Jakarta, Kowantaranews.com -Empat hari menuju pemilihan presiden AS 2024, kampanye antara Donald Trump dari Partai Republik dan Kamala Harris dari Partai Demokrat memanas, membawa ketegangan baru pada isu gender yang kerap kali menjadi titik sensitif di negeri Paman Sam ini. Dalam setiap kampanye yang semakin intens, terlihat jelas bahwa pertempuran bukan hanya terjadi di arena politik, tetapi juga di ranah sosial yang lebih dalam, termasuk hak perempuan, isu maskulinitas, dan peran gender dalam masyarakat AS. Di satu sisi, Trump bersikukuh dengan retorikanya yang sering disebut proteksionis dan maskulin, sementara Harris tampil dengan pesan inklusif yang menekankan kesetaraan dan kemajuan.
1. Gender di Tengah Persaingan Politik
Di tengah hiruk-pikuk kampanye, gender bukan sekadar aspek demografi yang netral; melainkan aspek yang melambangkan nilai, perspektif, dan, dalam banyak hal, siapa yang dapat mengklaim sebagai pembela kepentingan perempuan dan kaum minoritas. Kamala Harris, sebagai perempuan pertama yang mencalonkan diri sebagai presiden dari Partai Demokrat, membawa simbol kuat bagi pemilih yang merindukan kepemimpinan yang lebih inklusif dan responsif terhadap isu-isu yang berhubungan dengan perempuan, seperti akses kesehatan reproduksi, upah yang adil, dan kebijakan yang ramah keluarga.
Sebaliknya, Trump memilih pendekatan proteksionis dalam kampanyenya. Saat berkampanye di Green Bay, Wisconsin, ia dengan tegas menyatakan bahwa dirinya akan menjadi “pelindung kaum perempuan,” walaupun timnya menyarankan agar ia tidak menggunakan kata tersebut karena dapat dianggap misoginis. “Saya tetap akan menggunakannya, suka atau tidak suka!” serunya, menantang kritik yang menganggap pandangannya mengenai perempuan cenderung kolot dan diskriminatif. Komentar ini memancing reaksi keras dari Harris yang menuduh Trump tidak memahami aspirasi perempuan Amerika.
2. Meningkatnya Tensi Gender dalam Retorika Trump
Dalam serangkaian kampanye, Trump telah beberapa kali menggunakan retorika yang dianggap seksis dan merendahkan perempuan, memicu perdebatan tentang maskulinitas dan peran gender dalam kepemimpinan politik. Dengan membawa Robert F. Kennedy Jr. ke dalam timnya, Trump menggarisbawahi pendekatan yang lebih konservatif terhadap hak-hak perempuan dan kesehatan reproduksi. Di masa kepresidenannya sebelumnya, Trump menunjuk tiga hakim konservatif ke Mahkamah Agung yang memicu pembatalan undang-undang yang mendukung akses aborsi. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi perempuan dengan kehamilan tak diinginkan untuk mendapatkan akses yang aman terhadap layanan aborsi.
Tentu saja, kehadiran Robert F. Kennedy Jr. sebagai sekutu baru Trump tidak lepas dari kontroversi. Kennedy, yang terkenal karena pandangannya yang menolak vaksinasi, kerap menunjukkan sikap eksentrik yang tidak biasa. Insiden yang sering diingat publik adalah ketika ia menabrak anak beruang dan meninggalkan bangkainya di taman Central Park, New York, serta saat ia membawa bangkai kepala paus di atas mobilnya. Aksi-aksi ini, meski tampak sepele, menjadi bagian dari imej yang diusung Trump dalam merangkul tokoh-tokoh yang dianggap “melawan arus” atau “berani mengambil risiko.”
3. Dukungan Perempuan dan Perbedaan Demografi Pemilih
Menurut jajak pendapat dari CBS dan YouGov, terdapat pembagian demografi yang jelas antara pendukung Trump dan Harris berdasarkan gender. Sebanyak 55 persen pendukung Harris adalah perempuan, sementara 54 persen pendukung Trump adalah laki-laki. Fenomena ini memperlihatkan bahwa persepsi publik terhadap kepemimpinan berdasarkan gender semakin menjadi perhatian. Dalam konteks ini, maskulinitas Trump dianggap sebagai cerminan kekuatan dan ketegasan oleh sebagian pemilih, tetapi bagi banyak lainnya, terutama perempuan, maskulinitas ini dinilai terlalu proteksionis dan membatasi.
Carol Johnson, pakar isu gender dari Universitas Adelaide, mengungkapkan bahwa pendekatan maskulin yang diusung Trump sering kali berasosiasi dengan kekuatan, tetapi sayangnya menekankan karakter proteksionis yang justru merugikan perempuan. “Maskulinitas yang ditampilkan Trump cenderung mengalienasi mereka yang tidak sepaham dengannya, bahkan menganggap mereka sebagai musuh,” ungkapnya dalam artikel di The Conversation. Sementara itu, Harris berupaya menampilkan sosok kepemimpinan yang lebih egaliter dan kooperatif. Menurut Johnson, perbedaan ini mencerminkan dua ideologi yang bertentangan dalam pemilihan ini: kekuatan yang proteksionis dan cenderung otoriter, versus kekuatan yang berupaya menyatukan dan melibatkan setiap lapisan masyarakat.
Baca juga : Kamala Harris Siap Mengakhiri ‘Era Kekacauan’ Trump di Lapangan Bersejarah
Baca juga : Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Baca juga : Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
4. Dukungan dari Tokoh-Tokoh Terkenal
Sejumlah tokoh ternama ikut menyuarakan dukungan mereka untuk Harris, termasuk selebritas seperti Jennifer Lopez yang tampil dalam kampanyenya di Las Vegas. Lopez secara terang-terangan mengkritik pernyataan Trump yang merendahkan Puerto Rico, wilayah AS yang seringkali terabaikan dalam kebijakan pemerintah federal. Dalam sebuah momen yang penuh semangat, Lopez menyatakan, “Tidak ada American tanpa Rican,” mengingatkan publik bahwa keragaman adalah kekuatan AS. Selain itu, miliarder Mark Cuban turut mendukung Harris dan mengkritik Trump secara langsung, dengan mengatakan bahwa “Trump sepertinya tidak pernah berinteraksi dengan perempuan-perempuan cerdas dan hebat.”
Trump, dengan gaya khasnya, membalas Cuban di media sosial dan menyebutnya sebagai “pecundang.” Alih-alih menahan diri, Trump justru semakin memperkeras retorikanya, menampilkan sisi maskulinitas yang konfrontatif dan tidak ragu untuk bersikap agresif kepada siapa pun yang mengkritiknya.
5. Isu Imigran dan Stereotip Kejahatan
Retorika Trump yang sering mengaitkan imigran ilegal dengan kejahatan juga menjadi sorotan selama kampanye ini. Dalam setiap kesempatan, Trump menekankan bahwa meningkatnya imigrasi ilegal berdampak langsung pada keamanan dan tingkat kejahatan di AS. Namun, penelitian oleh Charis Kubrin dari Universitas California dan Graham Ousey dari Kolese William dan Mary menunjukkan bahwa klaim ini tidak sepenuhnya berdasar. Menurut studi mereka, kejahatan yang dilakukan oleh imigran ilegal sangat kecil dibandingkan jumlah keseluruhan kejahatan, dan imigran cenderung berusaha menghindari konflik dengan hukum. Kubrin dan Ousey mengungkapkan bahwa kehadiran imigran justru memperkaya wilayah tempat mereka tinggal secara ekonomi dan budaya, sementara akar masalah kejahatan lebih terkait dengan kemiskinan yang tidak tertangani.
6. Menjelang Pemilihan: Dukungan dan Strategi Terakhir
Harris dan Trump sama-sama meningkatkan intensitas kampanye mereka dalam beberapa hari terakhir menjelang pemilihan. Harris berfokus pada pesan yang menyoroti keadilan gender, kesetaraan ekonomi, dan dukungan terhadap hak-hak kesehatan reproduksi. Di lain sisi, Trump terus mempertahankan pendekatannya yang kontroversial, mengulangi janji-janji lama yang ditujukan untuk “mengembalikan Amerika ke jalurnya,” sembari menyoroti ancaman dari pihak luar dan pentingnya melindungi Amerika dari pengaruh asing.
Terlepas dari pandangan yang berbeda, kedua kandidat ini telah menjadikan pemilu 2024 sebagai arena pertarungan antara nilai-nilai tradisional dan perubahan progresif. Dengan sorotan pada gender dan bagaimana kedua kandidat memposisikan diri, pemilu ini tidak hanya sekadar memilih presiden, tetapi juga menentukan arah yang akan ditempuh Amerika dalam menghadapi isu-isu sosial di masa depan. Di hadapan persaingan yang ketat dan perbedaan ideologi yang tajam, publik AS dihadapkan pada keputusan penting: apakah akan terus bertahan dengan nilai-nilai yang proteksionis atau akan membuka diri menuju kepemimpinan yang lebih inklusif dan berkeadilan gender.
Empat hari lagi menuju pemungutan suara, AS bersiap menyaksikan apakah suara perempuan akan menjadi kekuatan yang mengantarkan Harris ke kursi presiden, atau apakah maskulinitas proteksionis Trump akan kembali memenangkan hati para pemilih di tengah lanskap politik yang semakin kompleks. *Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Kamala Harris Siap Mengakhiri ‘Era Kekacauan’ Trump di Lapangan Bersejarah
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat