Jakarta, Kowantaranews.com -Kemenangan partai sayap kiri dalam pemilihan umum di Inggris dan Prancis tahun 2024 menjadi topik yang banyak dibicarakan. Fenomena ini mengejutkan banyak pihak mengingat tren politik di Eropa yang sebelumnya didominasi oleh partai-partai sayap kanan. Artikel ini akan membahas alasan-alasan di balik kemenangan tersebut dan implikasinya bagi masa depan politik di kedua negara serta di Eropa secara umum.
Latar Belakang Kemenangan di Inggris
Di Inggris, Partai Buruh yang dipimpin oleh Keir Starmer berhasil meraih 404 dari 660 kursi di parlemen, mengalahkan Partai Konservatif yang dipimpin oleh Rishi Sunak. Keir Starmer akan menggantikan Sunak sebagai perdana menteri. Kemenangan ini dipandang sebagai hasil dari berbagai faktor yang telah mempengaruhi pemilih Inggris selama beberapa tahun terakhir.
Ketidakpuasan Terhadap Pemerintah Petahana
Salah satu faktor utama adalah ketidakpuasan terhadap pemerintah petahana. Selama 14 tahun terakhir, Inggris telah mengalami lima kali pergantian perdana menteri. Ketidakstabilan ini menciptakan kelelahan di kalangan pemilih yang merasa bahwa perubahan kepemimpinan yang terus-menerus tidak membawa perbaikan yang signifikan. Ketidakpuasan ini diperburuk oleh masalah ekonomi yang berkelanjutan, termasuk inflasi yang tinggi dan krisis biaya hidup yang semakin memberatkan.
Baca juga : Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi
Baca juga : Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS
Baca juga : HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’
Narasi Perubahan dari Partai Buruh
Selama kampanye, Partai Buruh berhasil memanfaatkan ketidakpuasan ini dengan menawarkan narasi perubahan yang kuat. Mereka berfokus pada isu-isu yang sangat relevan bagi pemilih, seperti perbaikan layanan kesehatan, peningkatan lapangan kerja, dan kebijakan ekonomi yang lebih adil. Selain itu, Partai Buruh juga berkomitmen untuk menangani masalah imigrasi dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan efektif, berbeda dengan pendekatan keras yang diambil oleh Partai Konservatif.
Sistem Pemilu First Past the Post
Sistem pemilu di Inggris, yang dikenal sebagai “first past the post,” juga berperan dalam kemenangan ini. Sistem ini memberikan keuntungan besar bagi partai yang berhasil meraih mayoritas suara di masing-masing daerah pemilihan. Dalam pemilu kali ini, Partai Buruh berhasil meraih mayoritas di banyak daerah, yang memberikan mereka sejumlah kursi yang signifikan di parlemen.
Latar Belakang Kemenangan di Prancis
Di Prancis, koalisi sayap kiri New Popular Front (NFP) berhasil menduduki posisi puncak dalam pemungutan suara di parlemen, mengalahkan partai Renaissance yang dipimpin oleh Emmanuel Macron dan partai sayap kanan National Rally (RN). Meskipun NFP belum berhasil mengantongi mayoritas suara di parlemen, kemenangan mereka tetap signifikan.
Ketidakpuasan Terhadap Kebijakan Macron
Sama seperti di Inggris, ketidakpuasan terhadap pemerintah petahana menjadi faktor penting dalam kemenangan ini. Emmanuel Macron telah menghadapi kritik yang signifikan selama masa jabatannya, terutama terkait kebijakan ekonomi dan sosialnya. Protes-protes besar yang terjadi selama beberapa tahun terakhir, termasuk gerakan “Yellow Vests,” mencerminkan ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan yang dianggap tidak pro-rakyat.
Koalisi Kuat dari Partai-Partai Sayap Kiri
New Popular Front (NFP) merupakan koalisi yang terdiri dari berbagai partai sayap kiri, termasuk La France Insoumise yang dipimpin oleh Jean-Luc Mélenchon, Partai Komunis Prancis, dan Partai Hijau. Koalisi ini berhasil menyatukan berbagai elemen sayap kiri dengan platform yang fokus pada keadilan sosial, perlindungan lingkungan, dan kebijakan ekonomi progresif. Pendekatan ini berhasil menarik banyak pemilih yang kecewa dengan kebijakan neoliberal yang diterapkan oleh pemerintahan Macron.
Implikasi Kemenangan Sayap Kiri
Kemenangan partai sayap kiri di Inggris dan Prancis memiliki implikasi yang luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Di tingkat nasional, pemerintahan baru yang dipimpin oleh partai sayap kiri diharapkan akan membawa perubahan kebijakan yang signifikan, terutama dalam bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Perubahan Kebijakan Ekonomi dan Sosial
Di Inggris, pemerintahan Partai Buruh kemungkinan akan fokus pada kebijakan ekonomi yang lebih adil, termasuk peningkatan upah minimum, peningkatan investasi dalam layanan kesehatan dan pendidikan, serta kebijakan pajak yang lebih progresif. Mereka juga berjanji untuk menangani masalah perumahan dan mengurangi ketimpangan ekonomi yang semakin melebar.
Di Prancis, koalisi NFP diharapkan akan mengadopsi kebijakan yang lebih pro-rakyat, termasuk peningkatan perlindungan sosial, pengurangan jam kerja, dan kebijakan lingkungan yang lebih ambisius. Mereka juga berjanji untuk menangani masalah ketidaksetaraan dan mempromosikan inklusi sosial.
Pengaruh Terhadap Politik Eropa
Kemenangan ini juga memiliki implikasi penting bagi politik Eropa secara keseluruhan. Di tengah kebangkitan sayap kanan di banyak negara Eropa, kemenangan partai sayap kiri di Inggris dan Prancis menunjukkan bahwa masih ada dukungan yang kuat untuk kebijakan progresif dan inklusif. Hal ini dapat mendorong partai-partai sayap kiri di negara lain untuk lebih berani dalam menawarkan alternatif kebijakan yang berfokus pada keadilan sosial dan ekonomi.
Selain itu, kemenangan ini dapat memperkuat kerjasama antara negara-negara Eropa yang dipimpin oleh partai sayap kiri, terutama dalam isu-isu seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, dan kebijakan migrasi. Mereka dapat menjadi suara yang lebih kuat dalam mendorong perubahan di tingkat Uni Eropa.
Tantangan yang Dihadapi
Meskipun kemenangan ini membawa harapan baru, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintahan sayap kiri yang baru. Salah satu tantangan utama adalah menghadapi oposisi dari partai-partai sayap kanan dan sentris yang masih memiliki basis dukungan yang kuat. Di Inggris, Partai Konservatif dan partai-partai kecil lainnya masih memiliki pengaruh yang signifikan, dan mereka kemungkinan akan menjadi oposisi yang vokal terhadap kebijakan-kebijakan progresif yang diusulkan oleh Partai Buruh.
Di Prancis, NFP harus menghadapi kenyataan bahwa mereka belum memiliki mayoritas di parlemen, yang berarti mereka harus mencari dukungan dari partai-partai lain untuk meloloskan kebijakan-kebijakan mereka. Ini bisa menjadi tantangan yang signifikan mengingat keragaman pandangan politik di parlemen Prancis.
Selain itu, pemerintahan baru harus menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks, termasuk inflasi yang tinggi, ketidakpastian ekonomi global, dan dampak dari perubahan iklim. Mereka harus mampu menemukan keseimbangan antara menerapkan kebijakan progresif dan memastikan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.
Kemenangan partai sayap kiri di pemilu Inggris dan Prancis tahun 2024 mencerminkan keinginan kuat dari pemilih untuk perubahan dan ketidakpuasan terhadap pemerintah petahana. Meskipun kemenangan ini membawa harapan baru bagi kebijakan progresif, ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintahan baru. Di tingkat internasional, kemenangan ini juga memiliki implikasi penting bagi politik Eropa, menunjukkan bahwa masih ada dukungan yang kuat untuk kebijakan yang berfokus pada keadilan sosial dan ekonomi di tengah kebangkitan sayap kanan di banyak negara. *Mukroni
Foto CNN Indonesia
- Berita Terkait :
Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi
Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS
HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’
PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza
Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”
Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS
Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya
Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza
Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu
Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel
Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza
Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang
Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945
Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ
Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ
Chile Bergabung dengan Afrika Selatan dalam Kasus Genosida Terhadap Israel di ICJ
Selebriti AS Berunjuk Rasa untuk Palestina di Tengah Meningkatnya Konflik Gaza
Steven Seagal Terima Penghargaan dari Putin, Sampaikan Pidato Kontroversial tentang Ukraina
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza