• Sel. Jan 14th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!

ByAdmin

Okt 21, 2024
Palestinian doctor Mohammad Abu Selmeyah, the director of Al Shifa Hospital who was detained by Israeli forces, speaks to the media after his release from an Israeli jail, amid the Israel-Hamas conflict, at Nasser hopsital in Khan Younis in the southern Gaza Strip July 1, 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Pada Minggu, 20 Oktober 2024, dunia dikejutkan oleh tindakan militer Israel yang menyebarkan pamflet bergambar jasad Yahya Sinwar, pemimpin senior Hamas yang tewas dalam serangan udara. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya propaganda untuk memperlihatkan kemenangan Israel atas kelompok Hamas yang telah lama menjadi musuh bebuyutan mereka di Jalur Gaza. Namun, tindakan tersebut tidak hanya dianggap sebagai bentuk kemenangan militer oleh sebagian kalangan, tetapi juga dipandang sebagai aksi yang kejam dan tidak manusiawi oleh banyak pihak di dunia internasional.

Langkah Israel ini dilakukan setelah mereka mengonfirmasi kematian Sinwar, sosok sentral dalam Hamas yang dituding berada di balik berbagai serangan terhadap Israel, termasuk serangan besar yang dikenal sebagai Badai Aqsa pada Oktober 2023. Meski bagi militer Israel, kematian Sinwar adalah sebuah pencapaian strategis, tetapi cara mereka merayakan kematian tersebut telah menuai kecaman global. Pamflet yang disebarkan melalui udara menampilkan gambar tubuh tak bernyawa Sinwar, disertai pesan dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang berbunyi, “Hamas tak lagi menguasai Gaza,” yang dimaksudkan untuk menegaskan bahwa Hamas telah melemah secara signifikan.

Namun, cara Israel mengkomunikasikan “kemenangan” mereka ini justru menimbulkan kemarahan dan kritik keras dari berbagai kalangan, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional. Tindakan menyebarkan pamflet dengan gambar jasad pemimpin lawan di tengah-tengah medan konflik yang masih berlangsung dinilai tidak hanya tidak etis, tetapi juga memperburuk ketegangan di wilayah tersebut.

Kontroversi di Dalam Israel: Demonstrasi Besar-besaran di Tel Aviv

Di Tel Aviv, ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan untuk mengecam langkah pemerintah dan militer Israel. Mereka menilai bahwa tindakan ini justru menghambat upaya gencatan senjata dan memperburuk kondisi bagi warga sipil yang terjebak di tengah konflik. Para pengunjuk rasa mengusung slogan-slogan seperti “Sinwar Berakhir, Perang Berakhir” dan “Utamakan Gencatan Senjata”, menyuarakan tuntutan agar Netanyahu segera mengambil langkah diplomasi untuk menghentikan pertumpahan darah di Gaza.

Banyak pengamat dan aktivis yang terlibat dalam protes tersebut mengatakan bahwa penyebaran pamflet jasad Sinwar adalah tindakan yang tidak berperasaan dan provokatif. Shira Efron, Direktur Yayasan Diane dan Guilford Glazer yang berbasis di AS dan pro-Israel, mengatakan bahwa langkah Israel ini justru menunjukkan ketidakdewasaan dalam berdiplomasi. Menurutnya, kemenangan militer tidak seharusnya dirayakan dengan cara yang menginjak-injak nilai kemanusiaan. “Yang harus dilakukan sekarang adalah menghentikan pertempuran dan membuka jalan menuju perundingan damai, terutama untuk membebaskan para sandera,” ujarnya.

Banyak dari pengunjuk rasa juga menilai bahwa Netanyahu sedang mengalihkan perhatian dari masalah domestik, termasuk krisis politik yang melanda pemerintahannya. Isu kasus korupsi yang menjerat Netanyahu dan kegagalannya dalam mencegah serangan Badai Aqsa pada 2023 menjadi sorotan besar. Eran Nissan, seorang aktivis antipemerintahan, mengatakan kepada media bahwa Netanyahu tidak tertarik pada gencatan senjata karena hal itu akan memaksanya untuk menghadapi berbagai kegagalan dan kontroversi yang menghantam kepemimpinannya selama ini. “Begitu ada gencatan senjata, Netanyahu harus bertanggung jawab atas semua masalah ini,” tegasnya.

Baca juga : Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir

Baca juga : Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS

Baca juga : Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup

Kecaman Internasional: Seruan untuk Gencatan Senjata

Kritik terhadap tindakan Israel juga datang dari luar negeri. Amerika Serikat, yang selama ini menjadi sekutu dekat Israel, ikut menyoroti peristiwa ini dengan pandangan yang beragam. Wakil Presiden Kamala Harris menegaskan bahwa meski kematian Sinwar mungkin menjadi pukulan besar bagi Hamas, Israel harus segera menghentikan aksi militer mereka di Gaza dan mulai memfokuskan diri pada perundingan damai. Harris menekankan bahwa tindakan semacam ini hanya akan memicu lebih banyak kemarahan dan memperburuk ketegangan di wilayah yang sudah terpecah oleh konflik selama puluhan tahun.

Bahkan pesaing Harris dalam pemilihan presiden dari Partai Republik, Donald Trump, yang dikenal sebagai pendukung kebijakan pro-Israel, juga menyuarakan pendapat yang serupa. Trump menilai bahwa dengan kematian Sinwar, kesempatan untuk memulai negosiasi damai seharusnya lebih terbuka. Ia berjanji akan segera melakukan pembicaraan dengan Netanyahu untuk membahas langkah-langkah selanjutnya guna memastikan bahwa konflik ini tidak semakin meluas dan para sandera dapat segera dibebaskan.

Di sisi lain, sekutu-sekutu Israel di Eropa juga turut memberikan komentar. Beberapa pemimpin Eropa menekankan pentingnya solusi diplomatik jangka panjang. Mereka menyoroti bahwa tindakan seperti menyebarkan gambar jasad seorang pemimpin yang telah tewas justru bisa memicu lebih banyak kekerasan dan memperpanjang siklus balas dendam yang tak berkesudahan antara Israel dan Hamas.

Reaksi dari Dunia Arab dan Pendukung Hamas

Di pihak lain, dunia Arab dan kelompok-kelompok pendukung Hamas menganggap tindakan Israel sebagai langkah yang sangat provokatif dan merendahkan martabat rakyat Palestina. Hamas, yang selama ini dikenal sebagai gerakan perlawanan terhadap pendudukan Israel, menganggap Sinwar sebagai martir yang gugur dalam perjuangan mereka. Wakil Kepala Biro Politik Hamas, Khalil al-Hayya, dengan tegas menyatakan bahwa kematian Sinwar tidak akan menghentikan perjuangan mereka. Ia menegaskan bahwa Hamas akan terus melawan hingga Israel menghentikan serangan dan menarik pasukan dari Gaza.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, juga ikut mengecam tindakan Israel. Ia memperingatkan bahwa kematian Sinwar tidak akan melemahkan Hamas, tetapi justru akan memperkuat semangat perjuangan mereka melawan “zionisme.” Khamenei menggambarkan Sinwar sebagai pahlawan yang berkorban demi rakyat Palestina, dan kematiannya hanya akan meningkatkan dukungan terhadap Hamas di kalangan masyarakat Palestina dan dunia Muslim.

Palestina Tidak Akan Menyerah

Sementara itu, Fatah, partai yang dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengutuk tindakan Israel sebagai bentuk terorisme yang sistematis. Dalam sebuah pernyataan, Fatah menegaskan bahwa kekerasan dan pembunuhan tidak akan membuat rakyat Palestina menyerah dalam memperjuangkan hak mereka atas kemerdekaan. Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) juga mengeluarkan pernyataan keras, menuntut agar pendudukan Israel di wilayah Palestina segera diakhiri. Mereka menegaskan bahwa solusi dua negara, dengan Palestina yang merdeka berdasarkan perbatasan tahun 1967 dan Yerusalem sebagai ibu kotanya, adalah satu-satunya jalan keluar dari konflik ini.

Kemanusiaan yang Terlupakan

Di tengah-tengah hiruk-pikuk perdebatan politik dan militer ini, yang sering kali terlupakan adalah nasib warga sipil yang terus-menerus menjadi korban kekerasan. Baik di Gaza maupun Israel, ribuan orang tak berdosa, termasuk anak-anak, kehilangan nyawa dan tempat tinggal akibat serangan dan pembalasan yang tak berkesudahan. Sementara para pemimpin dunia berdebat tentang strategi militer dan politik, rakyat biasa di kedua belah pihak harus bertahan hidup di bawah bayang-bayang konflik yang tak kunjung usai.

Tindakan Israel menyebarkan pamflet jasad Yahya Sinwar mungkin dimaksudkan sebagai bentuk propaganda untuk menunjukkan kekuatan mereka. Namun, tindakan tersebut justru telah membuka luka baru dalam konflik yang sudah lama berdarah-darah ini. Apa yang dibutuhkan sekarang bukanlah lebih banyak kekerasan atau perayaan atas kematian lawan, tetapi sebuah langkah nyata menuju perdamaian yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat. *Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir

Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS

Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup

Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!

Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global

Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan

Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa

Indonesia Bangkit: Dukungan Penuh untuk Palestina di Tengah Krisis Gaza, Jokowi Serukan Tindakan Dunia Setelah 1 Tahun Perang Israel-Gaza

Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi

Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon

Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam

Aliansi Global: Eropa, Arab, dan Dunia Muslim Bersatu untuk Wujudkan Palestina Merdeka di Tengah Konflik Gaza

Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!

Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!

Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang

Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB

Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!

Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina

Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia

Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional

Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!

IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat

Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik

Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan

Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai

Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza

“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024

Pendekatan Berani Sarah Friedland: Pidato Penghargaan di Festival Film Venesia Soroti Konflik Israel-Palestina

Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’

Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden

Sinergi Ekonomi: Kamala Harris Fokus Pada Tingginya Biaya Hidup dalam Pidato Kebijakan Ekonomi Pertama

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *