Jakarta, Kowantaranews.com -Kawasan Timur Tengah kembali bergolak dengan dinamika geopolitik yang kompleks, membawa pergeseran strategis yang menarik perhatian dunia internasional. Dalam perkembangan terbaru, kelompok bersenjata Lebanon, Hezbollah, dikabarkan menahan langkah untuk mengirimkan pejuangnya ke Suriah utara, meskipun situasi di wilayah tersebut memanas akibat serangan mendadak oleh aliansi pemberontak. Keputusan ini menandai babak baru dalam konflik panjang yang melibatkan berbagai aktor regional dan global.
Kemunduran di Utara Suriah: Assad Hadapi Tantangan Terbesar
Pekan lalu, aliansi pemberontak melancarkan serangan besar-besaran yang mengejutkan rezim Suriah. Mereka berhasil merebut wilayah yang sebelumnya dikuasai pemerintah di provinsi Aleppo dan Idlib, termasuk kota strategis Aleppo. Ini merupakan pukulan telak bagi Presiden Bashar al-Assad, yang selama bertahun-tahun berhasil mempertahankan kendali atas kota tersebut dengan dukungan militer dari sekutu utamanya: Iran, Rusia, dan Hezbollah.
Namun, serangan ini tidak hanya menimbulkan kekhawatiran bagi rezim Assad, tetapi juga memicu pertanyaan tentang kesiapan sekutunya, khususnya Hezbollah, yang sebelumnya menjadi aktor kunci dalam membantu pasukan Suriah merebut kembali wilayah-wilayah penting sejak 2013.
Hezbollah Tahan Langkah: Mengapa?
Meski biasanya siap turun tangan untuk mendukung sekutunya, kali ini Hezbollah memilih menahan langkah. Tiga sumber yang dekat dengan kelompok ini menyatakan bahwa Hezbollah belum menerima permintaan resmi dari pemerintah Suriah untuk mengirim pasukan tambahan ke utara. Selain itu, kelompok yang didukung Iran ini tampaknya tidak dalam posisi siap untuk terlibat langsung di Suriah, setelah lebih dari setahun terlibat dalam konflik intensif dengan Israel.
Selama dua bulan terakhir, Hezbollah menghadapi pertempuran darat berat di Lebanon selatan. Menurut laporan, sebanyak 4.000 pejuangnya mungkin telah tewas akibat serangan militer Israel sejak Oktober 2023. Selain itu, serangan udara Israel juga menargetkan posisi mereka di Suriah, di mana mereka sebelumnya memainkan peran penting dalam mendukung pasukan Assad.
Keputusan untuk menarik sebagian besar perwira seniornya dari Aleppo, serta pasukan lainnya dari Suriah utara pada Oktober, menunjukkan fokus baru Hezbollah pada perbatasan Lebanon-Israel. Langkah ini mencerminkan prioritas pertahanan kelompok tersebut di tengah meningkatnya ancaman dari Israel, yang telah meningkatkan intensitas serangannya terhadap infrastruktur dan personel Hezbollah.
Baca juga : Misi Diplomatik Taiwan: Melawan Bayang-Bayang China di Tengah Laut Pasifik
Baca juga : Badai Besi di Langit Ukraina: Serangan Drone Terbesar Rusia Mengguncang Negeri
Baca juga : Chinatown Baru Bangkok: Magnet Wisata Baru yang Memikat Hati Dunia!
Iran: Dukungan Tetap Ada, tapi Tanpa Pasukan di Lapangan
Iran, sekutu utama Suriah dan Hezbollah, juga tampaknya menahan diri dalam konflik terbaru ini. Seorang pejabat senior Iran mengatakan bahwa Teheran terus memantau perkembangan situasi di Suriah dan siap memberikan dukungan jika diperlukan. Namun, hingga kini, tidak ada rencana untuk mengerahkan personel militer Iran ke medan perang Suriah.
Pernyataan ini diperkuat oleh laporan yang menyebutkan bahwa selama pertemuan dengan pejabat Suriah, belum ada permintaan resmi dari pemerintah Assad untuk pengerahan pasukan Iran. Sementara itu, seorang pejabat regional yang dekat dengan Teheran menegaskan bahwa meskipun komunikasi dengan Hezbollah terus dilakukan, belum ada instruksi atau permintaan konkret untuk pengiriman pejuang ke Suriah utara.
Dinamika Strategis di Timur Tengah
Keputusan Hezbollah dan Iran untuk menahan diri ini menggarisbawahi perubahan dinamika strategis di Timur Tengah. Selama bertahun-tahun, peran Hezbollah di Suriah telah menjadi bagian integral dari strategi Iran untuk mempertahankan pengaruhnya di kawasan tersebut. Namun, dengan meningkatnya tekanan dari Israel di perbatasan Lebanon, Hezbollah tampaknya harus mengalihkan fokusnya untuk mempertahankan posisinya di dalam negeri.
Di sisi lain, Suriah kini menghadapi ujian besar dalam mempertahankan wilayahnya tanpa dukungan penuh dari sekutunya. Meski Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menyatakan keyakinannya bahwa militer Suriah mampu menangani ancaman pemberontak, kekhawatiran tetap ada. Kemampuan pasukan Assad untuk menghadapi aliansi pemberontak tanpa bantuan langsung dari Hezbollah dan Iran masih diragukan, terutama mengingat kemunduran signifikan di Aleppo.
Hezbollah dan Taruhan Baru di Timur Tengah
Keputusan untuk menahan langkah di Suriah tidak berarti Hezbollah keluar dari permainan. Sebaliknya, ini mencerminkan strategi baru kelompok tersebut dalam menghadapi realitas geopolitik yang berubah. Dengan meningkatnya ancaman dari Israel, Hezbollah tampaknya lebih fokus pada pertahanan di wilayah Lebanon, memastikan bahwa mereka tetap menjadi aktor dominan dalam konflik Israel-Lebanon yang berkepanjangan.
Namun, pilihan ini tidak tanpa risiko. Dengan mengurangi kehadiran mereka di Suriah, Hezbollah mungkin kehilangan pengaruhnya di medan perang yang selama ini menjadi salah satu ajang utama mereka untuk memperkuat posisi regionalnya. Selain itu, keputusan ini juga dapat membuka celah bagi pemberontak untuk memperkuat posisi mereka di Suriah utara, menciptakan tantangan tambahan bagi rezim Assad.
Apa Berikutnya?
Ketegangan di Timur Tengah dipastikan akan terus meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Dengan Hezbollah yang menahan langkah di Suriah, peran Iran dan Rusia sebagai pendukung utama Assad semakin krusial. Pertanyaannya adalah, sejauh mana kedua negara ini bersedia terlibat dalam konflik yang terus berkembang di Suriah, mengingat tekanan internasional dan tantangan domestik masing-masing?
Di sisi lain, pemberontak di Suriah tampaknya tidak akan berhenti pada pencapaian terbaru mereka. Kemajuan mereka di Aleppo dan Idlib memberikan momentum baru bagi perjuangan mereka, yang dapat mengubah keseimbangan kekuatan di Suriah.
Bagi Hezbollah, tantangan utama ke depan adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan untuk mempertahankan pengaruhnya di Suriah dan tuntutan untuk melindungi posisinya di Lebanon. Sementara itu, bagi Suriah, keputusan sekutunya untuk menahan diri menjadi pengingat bahwa dalam geopolitik Timur Tengah, setiap langkah memiliki konsekuensi yang luas dan mendalam.
Keputusan Hezbollah untuk menahan langkah di Suriah mencerminkan perubahan strategi kelompok tersebut di tengah tekanan yang meningkat dari berbagai pihak. Meski ini mungkin memberikan peluang bagi pemberontak di Suriah, langkah ini juga menunjukkan fokus baru Hezbollah dalam mempertahankan posisi domestiknya di Lebanon.
Namun, dinamika di Timur Tengah jarang statis. Dengan begitu banyak aktor yang terlibat dan kepentingan yang saling bertabrakan, babak berikutnya dalam konflik ini dipastikan akan membawa tantangan baru. Pertanyaannya adalah, apakah Hezbollah dan sekutunya siap menghadapi taruhan besar yang sedang berkembang di kawasan ini? By Mukroni
Foto CNBC Indonesia
- Berita Terkait
Misi Diplomatik Taiwan: Melawan Bayang-Bayang China di Tengah Laut Pasifik
Badai Besi di Langit Ukraina: Serangan Drone Terbesar Rusia Mengguncang Negeri
Chinatown Baru Bangkok: Magnet Wisata Baru yang Memikat Hati Dunia!
Rahasia Gelap di Balik Transisi Kekuasaan Trump: Ancaman bagi Demokrasi?
Armagedon di Dnipro: Rusia Hujani Ukraina dengan Rudal Antarbenua
Bencana Identitas: Menteri Kanada Tersungkur setelah Salah Mengklaim Warisan Pribumi
Mengejutkan! Perampok Beraksi di Kastil Windsor, Keamanan Kerajaan Dipertaruhkan!
Indonesia: Magnet Besar, Tantangan Tak Berujung bagi Investor AS
Dunia Bersatu di Tangan Prabowo: Perjanjian Bersejarah dengan Kanada dan Peru di KTT APEC!
Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia
Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?
Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?
Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!
Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?
QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia
Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!
Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!
Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?
Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?
Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!
Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!
Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!
Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?
Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!
Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala
Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!
Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!
Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!
Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!
Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!
APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi
“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”
Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung