• Ming. Jan 26th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Kamala Harris Siap Mengakhiri ‘Era Kekacauan’ Trump di Lapangan Bersejarah

ByAdmin

Okt 30, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Pada malam yang penuh semangat di ibu kota Amerika Serikat, Wakil Presiden Kamala Harris, yang kini menjadi kandidat utama Partai Demokrat untuk pemilihan presiden 2024, menyampaikan pidato pamungkas yang penuh emosi di depan ribuan pendukungnya. Kampanye ini digelar di Lapangan Ellipse, dekat Monumen Washington, Washington, D.C., sebuah lokasi yang tak hanya simbolis bagi negara, tetapi juga menjadi “rekaman jejak hitam” bagi mantan presiden dan kandidat petahana dari Partai Republik, Donald Trump. Di sanalah pada Januari 2021, Amerika menyaksikan salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah demokrasi modernnya: serangan massa ke Gedung Capitol.

Dengan latar Gedung Putih yang menyala terang, Harris berdiri di atas panggung, diapit bendera Amerika dan banner bertuliskan “FREEDOM” dalam warna biru dan putih. Dihadapan 75.000 pendukung yang memadati lapangan itu, Harris menggugah semangat mereka dengan menyebutkan perlunya kepemimpinan baru untuk membawa negara keluar dari ‘era kekacauan’ yang disimbolkan oleh Trump. Sebagai seorang perempuan yang mendekati kemungkinan menjadi presiden pertama dalam sejarah Amerika, pidato Harris malam itu bukan hanya soal politik; itu adalah seruan untuk persatuan, stabilitas, dan harapan.

Harris, yang dengan tegas mengkritik Trump, menggambarkan mantan presiden itu sebagai sosok yang “tidak stabil, selalu terobsesi dengan balas dendam, dan haus kekuasaan tanpa batas.” Dia mengingatkan publik tentang masa-masa yang sulit di bawah kepemimpinan Trump, masa ketika banyak kebijakan dan tindakan kontroversialnya membawa ketidakpastian dan konflik. “Kalian semua punya kuasa untuk membuka halaman baru dan menulis bab berikutnya dalam sejarah yang paling luar biasa,” ujar Harris di hadapan kerumunan yang beberapa kali meneriakkan namanya.

Bagi Harris, kampanye ini bukan sekadar memenangkan suara tetapi lebih dari itu, menghidupkan harapan baru untuk generasi berikutnya. “Ini saatnya menutup halaman penuh drama dan konflik, kecemasan dan perpecahan,” tegasnya. “Saya siap menjalankan kepemimpinan itu sebagai presiden berikutnya Amerika Serikat.”

Simbolisme di Lapangan Ellipse

Lapangan Ellipse, tempat Harris berpidato, telah lama menjadi tempat bersejarah bagi rakyat Amerika, sering kali menjadi saksi dari berbagai momen penting dalam politik nasional. Namun, sejak insiden kerusuhan pada Januari 2021, tempat ini memiliki makna yang lebih mendalam sebagai simbol peringatan bagi mereka yang mengecam kepemimpinan Trump. Dalam pidatonya, Harris tampaknya sengaja memilih tempat ini untuk membangkitkan ingatan rakyat Amerika akan periode tersebut dan mengingatkan mereka akan risiko jika Trump kembali berkuasa.

Beberapa analis politik melihat pidato di Ellipse ini sebagai langkah strategis Harris untuk mengonsolidasikan dukungan dari basis Demokrat, terutama dari kelompok-kelompok yang terpinggirkan dan minoritas. Dengan mengingatkan rakyat Amerika akan masa-masa kelam itu, Harris berharap bisa memperkuat pesannya tentang pentingnya stabilitas dan kepemimpinan yang bisa dipercaya.

Baca juga : Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup

Baca juga : Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!

Baca juga : Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global

Pidato yang Menggemakan Suara Rakyat

Pidato Harris disiarkan ke berbagai kota di seluruh Amerika, termasuk di Seattle, Negara Bagian Washington, di mana banyak pendukungnya berkumpul untuk menyaksikan bersama-sama melalui layar televisi. John-Michael Bennett, seorang warga Seattle yang telah lama menjadi pendukung Partai Demokrat, mengatakan bahwa pesan Harris “sangat kuat dan efektif” dalam memperlihatkan kontras antara dirinya dan Trump. Bennett yang datang bersama putrinya ke markas Partai Demokrat di Seattle mengungkapkan bahwa isu yang paling penting baginya adalah hak-hak perempuan, terutama hak mereka atas tubuh dan pilihan reproduksi, yang menjadi salah satu poin utama kampanye Harris.

Bennett, yang memiliki empat saudara perempuan dan seorang putri, merasa bahwa perjuangan Harris adalah demi masa depan anak-anak perempuan di Amerika. Bagi Bennett, kampanye Harris adalah simbol dari perlindungan hak-hak yang telah diperjuangkan lama oleh generasi sebelumnya.

Amerika dalam Persaingan Ketat

Dalam pemilu kali ini, persaingan antara Trump dan Harris dikabarkan sangat ketat. Jajak pendapat terbaru dari Reuters/Ipsos menunjukkan keunggulan tipis Harris atas Trump, dengan perolehan 44 persen berbanding 43 persen. Harris sebelumnya telah berhasil mempertahankan keunggulan sejak diumumkan sebagai kandidat Demokrat pada Juli lalu, namun keunggulannya tersebut semakin menipis sejak akhir September. Pengamat politik memperkirakan bahwa pemilihan ini bisa menjadi salah satu yang paling sengit dan kontroversial dalam sejarah Amerika.

Jumlah pemilih yang telah menggunakan hak suara mereka mencapai lebih dari 53 juta, menurut data dari Pusat Pemilu Universitas Florida. Dengan jumlah pemilih awal dan pos yang terus meningkat, banyak analis menilai bahwa pemilihan tahun ini mencerminkan tingginya tingkat partisipasi dan kepedulian rakyat Amerika dalam menentukan nasib negaranya. Tiga pilihan utama dalam pemungutan suara—memilih pada Hari Pemilihan, memilih lebih awal, dan memilih melalui pos—memungkinkan rakyat Amerika untuk menyalurkan suara mereka meskipun berada dalam kondisi yang menantang.

Seattle: Suasana Tenang di Tengah Kampanye

Meskipun disebut sebagai salah satu pemilu paling sengit dalam sejarah, suasana di kota Seattle relatif tenang dan tidak mencolok. Tidak terlihat banyak spanduk, poster, atau atribut kampanye yang tersebar di jalan-jalan seperti yang sering terlihat di kampanye di Indonesia. Suasana yang damai ini berbeda dari beberapa kota besar lainnya di AS yang secara terbuka menunjukkan persaingan antara kedua kubu.

Namun, di pusat-pusat penggalangan dukungan, seperti di Seattle Labor Temple, puluhan relawan Demokrat tampak sibuk bekerja. Mereka menelpon calon pemilih, membujuk mereka untuk datang ke tempat pemungutan suara atau untuk memilih Harris. Gavriella Gold, seorang relawan yang bekerja di bidang SDM, mengatakan bahwa malam itu dia sudah berhasil menghubungi dan berbicara dengan puluhan pemilih. Alexander Brassel, seorang insinyur yang juga menjadi relawan, mengatakan bahwa sebagian besar orang yang dia hubungi adalah kalangan profesional dan terpelajar yang menyatakan dukungan untuk Harris.

Trump Menggalang Dukungan di Pennsylvania

Di sisi lain, Trump juga tidak tinggal diam. Sebagai kandidat yang pernah menjabat sebagai presiden, Trump mengunjungi Pennsylvania, sebuah negara bagian yang terkenal sebagai medan pertempuran penting dalam pemilihan kali ini. Pennsylvania juga dikenal dengan populasi Hispaniknya yang besar, termasuk warga Puerto Rico, yang menjadi target Trump setelah salah satu pendukungnya, komedian Tony Hinchcliffe, melontarkan komentar yang dianggap ofensif terhadap Puerto Rico.

Dalam kampanye terbarunya, Trump berusaha menggalang dukungan dari komunitas Hispanik dengan mengingatkan mereka tentang capaian ekonominya empat tahun yang lalu. Namun, komentar ofensif dari pendukung Trump sebelumnya telah membangkitkan kemarahan dari sebagian komunitas Hispanik di negara bagian itu, yang kini meragukan komitmennya terhadap komunitas minoritas.

Harapan dan Tantangan Menjelang Hari Pemilihan

Dengan tinggal beberapa hari menuju Hari Pemilihan, baik Harris maupun Trump mengerahkan semua sumber daya dan dukungan mereka untuk menarik simpati rakyat. Harris yang dijadwalkan berkampanye di Nevada bersama penyanyi Jennifer Lopez berharap bisa memperluas basis dukungannya di negara bagian yang strategis itu.

Bagi Harris, pemilu ini adalah kesempatan untuk membawa Amerika ke arah baru, meninggalkan drama dan konflik yang menyelimuti kepemimpinan Trump, serta membuka lembaran baru bagi kepemimpinan yang bersatu dan stabil. “Pada hari pertama saya terpilih, saya akan memasuki Kantor Oval dengan daftar hal-hal yang harus dilakukan, bukan dengan daftar musuh-musuh politik,” tegasnya. Pidatonya malam itu membawa pesan bagi rakyat Amerika bahwa ia siap memimpin negeri mereka dengan visi yang lebih damai, aman, dan inklusif.

Pemilihan kali ini bukan sekadar pemilihan politik biasa; bagi banyak warga Amerika, ini adalah pertempuran ideologis antara masa lalu yang penuh konflik dan masa depan yang penuh harapan. Terlepas dari hasilnya, kampanye di Ellipse yang penuh simbolisme itu menjadi momen penting bagi Kamala Harris dan pendukungnya, yang kini berjuang untuk mencatat sejarah sebagai presiden perempuan pertama di Amerika Serikat. *Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup

Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!

Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global

Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan

Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa

Indonesia Bangkit: Dukungan Penuh untuk Palestina di Tengah Krisis Gaza, Jokowi Serukan Tindakan Dunia Setelah 1 Tahun Perang Israel-Gaza

Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi

Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon

Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam

Aliansi Global: Eropa, Arab, dan Dunia Muslim Bersatu untuk Wujudkan Palestina Merdeka di Tengah Konflik Gaza

Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!

Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!

Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang

Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB

Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!

Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina

Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia

Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional

Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!

IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat

Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik

Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan

Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai

Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza

“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024

Pendekatan Berani Sarah Friedland: Pidato Penghargaan di Festival Film Venesia Soroti Konflik Israel-Palestina

Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’

Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden

Sinergi Ekonomi: Kamala Harris Fokus Pada Tingginya Biaya Hidup dalam Pidato Kebijakan Ekonomi Pertama

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *