• Jum. Jun 20th, 2025

KowantaraNews

Halal Gratis, Warteg Nge-Hits: Tanpa Drama, Cuma Solusi!

ANCAMAN TARIF TRUMP LEBIH DAHSYAT DARI COVID-19 ? STABILITAS EKONOMI RI DIAMBANG KRISIS, DIPLOMASI HARUS ‘SEMBURKAN LAHAR’?

ByAdmin

Apr 4, 2025
Sharing is caring

Ledakan Kebijakan Trump yang Mengguncang Pasar Global

Jakarta, Kowantaranews.com -Pada 3 April 2025 pukul 03.00 WIB, dunia bisnis internasional tersentak. Presiden AS ke-47 Donald Trump, dengan gaya khasnya, mengumumkan kebijakan tarif resiprokal yang disebutnya Hari Pembebasan. Dalam pidato berapi-api di Mar-a-Lago, Trump menyebut tarif impor untuk Indonesia akan melonjak tiga kali lipat—dari 10% menjadi 32%—mulai 9 April 2025. Kebijakan ini, yang ia klaim sebagai “pembalasan atas ketidakadilan perdagangan”, langsung memicu kekacauan di pasar saham Asia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 4,2% hanya dalam sehari, sementara rupiah terperosok ke level Rp 16.800 per dolar AS, terlemah sejak krisis 1998.

“Ini bukan sekadar perang dagang, ini tsunami ekonomi yang bisa menghancurkan fondasi ekspor Indonesia,” tegas Eisha Maghfiruha Rachbini, Direktur Program Indef, dalam wawancara darurat dengan Kompas. “Jika tidak direspons dengan strategi luar biasa, Indonesia bisa terjebak dalam krisis multidimensi.”

Babak I: “Tarif 32% vs Pandemi COVID-19—Mana Lebih Mematikan?”

Pemerintah Indonesia kini menghadapi ancaman yang bahkan lebih kompleks daripada dampak pandemi COVID-19. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, ekspor Indonesia ke AS pada 2024 mencapai   US28,3  milyar (3228,3 miliar  dengan kontribusi  terbesar dari tekstil  (325,6–7 miliar. Angka ini hampir menyamai kerugian ekonomi Indonesia selama pandemi COVID-19  pada 2020 (US$7,2 miliar).

Namun, bedanya, krisis kali ini tidak datang dari virus tak kasatmata, melainkan dari keputusan politik yang disengaja. COVID-19 adalah bencana alam, tapi tarif Trump adalah serangan terstruktur yang menarget jantung ekonomi Indonesia, ujar Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi INDEF Andry Satrio Nugroho di Jakarta

Sektor padat karya seperti tekstil dan alas kaki diperkirakan menjadi korban pertama. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memprediksi 250.000 pekerja terancam PHK jika tarif berlaku permanen. “Ini seperti memotong urat nadi industri yang sudah sekarat karena kenaikan harga energi,” keluh Ade Sudrajat, Ketua API.

Babak II: “Di Balik Skema Trump: Diplomasi atau Perang?”

Kebijakan Trump ini bukan tanpa alasan. AS menuding Indonesia melakukan praktik “dumping” di sektor baja dan alumunium, serta menghambat masuknya produk farmasi AS dengan regulasi TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang ketat. AS ingin Indonesia membuka pasar lebih lebar, terutama di sektor digital dan energi, papar Lana Soelistianingsih, ekonom senior INDEF.

Namun, Trump juga punya agenda politik: memenangkan dukungan kelas pekerja AS jelang Pemilu 2026. Dengan menaikkan tarif, ia berharap industri manufaktur AS bangkit dan menciptakan lapangan kerja. Indonesia hanya collateral damage dalam permainan politik Trump, sindir Dinna Prapto Raharja, pakar hubungan internasional.

Di tengah tekanan ini, diplomasi Indonesia diuji. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi disebut sedang menyiapkan “diplomasi lahar”—istilah metaforis untuk strategi agresif menggabungkan tekanan bilateral dan multilateral. “Kami tak bisa hanya mengeluh di WTO. Saatnya gunakan semua leverage, dari kerja sama mineral kritikal hingga isu HAM Papua,” ujar sumber internal Kemlu yang enggan disebutkan namanya.

Babak III: “Skenario Terburuk: Rupiah Rp 20.000 dan Defisit Perdagangan”

Analisis Bank Indonesia (BI) mengungkap skenario terburuk: jika tarif 32% bertahan hingga akhir 2025, cadangan devisa Indonesia (kini US165 (165miliar)bisa tergerus US12–15 miliar akibat penurunan ekspor dan pelarian modal asing. Nilai tukar rupiah berpotensi menyentuh Rp 18.500–20.000 per dolar AS, memicu inflasi di atas 8%.

Sektor keuangan juga terancam. Kenaikan tarif akan mengurangi kepercayaan investor. Kami sudah melihat tanda-tanda capital outflow dari pasar obligasi pemerintah, kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam rapat terbatas dengan DPR.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah efek domino ke sektor lain. Penurunan ekspor ke AS bisa membanjiri pasar domestik dengan barang murah, memicu perang harga yang mematikan UMKM. “Ini seperti COVID-19 versi 2.0: lockdown ekonomi yang dipaksakan AS,” tukas Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira di Jakarta

Baca juga : Pasar Goyang Prabowo: Program Makan Gratis Bikin Saham-Saham Raksasa Tumbang?

Baca juga : LEBARAN 2025: ARMADA KOSONG, TIKET MENGUAP!

Baca juga : INVESTOR BERLARIAN! IHSG TERSUNGKUR KE 6.011, EKONOMI INDONESIA DIKRITIK ‘TUMBANG TANPA MUSUH’!

Babak IV: “Senjata Rahasia Indonesia: BRICS, ASEAN, dan Diplomasi Energi Hijau”

Di tengah kepungan Trump, Indonesia masih punya senjata. Pertama, keanggotaan di BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) yang resmi berlaku 2024. “Kami sedang mempercepat kerja sama perdagangan dengan China dan India untuk mengkompensasi kerugian di AS,” ujar Mantan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

Kedua, diplomasi energi hijau. AS sangat bergantung pada nikel Indonesia untuk baterai kendaraan listrik. “Kami siap pakai nikel sebagai alat tawar. Jika AS tidak fleksibel, ekspor nikel mentah akan dialihkan ke Eropa dan Korea Selatan,” ancam Arsjad Rasjid, Mantan Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin).

Ketiga, memperkuat pasar domestik melalui program “Bangga Buatan Indonesia” yang diakselerasi. Pemerintah mengalokasikan Rp 10 triliun untuk subsidi industri kreatif dan digital. “Ini saatnya mengurangi ketergantungan pada AS. Kita harus jadi bangsa mandiri,” seru kata Kepala Subdirektorat Investasi BUMN, Kementerian Keuangan, Achmad Syaiful Mujab

Babak V: “Misi 100 Hari: Dari Jakarta ke Washington”

Tim khusus gabungan Kemenlu, Kemendag, dan Kemko Ekonomi diberi mandat 100 hari untuk menyelamatkan ekspor. Agenda utamanya:

  1. Lobi Kongres AS: Menekan senator pro-perdagangan bebas seperti Mitt Romney untuk meredam kebijakan Trump.
  2. Gunakan ASEAN: Menggalang dukungan kolektif ASEAN dalam pertemuan darurat di Singapura, 15 April 2025.
  3. Tawaran Win-Win: Menegosiasikan kerja sama energi terbarukan sebagai ganti keringanan tarif.

Epilog: “Peringatan Sejarah: Jangan Ulangi Tragedi 1998”

Sejarawan ekonomi Thee Kian Wie mengingatkan: “Krisis 1998 dimulai dari gelembung utang dan mata uang. Sekarang, pemicunya adalah perang dagang. Jika salah langkah, kita bisa jatuh ke lubang yang sama.”

Masyarakat diminta tetap tenang namun waspada. Pemerintah menjamin stok pangan aman dan APBN masih mampu memberi stimulus Rp 50 triliun untuk sektor terdampak. “Kami tak akan biarkan rakyat jadi korban perang Trump. Ini ujian terbesar bagi diplomasi Indonesia,” kata Kepala Subdirektorat Investasi BUMN, Kementerian Keuangan, Achmad Syaiful Mujab

“Lahar Diplomasi atau Kehancuran?”

Indonesia berada di persimpangan sejarah. Tarif Trump bukan hanya ujian ekonomi, tapi juga ujian martabat bangsa. Diplomasi harus “menyemburkan lahar”—agresif, tak kenal kompromi, dan memanfaatkan semua celah hukum internasional. Jika gagal, Indonesia akan menjadi korban berikutnya dalam daftar “pembantaian ekonomi” Trump. Namun, jika berhasil, ini bisa menjadi momentum kebangkitan ekonomi berbasis kemandirian. By Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait

Pasar Goyang Prabowo: Program Makan Gratis Bikin Saham-Saham Raksasa Tumbang?

LEBARAN 2025: ARMADA KOSONG, TIKET MENGUAP!

INVESTOR BERLARIAN! IHSG TERSUNGKUR KE 6.011, EKONOMI INDONESIA DIKRITIK ‘TUMBANG TANPA MUSUH’!

Gambaran Suram Jelang Lebaran: Hotel-Hotel Sepi, Pemilik Meradang

INDONESIA DI AMBANG RESESI ? DAYA BELI RAKYAT HANCUR, KELAS MENENGAH PUNAH?

Target 8% Prabowo Hancur Lebur ?  Daya Beli Rontok, Deflasi Menggila, dan PHK Serbu Perekonomian Indonesia ?

RITEL INDONESIA MENANGIS! Data BPS Bongkar Pahitnya Realita: ‘Lebaran Ini Tak Ada yang Menang’

Gempuran Koperasi Desa Merah Putih: 70.000 Pusat Ekonomi Baru Siap Mengubah Indonesia!

1 Juta Mimpi Terhambat: UMKM Berjuang Melawan Kredit Macet

Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!

Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM

Revolusi Gizi: Makan Gratis untuk Selamatkan Jutaan Jiwa dari Kelaparan

Gebrakan Sejarah: Revolusi Makan Bergizi Gratis, Ekonomi Lokal Bangkit!

PPN 12 Persen: Harapan atau Ancaman Bagi Ekonomi Rakyat?

Setengah Kekayaan Negeri dalam Genggaman Segelintir Orang: Potret Suram Kesenjangan Ekonomi Indonesia

Menuju Indonesia Tanpa Impor: Mimpi Besar atau Bom Waktu?

Gebrakan PPN 12 Persen: Strategi Berani yang Tak Menjamin Kas Negara Melejit!

Rupiah di Ujung Tanduk: Bank Indonesia Siapkan “Senjata Pamungkas” untuk Lawan Gejolak Dolar AS!

PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!

12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil

Prabowo Hadapi Warisan Beban Utang Raksasa: Misi Penyelamatan Anggaran di Tengah Tekanan Infrastruktur Jokowi

Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia

Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?

Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?

Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!

Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?

QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia

Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!

Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!

Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?

Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?

Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!

Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!

Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!

Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?

Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!

Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala

Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!

Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!

Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!

Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!

Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!

APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi

“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”

Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah

Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024

IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan

Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *