Jakarta, Kowantaranews.com — Korea Selatan kembali dihadapkan pada krisis politik yang mengguncang fondasi demokrasinya. Proses pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol, yang diajukan oleh partai oposisi di Majelis Nasional, menjadi puncak dari ketegangan yang telah memanas dalam beberapa bulan terakhir. Dekrit darurat militer yang dikeluarkan Yoon menjadi pemantik utama, memicu kecaman luas dari oposisi dan memobilisasi rakyat untuk menuntut tanggung jawab.
Dini hari Kamis, 191 anggota parlemen, termasuk satu independen, mengajukan mosi pemakzulan terhadap Presiden Yoon. Tindakan ini diambil setelah deklarasi darurat militer Yoon dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap konstitusi dan prinsip demokrasi negara.
Darurat Militer yang Menggegerkan
Deklarasi darurat militer yang diumumkan pada Selasa malam (3/12/2024) menjadi isu yang memecah belah negara. Presiden Yoon mengklaim langkah ini diperlukan untuk menanggulangi ancaman keamanan nasional, tetapi banyak pihak, terutama dari Partai Demokrat, melihatnya sebagai langkah otoriter yang merusak tatanan demokrasi.
Dekrit ini melarang pemogokan, demonstrasi, dan menempatkan media di bawah kendali penuh militer. Oposisi menuduh tindakan ini tidak hanya melanggar kebebasan sipil, tetapi juga membahayakan prinsip pemisahan kekuasaan yang diabadikan dalam konstitusi.
“Kebijakan ini telah menyebabkan kebingungan dan ketakutan yang besar di kalangan rakyat,” ujar Kim Seung-won, anggota Partai Demokrat, dalam sidang Majelis Nasional. “Kita harus segera menangguhkan wewenang Presiden Yoon untuk memulihkan stabilitas dan demokrasi di negara ini.” (Kompas.id, 05/12/2024)
Proses Pemakzulan di Majelis Nasional
Pemakzulan Presiden Yoon tidak bisa dilakukan dengan mudah. Oposisi membutuhkan dukungan dua pertiga dari total 300 anggota parlemen di Majelis Nasional untuk mengesahkan mosi ini. Dengan 191 anggota oposisi, mereka masih memerlukan dukungan setidaknya 8 anggota dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP), partai yang berkuasa.
Namun, hingga Kamis pagi, tidak satu pun dari 108 anggota PPP hadir dalam pengajuan mosi tersebut. Meski begitu, internal PPP juga terlihat terpecah. Sebanyak 18 anggota PPP secara terbuka mengkritik dekrit darurat militer dan menyerukan pencabutannya.
Jika mosi ini disetujui, proses akan berlanjut ke Mahkamah Konstitusi yang memiliki waktu hingga 180 hari untuk memutuskan apakah pemakzulan dapat disahkan. Jika setidaknya enam dari sembilan hakim Mahkamah Konstitusi mendukung, Presiden Yoon akan resmi diberhentikan dari jabatannya, dan pemilihan umum baru harus diadakan dalam waktu 60 hari.
Baca juga : Demokrasi di Ujung Tanduk: Drama Darurat Militer Yoon Suk Yeol Mengguncang Korea Selatan
Baca juga : Muhammad Yunus: Misi Menyelamatkan Bangladesh dari Reruntuhan Hasina!
Baca juga : Hezbollah Tahan Langkah: Pertarungan di Suriah Beralih ke Taruhan Baru di Timur Tengah!
Drama di Gedung Parlemen
Ketegangan semakin meningkat sejak Selasa malam, ketika ratusan anggota parlemen berusaha berkumpul di gedung parlemen untuk memulai proses pembatalan dekrit darurat militer. Adegan dramatis terjadi ketika anggota parlemen harus berhadapan dengan barikade keamanan yang ketat dan keberadaan militer di sekitar gedung.
Salah satu momen yang mencuri perhatian publik adalah siaran langsung oleh Lee Jae-myung, pemimpin Partai Demokrat yang pernah kalah tipis dari Yoon dalam pemilihan presiden 2022. Melalui platform media sosial, Lee mengajak warga Korea Selatan untuk mendukung upaya parlemen dengan datang ke gedung parlemen.
“Parlemen harus memberikan suara untuk mencabut darurat militer,” ujar Lee dalam siarannya. “Kami membutuhkan dukungan rakyat untuk melindungi demokrasi negara ini.”
Aksi Lee berhasil mengumpulkan ratusan warga yang berkumpul di sekitar gedung parlemen, meneriakkan tuntutan agar Yoon mengundurkan diri. Ketegangan meningkat ketika pasukan keamanan dan militer mencoba membatasi akses ke ruang utama parlemen, memicu bentrokan fisik antara anggota parlemen dan aparat keamanan.
Salah satu insiden yang paling mencolok terjadi ketika Ahn Gwi-ryeong, seorang mantan pembawa berita yang kini menjadi juru bicara Partai Demokrat, terlibat konfrontasi dengan seorang tentara. Dalam rekaman video yang viral, Ahn terlihat mencoba merampas senapan tentara tersebut sambil berteriak, “Apa kau tidak malu?”
Reaksi Internasional
Situasi di Korea Selatan ini tidak luput dari perhatian dunia internasional. Amerika Serikat, sekutu terdekat Korea Selatan, menyatakan keprihatinannya terhadap perkembangan tersebut. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang tengah berada di Brussels, menegaskan pentingnya penyelesaian krisis ini melalui jalur hukum dan damai.
“Demokrasi Korea Selatan adalah salah satu yang terkuat di dunia. Sangat penting bahwa setiap perbedaan politik diselesaikan secara damai sesuai dengan aturan hukum,” ujar Blinken.
Namun, pernyataan mengejutkan datang dari Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, yang mengaku bahwa Washington tidak diberitahu sebelumnya mengenai deklarasi darurat militer oleh Presiden Yoon.
“Kami mengetahui hal ini dari pemberitaan di televisi, sama seperti yang lain di seluruh dunia,” kata Sullivan.
Masa Depan Politik Korea Selatan
Krisis politik yang sedang berlangsung ini menempatkan Korea Selatan di persimpangan jalan. Bagi banyak pihak, langkah pemakzulan Presiden Yoon adalah ujian bagi kekuatan demokrasi negara tersebut.
Bagi oposisi, tindakan Yoon yang dianggap otoriter harus dihentikan untuk mencegah preseden buruk di masa depan. Namun, bagi pendukung Yoon, langkah darurat militer adalah kebijakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas di tengah ancaman yang semakin kompleks.
Meski belum ada keputusan akhir, situasi ini telah memperlihatkan betapa rentannya demokrasi, bahkan di negara dengan sejarah panjang perjuangan untuk kebebasan dan hak asasi manusia. Dengan rakyat yang semakin terpolarisasi dan institusi negara yang berada di bawah tekanan, masa depan Korea Selatan tetap menjadi tanda tanya besar.
Ketika seluruh dunia memperhatikan perkembangan ini, rakyat Korea Selatan menghadapi momen yang menentukan dalam sejarah demokrasi mereka. Apakah mereka akan menyaksikan pemakzulan seorang presiden, atau apakah Yoon akan mampu mempertahankan posisinya, hanya waktu yang akan menjawab. Namun satu hal yang pasti: krisis ini akan meninggalkan jejak yang mendalam dalam perjalanan politik Korea Selatan. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait
Demokrasi di Ujung Tanduk: Drama Darurat Militer Yoon Suk Yeol Mengguncang Korea Selatan
Muhammad Yunus: Misi Menyelamatkan Bangladesh dari Reruntuhan Hasina!
Hezbollah Tahan Langkah: Pertarungan di Suriah Beralih ke Taruhan Baru di Timur Tengah!
Misi Diplomatik Taiwan: Melawan Bayang-Bayang China di Tengah Laut Pasifik
Badai Besi di Langit Ukraina: Serangan Drone Terbesar Rusia Mengguncang Negeri
Chinatown Baru Bangkok: Magnet Wisata Baru yang Memikat Hati Dunia!
Rahasia Gelap di Balik Transisi Kekuasaan Trump: Ancaman bagi Demokrasi?
Armagedon di Dnipro: Rusia Hujani Ukraina dengan Rudal Antarbenua
Bencana Identitas: Menteri Kanada Tersungkur setelah Salah Mengklaim Warisan Pribumi
Mengejutkan! Perampok Beraksi di Kastil Windsor, Keamanan Kerajaan Dipertaruhkan!
Indonesia: Magnet Besar, Tantangan Tak Berujung bagi Investor AS
Dunia Bersatu di Tangan Prabowo: Perjanjian Bersejarah dengan Kanada dan Peru di KTT APEC!
Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia
Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?
Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?
Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!
Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?
QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia
Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!
Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!
Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?
Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?
Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!
Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!
Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!
Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?
Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!
Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala
Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!
Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!
Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!
Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!
Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!
APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi
“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”
Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung