• Jum. Feb 14th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Mengapa Partai Sayap Kiri Berjaya di Pemilu Inggris dan Prancis 2024?

ByAdmin

Jul 12, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com   -Kemenangan partai sayap kiri dalam pemilihan umum di Inggris dan Prancis tahun 2024 menjadi topik yang banyak dibicarakan. Fenomena ini mengejutkan banyak pihak mengingat tren politik di Eropa yang sebelumnya didominasi oleh partai-partai sayap kanan. Artikel ini akan membahas alasan-alasan di balik kemenangan tersebut dan implikasinya bagi masa depan politik di kedua negara serta di Eropa secara umum.

Latar Belakang Kemenangan di Inggris

Di Inggris, Partai Buruh yang dipimpin oleh Keir Starmer berhasil meraih 404 dari 660 kursi di parlemen, mengalahkan Partai Konservatif yang dipimpin oleh Rishi Sunak. Keir Starmer akan menggantikan Sunak sebagai perdana menteri. Kemenangan ini dipandang sebagai hasil dari berbagai faktor yang telah mempengaruhi pemilih Inggris selama beberapa tahun terakhir.

Ketidakpuasan Terhadap Pemerintah Petahana

Salah satu faktor utama adalah ketidakpuasan terhadap pemerintah petahana. Selama 14 tahun terakhir, Inggris telah mengalami lima kali pergantian perdana menteri. Ketidakstabilan ini menciptakan kelelahan di kalangan pemilih yang merasa bahwa perubahan kepemimpinan yang terus-menerus tidak membawa perbaikan yang signifikan. Ketidakpuasan ini diperburuk oleh masalah ekonomi yang berkelanjutan, termasuk inflasi yang tinggi dan krisis biaya hidup yang semakin memberatkan.

Baca juga : Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi

Baca juga : Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS

Baca juga : HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’

Narasi Perubahan dari Partai Buruh

Selama kampanye, Partai Buruh berhasil memanfaatkan ketidakpuasan ini dengan menawarkan narasi perubahan yang kuat. Mereka berfokus pada isu-isu yang sangat relevan bagi pemilih, seperti perbaikan layanan kesehatan, peningkatan lapangan kerja, dan kebijakan ekonomi yang lebih adil. Selain itu, Partai Buruh juga berkomitmen untuk menangani masalah imigrasi dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan efektif, berbeda dengan pendekatan keras yang diambil oleh Partai Konservatif.

Sistem Pemilu First Past the Post

Sistem pemilu di Inggris, yang dikenal sebagai “first past the post,” juga berperan dalam kemenangan ini. Sistem ini memberikan keuntungan besar bagi partai yang berhasil meraih mayoritas suara di masing-masing daerah pemilihan. Dalam pemilu kali ini, Partai Buruh berhasil meraih mayoritas di banyak daerah, yang memberikan mereka sejumlah kursi yang signifikan di parlemen.

Latar Belakang Kemenangan di Prancis

Di Prancis, koalisi sayap kiri New Popular Front (NFP) berhasil menduduki posisi puncak dalam pemungutan suara di parlemen, mengalahkan partai Renaissance yang dipimpin oleh Emmanuel Macron dan partai sayap kanan National Rally (RN). Meskipun NFP belum berhasil mengantongi mayoritas suara di parlemen, kemenangan mereka tetap signifikan.

Ketidakpuasan Terhadap Kebijakan Macron

Sama seperti di Inggris, ketidakpuasan terhadap pemerintah petahana menjadi faktor penting dalam kemenangan ini. Emmanuel Macron telah menghadapi kritik yang signifikan selama masa jabatannya, terutama terkait kebijakan ekonomi dan sosialnya. Protes-protes besar yang terjadi selama beberapa tahun terakhir, termasuk gerakan “Yellow Vests,” mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat.

Koalisi Kuat dari Partai-Partai Sayap Kiri

New Popular Front (NFP) merupakan koalisi yang terdiri dari berbagai partai sayap kiri, termasuk La France Insoumise yang dipimpin oleh Jean-Luc Mélenchon, Partai Komunis Prancis, dan Partai Hijau. Koalisi ini berhasil menyatukan berbagai elemen sayap kiri dengan platform yang fokus pada keadilan sosial, perlindungan lingkungan, dan kebijakan ekonomi progresif. Pendekatan ini berhasil menarik banyak pemilih yang kecewa dengan kebijakan neoliberal yang diterapkan oleh pemerintahan Macron.

Implikasi Kemenangan Sayap Kiri

Kemenangan partai sayap kiri di Inggris dan Prancis memiliki implikasi yang luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Di tingkat nasional, pemerintahan baru yang dipimpin oleh partai sayap kiri diharapkan akan membawa perubahan kebijakan yang signifikan, terutama dalam bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Perubahan Kebijakan Ekonomi dan Sosial

Di Inggris, pemerintahan Partai Buruh kemungkinan akan fokus pada kebijakan ekonomi yang lebih adil, termasuk peningkatan upah minimum, peningkatan investasi dalam layanan kesehatan dan pendidikan, serta kebijakan pajak yang lebih progresif. Mereka juga berjanji untuk menangani masalah perumahan dan mengurangi ketimpangan ekonomi yang semakin melebar.

Di Prancis, koalisi NFP diharapkan akan mengadopsi kebijakan yang lebih pro-rakyat, termasuk peningkatan perlindungan sosial, pengurangan jam kerja, dan kebijakan lingkungan yang lebih ambisius. Mereka juga berjanji untuk menangani masalah ketidaksetaraan dan mempromosikan inklusi sosial.

Pengaruh Terhadap Politik Eropa

Kemenangan ini juga memiliki implikasi penting bagi politik Eropa secara keseluruhan. Di tengah kebangkitan sayap kanan di banyak negara Eropa, kemenangan partai sayap kiri di Inggris dan Prancis menunjukkan bahwa masih ada dukungan yang kuat untuk kebijakan progresif dan inklusif. Hal ini dapat mendorong partai-partai sayap kiri di negara lain untuk lebih berani dalam menawarkan alternatif kebijakan yang berfokus pada keadilan sosial dan ekonomi.

Selain itu, kemenangan ini dapat memperkuat kerjasama antara negara-negara Eropa yang dipimpin oleh partai sayap kiri, terutama dalam isu-isu seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, dan kebijakan migrasi. Mereka dapat menjadi suara yang lebih kuat dalam mendorong perubahan di tingkat Uni Eropa.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun kemenangan ini membawa harapan baru, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintahan sayap kiri yang baru. Salah satu tantangan utama adalah menghadapi oposisi dari partai-partai sayap kanan dan sentris yang masih memiliki basis dukungan yang kuat. Di Inggris, Partai Konservatif dan partai-partai kecil lainnya masih memiliki pengaruh yang signifikan, dan mereka kemungkinan akan menjadi oposisi yang vokal terhadap kebijakan-kebijakan progresif yang diusulkan oleh Partai Buruh.

Di Prancis, NFP harus menghadapi kenyataan bahwa mereka belum memiliki mayoritas di parlemen, yang berarti mereka harus mencari dukungan dari partai-partai lain untuk meloloskan kebijakan-kebijakan mereka. Ini bisa menjadi tantangan yang signifikan mengingat keragaman pandangan politik di parlemen Prancis.

Selain itu, pemerintahan baru harus menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks, termasuk inflasi yang tinggi, ketidakpastian ekonomi global, dan dampak dari perubahan iklim. Mereka harus mampu menemukan keseimbangan antara menerapkan kebijakan progresif dan memastikan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.

Kemenangan partai sayap kiri di pemilu Inggris dan Prancis tahun 2024 mencerminkan keinginan kuat dari pemilih untuk perubahan dan ketidakpuasan terhadap pemerintah petahana. Meskipun kemenangan ini membawa harapan baru bagi kebijakan progresif, ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintahan baru. Di tingkat internasional, kemenangan ini juga memiliki implikasi penting bagi politik Eropa, menunjukkan bahwa masih ada dukungan yang kuat untuk kebijakan yang berfokus pada keadilan sosial dan ekonomi di tengah kebangkitan sayap kanan di banyak negara. *Mukroni

Foto CNN Indonesia

  • Berita Terkait :

Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi

Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS

HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’

PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza

Knesset Israel Setujui Undang-Undang Kontroversial Wajib Militer Ultra-Ortodoks di Tengah Konflik Gaza

Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”

Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS

Angelina Jolie Menuduh Israel dan Pemimpin Dunia Melakukan ‘Kejahatan Perang’ di Gaza: Gaza Menjadi Kuburan Massal dan Penjara Terbuka

Paus Fransiskus Mendesak Tindakan Segera untuk Membantu Warga Gaza yang Dilanda Perang dengan ‘Segala Cara’

Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya

Pengusiran Orang Yahudi oleh Jenderal Ulysses S. Grant pada 1862: Perintah Kontroversial di Tengah Perang Saudara

Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza

Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu

Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel

Kolombia Hentikan Ekspor Batu Bara ke Israel karena Konflik Gaza: Tindakan Tegas Presiden Gustavo Petro

Truk Bantuan Palsu Digunakan dalam Operasi Penyelamatan di Nuseirat: Partisipasi ‘Sel Khusus’ AS Terungkap

Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza

Penindasan Suara Pro-Palestina: Akademisi Inggris Mengungkap “Perburuan Penyihir” terhadap Muslim di Kehidupan Publik

Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang

Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945

Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ

Opini Roy  tentang Solidaritas Mahasiswa Elit Prancis untuk Gaza: Sebuah Tindakan Moral, Bukan Revolusi

Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar

Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza

Gencatan Senjata Gaza: Amrit Kaur Menyerukan Kesetiaan pada Kemanusiaan dalam Penerimaan Penghargaan Layar Kanada

Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif

Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera

Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza

Maladewa Melarang Warga Israel Masuk Negara Terkait Konflik Gaza: Solidaritas dengan Palestina dan Implikasi Regional

Max Chandler-Mather Menggemakan Solidaritas untuk Palestina di Parlemen: Sebuah Seruan Melawan Ketidakadilan dan Dukungan untuk Penentuan Nasib Sendiri

Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB

Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ

Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ

Terima Kasih, Biden: Ribuan Orang di Yerusalem Berunjuk Rasa Mendukung Tawaran Kesepakatan Sandera yang Baru

Protes Anti-Islam di London: Pendukung Tommy Robinson Teriakkan Slogan Kebencian, Aktivis Pro-Palestina Ditangkap

Kehlani Berkolaborasi dengan Kolektif Nöl Palestina dalam Proyek Penggalangan Dana untuk Keluarga di Palestina, Kongo, dan Sudan

Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza

Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina

Perdana Menteri Georgia Mendorong AS dan UE untuk Menghilangkan Oligarki: Peringatan akan Ancaman Politik Barat terhadap Negaranya

Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu

Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol

Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah

Senator AS Lindsey Graham Kritik Permintaan Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Pejabat Israel, Khawatir AS Menjadi Target Berikutnya

Pemerintahan Biden Siap Kerja Sama dengan Kongres untuk Potensi Sanksi terhadap ICC atas Permintaan Penangkapan Netanyahu

Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro

Norwegia, Irlandia, dan Spanyol Mengakui Negara Palestina: Tindakan Bersejarah yang Mengguncang Diplomasi Global

Staf Yahudi Mengundurkan Diri dari Pemerintahan Biden Sebagai Protes Atas Dukungan Terhadap Kampanye Militer Israel di Gaza

Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah

Pernyataan Jaksa ICC Karim AA Khan KC tentang Permohonan Surat Perintah Penangkapan terkait Situasi di Negara Palestina

Andrew Feinstein Mengkritik Pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer, atas Dukungannya terhadap Konflik Gaza dan Korupsi dalam Perdagangan Senjata

Perancis, Belgia, dan Slovenia Dukung Upaya ICC untuk Mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas

Komunitas Yahudi Berduka: Kehilangan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran, Inilah Penghormatan  Terakhir Neturei Karta

Jatuhnya Helikopter Tewaskan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran: Ketegangan Politik di Tengah Kegagalan Teknis

Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel

Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza

Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang

Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam

Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur

JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot

76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza

Afrika Selatan Menuduh Israel Lakukan Genosida di Gaza di Hadapan Mahkamah Internasional, ini Alasan Adila Hassim

Kontroversi Nat Schwartz: Penyelidikan The New York Times tentang Kekerasan Seksual oleh Hamas dan Implikasinya

Pengarahan Jaksa ICC Karim AA Khan KC kepada Dewan Keamanan PBB mengenai Situasi di Libya: Laporan dan Peta Jalan Menuju Keadilan Berdasarkan Resolusi 1970 (2011)

Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill

Prof. Jeffrey Sachs: Kebijakan Luar Negeri AS Bertentangan dengan Kepentingan Rakyat dan Didasarkan pada Kebohongan Berkelanjutan

Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global

Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden

Thomas Piketty: Barat Harus Memberikan Sanksi kepada Israel Jika Benar-Benar Mendukung Solusi Dua Negara

Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza

Enam Sekutu Amerika Serikat  Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Paul Newman tentang Kebenaran dan Politik Luar Negeri Amerika: “Menciptakan Musuh untuk Membenarkan Perang”

Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”

Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *