• Sab. Sep 7th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Kamala Harris dan Donald Trump: Pilihan Amerika yang Mengubah Lanskap Diplomasi Asia

ByAdmin

Agu 11, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com    -Pada tahun 2024, pemilihan presiden Amerika Serikat menjadi momen krusial yang tidak hanya mempengaruhi politik domestik AS, tetapi juga berpotensi mengubah lanskap diplomasi global, khususnya di Asia. Dengan Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik sebagai dua kandidat utama, Asia menghadapi ketidakpastian yang signifikan mengenai arah kebijakan luar negeri AS. Baik Harris maupun Trump memiliki pendekatan yang sangat berbeda, dan hasil pemilihan ini akan memberikan dampak besar bagi hubungan AS dengan negara-negara di Asia.

Konteks Pemilihan dan Kandidat

Pada 6 Agustus 2024, Kamala Harris, Wakil Presiden yang kini menjadi calon presiden dari Partai Demokrat, mengumumkan Gubernur Minnesota, Tim Walz, sebagai calon wakil presidennya. Langkah ini menggantikan Joe Biden, yang memutuskan untuk menarik diri dari pencalonan setelah penampilan buruk dalam debat televisi dan kekhawatiran mengenai usia dan kesehatan. Sementara itu, Donald Trump, mantan presiden dan kandidat dari Partai Republik, telah memilih Senator JD Vance dari Ohio sebagai calon wakil presidennya, sebuah langkah yang dinilai untuk memperkuat daya tariknya di kalangan pemilih kelas pekerja.

Asia dan Pengaruhnya terhadap Kebijakan AS

Asia adalah wilayah yang sangat penting dalam geopolitik global, dan kebijakan luar negeri AS memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Ketegangan yang berkaitan dengan perdagangan dengan China, pertahanan Taiwan, dan ancaman dari Korea Utara adalah beberapa isu utama yang menjadi perhatian.

Kamala Harris diperkirakan akan melanjutkan kebijakan luar negeri yang telah dijalankan oleh pemerintahan Biden, yang cenderung berfokus pada aliansi multilateral dan strategi berbasis diplomasi. Sebagai Wakil Presiden, Harris telah menegaskan komitmennya terhadap hubungan kuat dengan sekutu tradisional AS seperti Jepang, Korea Selatan, dan Filipina. Kunjungannya ke negara-negara Asia Tenggara dan komitmennya terhadap pertahanan Filipina dalam menghadapi ancaman di Laut China Selatan adalah contoh konkret dari kebijakan luar negeri yang mungkin akan dilanjutkannya jika terpilih.

Donald Trump, di sisi lain, dikenal dengan pendekatannya yang lebih unilateralis dan seringkali konfrontatif. Selama masa kepresidenannya, Trump memperkenalkan kebijakan tarif yang agresif terhadap China, memicu ketegangan perdagangan yang berdampak luas. Ia juga mengadopsi sikap keras terhadap sekutu yang dianggap tidak memberikan kontribusi yang memadai dalam aliansi pertahanan. Jika Trump terpilih kembali, kebijakan ini bisa diperkuat, dan hal ini dapat mempengaruhi hubungan AS dengan negara-negara di Asia, khususnya dalam hal perdagangan dan keamanan.

Baca juga : Kamala Harris Gaet Gubernur Minnesota Tim Walz sebagai Calon Wakil Presiden

Baca juga : Sheikh Hasina Kabur ke India: Protes Mahasiswa dan Kuota PNS Memanas di Bangladesh

Baca juga : Kekerasan Terus Memanas di Inggris, Starmer Tegaskan Akan Hadapi Ekstremisme Sayap Kanan

Reaksi dan Persiapan Negara-Negara Asia

  1. Jepang

Jepang, sebagai salah satu sekutu utama AS di Asia, memiliki kepentingan besar dalam hasil pemilihan ini. Di bawah kepemimpinan PM Fumio Kishida, Jepang telah berusaha memperkuat aliansi dengan AS, termasuk melalui pertemuan dengan Kamala Harris. Namun, ada kekhawatiran bahwa kebijakan luar negeri Harris yang berkelanjutan dari pemerintahan Biden mungkin tidak cukup untuk mengatasi tantangan yang dihadapi Jepang dari China dan Rusia.

Di sisi lain, kebangkitan kembali Trump bisa menghadirkan tantangan baru. Beberapa analis di Jepang khawatir bahwa Trump akan menerapkan kebijakan yang lebih keras terhadap aliansi, yang bisa merugikan Jepang jika hubungan AS-Jepang dianggap tidak cukup menguntungkan. Di masa lalu, Trump menunjukkan ketidakpuasan terhadap kontribusi Jepang dalam aliansi pertahanan, dan hal ini bisa diperburuk jika ia kembali terpilih.

  1. Korea Selatan

Korea Selatan juga sangat memperhatikan pemilihan ini. Selama masa kepresidenan Trump, ada ketegangan terkait biaya aliansi pertahanan, dan Trump bahkan mengancam untuk menarik pasukan AS dari Korea Selatan jika Seoul tidak meningkatkan kontribusi finansialnya. Sebuah kebijakan serupa mungkin akan diadopsi kembali jika Trump terpilih.

Kamala Harris, di sisi lain, kemungkinan akan melanjutkan pendekatan yang lebih stabil dan kooperatif. Korea Selatan mungkin merasa lebih nyaman dengan Harris yang dikenal mendukung aliansi dan keterlibatan diplomatik.

  1. Filipina

Filipina adalah salah satu negara yang secara aktif terlibat dalam sengketa Laut China Selatan. Di bawah pemerintahan Biden, Filipina mendapat dukungan signifikan dari AS dalam menghadapi ancaman dari China. Kunjungan Harris ke Filipina dan komitmennya untuk mempertahankan hubungan pertahanan yang kuat memberikan harapan bagi pemerintah Filipina.

Trump, jika terpilih kembali, mungkin akan memprioritaskan kebijakan “Amerika Pertama” yang bisa mengubah dinamika dukungan AS terhadap Filipina. Kebijakan luar negeri Trump yang lebih fokus pada keuntungan langsung bagi AS mungkin tidak memberikan dukungan yang sama seperti yang diberikan di bawah Biden.

  1. India

India, dengan komunitas India-Amerika yang signifikan, juga memiliki minat khusus terhadap Harris, yang memiliki latar belakang keturunan India. PM Narendra Modi telah menunjukkan sikap positif terhadap administrasi Biden, dan hubungan ini mungkin akan terus berkembang jika Harris terpilih.

Namun, India juga harus siap menghadapi kemungkinan perubahan kebijakan jika Trump kembali terpilih. Beberapa kebijakan Trump yang lebih konfrontatif dan proteksionis dapat mempengaruhi hubungan ekonomi dan strategis antara AS dan India.

Pemilihan presiden AS 2024 tidak hanya menentukan masa depan politik Amerika, tetapi juga akan memiliki dampak besar pada lanskap diplomasi Asia. Kamala Harris, dengan pendekatan berkelanjutan terhadap aliansi dan diplomasi multilateral, menawarkan stabilitas bagi negara-negara Asia yang bergantung pada hubungan baik dengan AS. Sebaliknya, Donald Trump, dengan pendekatan unilateralis dan kebijakan perdagangan yang keras, dapat mengubah dinamika hubungan AS dengan negara-negara di Asia, membawa tantangan baru dan ketidakpastian.

Dengan waktu yang tersisa sebelum pemilihan, negara-negara Asia terus memantau perkembangan politik di AS dengan seksama, mempersiapkan diri untuk berbagai kemungkinan hasil dan implikasinya bagi kebijakan luar negeri mereka. Keputusan pemilih Amerika pada 5 November 2024 akan menjadi titik balik yang menentukan bagaimana hubungan AS dengan Asia akan berkembang di masa depan. *Mukroni

Foto Kowantaranews.com

  • Berita Terkait :

Kamala Harris Gaet Gubernur Minnesota Tim Walz sebagai Calon Wakil Presiden

Sheikh Hasina Kabur ke India: Protes Mahasiswa dan Kuota PNS Memanas di Bangladesh

Kekerasan Terus Memanas di Inggris, Starmer Tegaskan Akan Hadapi Ekstremisme Sayap Kanan

Escalating Iran-Israel Tensions: New Phase of Middle Eastern Conflict Looms

Pembunuhan Ismail Haniyeh: Eskalasi Baru dalam Konflik Timur Tengah dan Dampaknya terhadap Diplomasi Regional

Israel Konfirmasi Kematian Komandan Hamas di Tengah Pemakaman Dua Militan Senior

Turki Blokir Instagram, Malaysia Kecam Meta Terkait Penghapusan Ucapan Belasungkawa untuk Ismail Haniyeh

Kehilangan Besar: Pembunuhan Ismail Haniyeh dan Reaksi Warga Palestina

Assassination of Hamas Leader Ismail Haniyeh: A New Hurdle in Middle East Peace Efforts

Adidas Minta Maaf kepada Bella Hadid Setelah Iklan Memicu Kontroversi dengan Pendukung Israel

Senator Bernie Sanders Criticizes Congressional Invitation to Netanyahu: Calls Out Alleged War Crimes

Protes Besar-besaran di Depan Kongres AS Menyoroti Ketidakpuasan Terhadap Kebijakan AS-Israel

Adidas Dihujani Kritik Usai Menarik Iklan Bella Hadid Karena Desakan Pro-Israel

Yemen Celebrates in the Streets Following Successful Drone Strike on Tel Aviv

UK’s New PM Keir Starmer Calls for Urgent Gaza Ceasefire and Two-State Solution

Netanyahu Announces Israeli Delegation to Cairo for Ceasefire Talks Amid Ongoing Gaza Conflict

Hamas Accuses Israel of Stalling in Gaza Ceasefire Talks, Awaits Mediator Updates

Gaza War Spurs Surge in Terrorist Recruitment, Warns U.S. Intelligence

Heavy Fighting in Gaza Forces Thousands to Flee Again Amid Ongoing Conflict

Gaza Summer: Sewage, Garbage, and Health Risks in War-Torn Tent Camps

Head of Gaza’s Largest Hospital Released by Israel After Seven Months of Detention

Kisah Pegunungan Bani Yas’in: Esau bin Ishaq dan Keberanian Bani Jawa dalam Catatan Ibnu Khaldun

Unimaginable Suffering: A Hull Surgeon’s Mission to Aid Gaza’s War-Torn Civilians

Escalating Tensions: Israel and Hezbollah Edge Closer to Conflict Amid Rocket Fire and Threats

Netanyahu Announces Imminent Conclusion of Gaza Conflict’s Intense Phase

Gaza’s Overlooked Hostages: Thousands Held Without Charge in Israeli Detention

Chilean Art Exhibition Celebrates Palestinian Solidarity

Houthi Rebels Sink Bulk Carrier in Red Sea Escalation Amid Israel-Hamas Conflict

Tragedi Kemanusiaan di Gaza: Serangan Israel Menewaskan Sedikitnya 42 Orang

Kuba Ikut Dalam Gugatan Internasional Afrika Selatan di ICJ Mengenai Tindakan Israel di Gaza

Mengapa Gaza Adalah Zona Perang Terburuk: Perspektif Ahli Bedah Trauma David Nott

Armenia Resmi Akui Palestina sebagai Negara di Tengah Konflik Gaza-Israel

Qatar Lakukan Negosiasi Intensif untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas

Day 256: Gaza Under Siege – Israel’s Airstrikes Claim Dozens of Lives

Laporan PBB: Israel dan Kelompok Bersenjata Palestina Terlibat dalam Pelanggaran Berat Hukum Internasional

Pengunduran Diri Pejabat AS Stacy Gilbert: Protes terhadap Kebijakan Bantuan Kemanusiaan di Gaza

Perusahaan Senjata Israel Elbit Terpaksa Menjual Pabrik di Tamworth akibat Tekanan Aksi Pro-Palestina

Pandangan Perdana Menteri Albania Rama tentang Konflik Palestina-Israel: Sejarah, Tantangan, dan Solusi

Idul Adha di Tengah Konflik: Ketika Kegembiraan Berganti Kesedihan di Gaza

Tragedi di Rafah: Delapan Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Jalur Gaza

AS menjatuhkan sanksi pada ‘kelompok ekstremis Israel’ karena memblokir bantuan Gaza

Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza

Menelusuri Jalur ‘Muslim Vote’ di Inggris: Dukungan Terhadap Kandidat Alternatif dan Perubahan Politik Menuju Perdamaian Palestina

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian

Akhir yang Mendekat bagi Pemerintahan Netanyahu yang Terpecah

Krisis Kemanusiaan di Gaza: Keputusasaan di Tengah Pertempuran

Ketegangan AS-Israel: Perdebatan atas Berbagi Informasi Intelijen

Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah

$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir

Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional

Apple Dituduh Mendukung Konflik Israel-Palestina: Karyawan Menuntut Penghentian Sumbangan Kontroversial

Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi

Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS

HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’

PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza

Knesset Israel Setujui Undang-Undang Kontroversial Wajib Militer Ultra-Ortodoks di Tengah Konflik Gaza

Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”

Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS

Angelina Jolie Menuduh Israel dan Pemimpin Dunia Melakukan ‘Kejahatan Perang’ di Gaza: Gaza Menjadi Kuburan Massal dan Penjara Terbuka

Paus Fransiskus Mendesak Tindakan Segera untuk Membantu Warga Gaza yang Dilanda Perang dengan ‘Segala Cara’

Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya

Pengusiran Orang Yahudi oleh Jenderal Ulysses S. Grant pada 1862: Perintah Kontroversial di Tengah Perang Saudara

Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza

Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu

Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel

Kolombia Hentikan Ekspor Batu Bara ke Israel karena Konflik Gaza: Tindakan Tegas Presiden Gustavo Petro

Truk Bantuan Palsu Digunakan dalam Operasi Penyelamatan di Nuseirat: Partisipasi ‘Sel Khusus’ AS Terungkap

Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza

Penindasan Suara Pro-Palestina: Akademisi Inggris Mengungkap “Perburuan Penyihir” terhadap Muslim di Kehidupan Publik

Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang

Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945

Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ

Opini Roy  tentang Solidaritas Mahasiswa Elit Prancis untuk Gaza: Sebuah Tindakan Moral, Bukan Revolusi

Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar

Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza

Gencatan Senjata Gaza: Amrit Kaur Menyerukan Kesetiaan pada Kemanusiaan dalam Penerimaan Penghargaan Layar Kanada

Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif

Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera

Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza

Maladewa Melarang Warga Israel Masuk Negara Terkait Konflik Gaza: Solidaritas dengan Palestina dan Implikasi Regional

Max Chandler-Mather Menggemakan Solidaritas untuk Palestina di Parlemen: Sebuah Seruan Melawan Ketidakadilan dan Dukungan untuk Penentuan Nasib Sendiri

Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *