Jakarta, Kowantaranews.com – Konflik mematikan di Jalur Gaza kembali menelan korban di antara jajaran perwira tinggi militer Israel. Kolonel Ehsan Daxa, salah satu komandan Brigade 401, dilaporkan tewas dalam operasi militer yang berlangsung di Gaza. Kematian Daxa menambah panjang daftar tentara Israel yang gugur sejak serangan darat dimulai beberapa pekan lalu. Hingga kini, setidaknya 355 tentara Israel dikabarkan tewas, sementara ribuan lainnya mengalami luka-luka.
Kabar duka itu disampaikan militer Israel (Tzahal) pada Minggu malam, waktu Tel Aviv. Kolonel Daxa, seorang tokoh penting di Brigade 401, tengah memimpin serangan darat yang diperintahkan pemerintah Israel dalam upaya menghancurkan Hamas dan kelompok-kelompok perlawanan lainnya di Gaza. Namun, nasib tragis menimpanya ketika sebuah serangan balasan dari kelompok militan Palestina merenggut nyawanya.
Kematian Daxa tidak berdiri sendiri. Hanya sehari sebelumnya, dua sersan Israel, Ofir Berkovich dan Elishai Young, juga tewas dalam baku tembak sengit di Gaza. Young bukan warga negara Israel, melainkan anggota komunitas imigran Afrika yang dikenal sebagai Ibrani Afrika. Media Israel melaporkan bahwa keluarganya telah bermukim di Israel selama hampir 70 tahun, menjadikannya bagian dari sejarah panjang imigrasi yang membawa ribuan orang ke Tanah Suci dalam beberapa dekade terakhir.
Di tengah memanasnya situasi, tidak ada tanda-tanda Israel akan menghentikan serangannya, meskipun jumlah korban jiwa terus bertambah. Sejak serangan darat dilancarkan, militer Israel telah mengalami kerugian besar. Namun, dengan 5.000 lebih tentaranya cedera, Israel tidak menunjukkan niat untuk menurunkan intensitas serangan baik di Gaza maupun Lebanon. Sebaliknya, operasi militer ini terus meluas, dengan sasaran semakin banyak wilayah, baik di Jalur Gaza maupun di Lebanon selatan.
Perang Tanpa Henti dan Ketidakpedulian Dunia
Selama konflik berlangsung, Israel tidak segan-segan menargetkan fasilitas sipil maupun militer, termasuk bangunan-bangunan PBB di Lebanon. Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) menjadi salah satu korban serangan brutal yang dilancarkan oleh Tzahal. Laporan menyebutkan bahwa pasukan Israel sengaja menghancurkan pagar dan menara jaga UNIFIL di Marwahin, wilayah selatan Lebanon. Serangan ini dilakukan tak lama setelah markas UNIFIL di kota lain di Lebanon juga ditembaki oleh pasukan Israel.
Tindakan ini menuai kecaman dari banyak pihak, termasuk UNIFIL sendiri, yang menyebut perusakan aset PBB sebagai pelanggaran hukum internasional yang jelas. Meski begitu, Israel tampaknya tidak peduli pada seruan internasional, apalagi terhadap resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB, seperti Resolusi 1701 yang bertujuan menurunkan tensi di wilayah tersebut.
“Ini adalah pelanggaran nyata terhadap hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan,” demikian pernyataan UNIFIL yang menyesalkan tindakan Israel. Namun, upaya untuk menghentikan perang ini tidak kunjung berhasil. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, bahkan mengatakan bahwa UNIFIL perlu diperkuat dan mandatnya ditinjau ulang, karena perannya saat ini terbatas dan tidak mampu menghadapi situasi yang semakin memanas.
Kegagalan komunitas internasional dalam menanggapi situasi ini juga menuai kritik dari berbagai pihak. Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk Palestina, menyesalkan lambannya reaksi PBB terhadap apa yang ia sebut sebagai “aib kolektif abad ini”. Dalam pandangannya, komunitas global telah gagal melindungi hak asasi manusia di Palestina, sementara penduduk Gaza terus menderita akibat serangan brutal Israel.
“Orang-orang Palestina sudah lelah karena serangan tanpa henti. Eksekusi massal, pemindahan paksa, dan pelanggaran berat lainnya terjadi setiap hari. Sungguh memalukan bagaimana dunia gagal melindungi hak asasi manusia yang paling mendasar,” tulis Albanese di media sosial.
Baca juga : Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!
Baca juga : Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir
Baca juga : Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS
Impunitas Israel dan Ketidakpedulian pada Gencatan Senjata
Sementara itu, Amerika Serikat telah berulang kali mendesak Israel untuk melakukan gencatan senjata. Desakan ini semakin kuat setelah pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, tewas dalam serangan pekan lalu. Namun, baik Israel maupun Hamas tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menyepakati gencatan senjata. Perundingan yang terakhir kali dilakukan pada Agustus 2024 pun terhenti, dengan kedua belah pihak tidak bersedia menurunkan senjatanya.
Lloyd Austin, Menteri Pertahanan AS, menyatakan keprihatinannya terhadap korban sipil di Lebanon akibat perang yang juga melibatkan Hizbullah. Ia mendesak Israel untuk mengurangi intensitas serangan, terutama di sekitar Beirut, yang menjadi salah satu titik panas dalam konflik ini. Namun, Israel tidak menggubris seruan itu. Pasukan militer mereka justru semakin gencar menargetkan lembaga-lembaga yang dituding mendanai Hizbullah, termasuk lembaga nirlaba Al-Qard al-Hassan yang berlokasi di pinggiran selatan Beirut.
Lembaga yang dikenal memberikan layanan keuangan kepada masyarakat sipil di Lebanon itu diduga digunakan oleh Hizbullah untuk mendukung operasinya di wilayah tersebut. Meskipun AS dan Arab Saudi menyetujui keberadaan lembaga ini, Israel tidak segan-segan menghancurkannya dalam serangan udara yang menargetkan banyak lokasi di Beirut pada 20 Oktober.
David Asher, seorang ahli pembiayaan gelap yang pernah bekerja di Departemen Pertahanan dan Luar Negeri AS, menyatakan bahwa serangan terhadap Al-Qard al-Hassan akan memiliki dampak besar. “Lembaga ini beroperasi dengan uang tunai. Jika mereka kehilangan akses ke uang tunai, itu akan merusak operasi Hizbullah secara signifikan,” katanya.
Pembersihan Etnis di Gaza: Rencana Tersembunyi Militer Israel?
Dalam analisis yang semakin kontroversial, beberapa pengamat mengaitkan tindakan militer Israel di Gaza dengan rencana yang lebih besar: pembersihan etnis. Menurut Meron Rapoport, seorang analis Israel, tujuan perang ini bukan lagi sekadar menghancurkan Hamas atau membebaskan para sandera. Sebaliknya, ada dugaan kuat bahwa Israel berupaya mengubah batas-batas Jalur Gaza dan menghapus nasionalisme Palestina di wilayah tersebut.
“Militer Israel tampaknya melaksanakan ‘Rencana Jenderal’, yang juga dikenal sebagai ‘Rencana Eiland’. Ini adalah upaya sistematis untuk membersihkan Gaza utara dari penduduknya, dan memaksa sebanyak mungkin orang untuk meninggalkan wilayah tersebut,” kata Rapoport kepada Middle East Eye.
Israel telah memerintahkan ratusan ribu penduduk Gaza utara untuk mengungsi, menghentikan bantuan kemanusiaan, dan melancarkan serangan terhadap mereka yang tetap bertahan. Jika benar dugaan ini, maka tidak akan ada akhir yang jelas untuk perang ini, setidaknya sampai Israel mencapai tujuan tersembunyinya.
Hamas, di sisi lain, menolak untuk membebaskan sandera Israel sampai perang berakhir dan pasukan Israel menarik diri dari Gaza. Hal ini menimbulkan dilema besar bagi keluarga para sandera, yang semakin frustasi melihat perang terus berlanjut tanpa ada titik terang.
Beberapa pihak meyakini bahwa Netanyahu dan para pejabat militer Israel memang tidak berniat mengakhiri konflik dalam waktu dekat. “Kita mungkin sudah berada di titik di mana Netanyahu merasa bahwa beginilah seharusnya kita hidup. Perang yang tiada akhir, tanpa batas waktu,” kata Rapoport.
Dengan medan perang yang terus berkobar, baik di Gaza maupun Lebanon, dan korban jiwa yang terus bertambah, perang ini semakin menjadi simbol konflik yang tak berujung di Timur Tengah. Hanya waktu yang akan menentukan apakah ada solusi untuk kekerasan yang seolah tak pernah berakhir ini, atau apakah Gaza dan Lebanon akan terus terbakar dalam api perang yang memakan korban tanpa pandang bulu. *Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!
Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir
Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat