurkan kebijakan transparan terkait pajak dan utang untuk memulihkan kepercayaan.

Namun, di tengah hiruk-pikuk politik tahun 2025—yang disebut banyak pihak sebagai tahun persiapan Pilpres 2029—langkah-langkah rasional mungkin tenggelam oleh kepentingan jangka pendek. Jika ini terjadi, IHSG bukan hanya akan tersungkur, tetapi mungkin tidak bisa bangun lagi. By Mukroni

www.cnbcindonesia.com

  • Berita Terkait

Gambaran Suram Jelang Lebaran: Hotel-Hotel Sepi, Pemilik Meradang

INDONESIA DI AMBANG RESESI ? DAYA BELI RAKYAT HANCUR, KELAS MENENGAH PUNAH?

Target 8% Prabowo Hancur Lebur ?  Daya Beli Rontok, Deflasi Menggila, dan PHK Serbu Perekonomian Indonesia ?

RITEL INDONESIA MENANGIS! Data BPS Bongkar Pahitnya Realita: ‘Lebaran Ini Tak Ada yang Menang’

Gempuran Koperasi Desa Merah Putih: 70.000 Pusat Ekonomi Baru Siap Mengubah Indonesia!

1 Juta Mimpi Terhambat: UMKM Berjuang Melawan Kredit Macet

Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!

Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM

Revolusi Gizi: Makan Gratis untuk Selamatkan Jutaan Jiwa dari Kelaparan

Gebrakan Sejarah: Revolusi Makan Bergizi Gratis, Ekonomi Lokal Bangkit!

PPN 12 Persen: Harapan atau Ancaman Bagi Ekonomi Rakyat?

Setengah Kekayaan Negeri dalam Genggaman Segelintir Orang: Potret Suram Kesenjangan Ekonomi Indonesia

Menuju Indonesia Tanpa Impor: Mimpi Besar atau Bom Waktu?

Gebrakan PPN 12 Persen: Strategi Berani yang Tak Menjamin Kas Negara Melejit!

Rupiah di Ujung Tanduk: Bank Indonesia Siapkan “Senjata Pamungkas” untuk Lawan Gejolak Dolar AS!

PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!

12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil

Prabowo Hadapi Warisan Beban Utang Raksasa: Misi Penyelamatan Anggaran di Tengah Tekanan Infrastruktur Jokowi

Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia

Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?

Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?

Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!

Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?

QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia

Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!

Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!

Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?

Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?

Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!

Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!

Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!

Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?

Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!

Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala

Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!

Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!

Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!

Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!

Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!

APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi

“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”

Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah

Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024

IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan

Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung


By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *