• Ming. Jan 26th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Brutalnya Tank Israel Hancurkan Markas UNIFIL, Dunia Gempar!

ByAdmin

Okt 14, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Pada Minggu, 13 Oktober 2024, dunia dikejutkan oleh sebuah insiden mengejutkan yang melibatkan militer Israel dan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL). Dalam sebuah pergerakan yang dianggap tidak hanya sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan Lebanon tetapi juga pelanggaran hukum internasional, dua tank Merkava milik Israel dilaporkan merusak gerbang utama markas UNIFIL di selatan Lebanon, tepatnya di area Ramia, sebelum akhirnya menerobos masuk ke dalam fasilitas yang dilindungi PBB.

Kejadian Mengguncang di Pagi Buta

Kejadian ini terjadi sekitar pukul 04.30 waktu setempat, ketika suasana masih tenang di sekitar markas UNIFIL. Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL, yang selama ini berada di bawah tekanan akibat eskalasi konflik antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah, tengah berlindung di dalam fasilitas mereka. Tanpa peringatan, dua tank Merkava milik Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melaju dengan kekuatan penuh, menghancurkan gerbang utama markas UNIFIL dan memaksa masuk ke wilayah yang selama ini dianggap sebagai zona netral di tengah ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel. Setelah sekitar 45 menit, tank-tank tersebut meninggalkan tempat kejadian, meninggalkan jejak kehancuran fisik serta ketegangan yang semakin meningkat di wilayah itu.

UNIFIL segera merilis pernyataan yang mengecam keras tindakan agresi ini, menyebutnya sebagai pelanggaran mencengangkan terhadap mandat PBB dan mencatat bahwa hal ini dapat memperburuk situasi keamanan di kawasan. Menurut juru bicara UNIFIL, insiden tersebut merupakan pelanggaran langsung terhadap Garis Biru, perbatasan yang diawasi oleh UNIFIL sejak akhir konflik besar terakhir antara Israel dan Hizbullah.

Mandat dan Misi UNIFIL di Lebanon Selatan

Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) didirikan pada tahun 1978 setelah pecahnya konflik Israel-Lebanon, dengan tujuan untuk menjaga perdamaian di sepanjang perbatasan dan mencegah bentrokan lebih lanjut antara kedua belah pihak. UNIFIL berperan sebagai penengah antara Israel dan Hizbullah, yang kerap terlibat dalam bentrokan sengit di sepanjang Garis Biru. Mandat mereka, yang diperbaharui setiap tahunnya oleh Dewan Keamanan PBB, termasuk memantau situasi di perbatasan, melaporkan pelanggaran, serta membantu memastikan stabilitas regional.

Namun, sejak terjadinya eskalasi terbaru antara Israel dan Hizbullah, posisi UNIFIL semakin dipertanyakan oleh pihak-pihak yang terlibat. Israel telah menuduh UNIFIL tidak mampu mengekang pengaruh Hizbullah di wilayah tersebut, bahkan menuding kelompok militan itu menggunakan keberadaan pasukan penjaga perdamaian sebagai “tameng manusia” untuk melindungi operasi mereka. Tuduhan ini dibantah keras oleh Hizbullah, yang menyebutnya sebagai propaganda untuk membenarkan tindakan militer Israel yang agresif.

Reaksi Keras dari Dunia Internasional

Insiden ini segera memicu gelombang kecaman dari berbagai negara dan organisasi internasional. Italia, salah satu negara yang memberikan kontribusi terbesar terhadap UNIFIL dengan mengirimkan lebih dari 1.000 tentara, langsung bereaksi keras. Perdana Menteri Italia, Georgia Meloni, melakukan panggilan telepon langsung kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengecam serangan terhadap UNIFIL yang dianggap tidak dapat diterima. Meloni menekankan bahwa serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB adalah pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan membahayakan misi global untuk menjaga perdamaian di kawasan tersebut.

Kecaman juga datang dari berbagai negara lain yang turut mengirimkan personel untuk misi UNIFIL. Sebanyak 40 negara yang terlibat dalam misi ini mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam tindakan Israel dan mendesak agar pemerintah Israel segera menghentikan serangan terhadap UNIFIL. Mereka menekankan bahwa pelanggaran terhadap posisi UNIFIL bukan hanya ancaman bagi keamanan personel PBB, tetapi juga memperburuk situasi di kawasan yang sudah bergejolak.

Baca juga : Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!

Baca juga : Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global

Baca juga : Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan

Israel Membela Diri: UNIFIL “Terjebak” di Tengah Konflik

Meski gelombang kecaman terus mengalir, Israel membela tindakannya. Netanyahu dalam pernyataannya mengatakan bahwa keberadaan UNIFIL di Lebanon selatan kini lebih banyak merugikan daripada menguntungkan, menuduh pasukan penjaga perdamaian itu tidak mampu mengendalikan Hizbullah yang menurutnya telah menyusup ke dalam komunitas setempat. Netanyahu menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan IDF bertujuan untuk melindungi warga sipil Israel dari ancaman langsung yang datang dari Hizbullah, dan dia mengulangi permintaannya agar Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres segera memindahkan pasukan UNIFIL dari “area berbahaya.”

Netanyahu juga menyatakan bahwa penolakan Guterres untuk memindahkan pasukan UNIFIL menjadikan mereka “sandera” dalam konflik antara Israel dan Hizbullah, dan menempatkan mereka pada risiko bahaya yang tidak perlu. Dalam pernyataannya, Netanyahu mengatakan bahwa Israel “menyesal” atas insiden yang menyebabkan terluka atau tewasnya personel UNIFIL, tetapi menekankan bahwa tanggung jawab utama tetap ada pada PBB yang tidak mengambil langkah-langkah preventif untuk melindungi personelnya sendiri.

Situasi di Lapangan: Garis Biru yang Mematikan

Sejak eskalasi konflik Israel-Hizbullah beberapa minggu terakhir, situasi di sepanjang Garis Biru semakin tegang. Hizbullah, yang didukung oleh Iran dan Suriah, telah meningkatkan serangan roket dan mortir ke wilayah utara Israel, sementara IDF merespons dengan serangan udara dan darat yang menargetkan posisi-posisi Hizbullah di Lebanon selatan. Dalam beberapa minggu terakhir, UNIFIL telah melaporkan peningkatan jumlah insiden pelanggaran di sepanjang Garis Biru, termasuk serangan langsung terhadap pos-pos penjaga perdamaian mereka.

Sejak pendiriannya pada 1978, lebih dari 350 personel UNIFIL telah gugur dalam tugas, menunjukkan betapa berbahayanya misi ini. Meski begitu, UNIFIL tetap teguh pada komitmennya untuk menjaga perdamaian di kawasan, meskipun menghadapi tantangan besar dari kedua belah pihak.

Juru bicara UNIFIL, Andrea Tenenti, menegaskan bahwa pasukan penjaga perdamaian PBB akan tetap berada di Lebanon selatan, meskipun ada ancaman dari Israel. Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita AFP, Tenenti mengatakan bahwa penting bagi PBB untuk tetap menjaga kehadirannya di kawasan tersebut, agar dapat melaporkan dengan akurat dan transparan kepada Dewan Keamanan mengenai situasi di lapangan. “Bendera PBB harus terus berkibar tinggi di wilayah ini, untuk memastikan bahwa kebenaran tentang apa yang terjadi di sini dapat diketahui dunia,” kata Tenenti.

Masa Depan UNIFIL di Tengah Ketidakpastian

Masa depan UNIFIL kini berada dalam ketidakpastian. Di satu sisi, Israel terus mendesak agar pasukan penjaga perdamaian itu ditarik atau setidaknya dipindahkan dari zona konflik langsung. Di sisi lain, banyak negara anggota PBB, termasuk Lebanon, menegaskan pentingnya keberadaan UNIFIL sebagai penengah yang dapat mencegah eskalasi konflik lebih lanjut.

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengecam ancaman Israel terhadap UNIFIL, menyebutnya sebagai bukti bahwa Israel tidak mematuhi norma-norma internasional. “Ini adalah cara musuh untuk menghindari aturan beradab yang diterima di seluruh dunia,” katanya.

Dengan ketegangan yang terus memuncak di perbatasan Lebanon-Israel, dunia kini menantikan langkah selanjutnya dari Dewan Keamanan PBB. Apakah UNIFIL akan tetap berada di Lebanon selatan, ataukah tekanan dari Israel akan memaksa penarikan atau reposisi pasukan penjaga perdamaian ini? Satu hal yang pasti, tindakan brutal Israel yang menerobos markas UNIFIL telah mengguncang dunia, menyoroti kembali betapa rapuhnya perdamaian di kawasan tersebut. *Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!

Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global

Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan

Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa

Indonesia Bangkit: Dukungan Penuh untuk Palestina di Tengah Krisis Gaza, Jokowi Serukan Tindakan Dunia Setelah 1 Tahun Perang Israel-Gaza

Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi

Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon

Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam

Aliansi Global: Eropa, Arab, dan Dunia Muslim Bersatu untuk Wujudkan Palestina Merdeka di Tengah Konflik Gaza

Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!

Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!

Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang

Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB

Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!

Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina

Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia

Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional

Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!

IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat

Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik

Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan

Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai

Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza

“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024

Pendekatan Berani Sarah Friedland: Pidato Penghargaan di Festival Film Venesia Soroti Konflik Israel-Palestina

Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’

Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden

Sinergi Ekonomi: Kamala Harris Fokus Pada Tingginya Biaya Hidup dalam Pidato Kebijakan Ekonomi Pertama

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *