Jakarta, Kowantaranews.com – Dalam sebuah kemenangan historis yang mengejutkan dunia politik Amerika Serikat, Zohran Mamdani, politisi democratic socialist berusia 34 tahun, resmi terpilih sebagai Wali Kota New York City ke-111 pada 4 November lalu. Dengan meraup 50,4% suara, Mamdani mengalahkan mantan Gubernur Andrew Cuomo yang maju sebagai independen dan kandidat Republik Curtis Sliwa. Ini menjadikannya wali kota Muslim pertama, keturunan Asia Selatan pertama, serta termuda dalam lebih dari satu abad di kota terbesar AS.
Kemenangan Mamdani, yang diumumkan oleh Associated Press dan media besar seperti The New York Times serta NPR, mencatat rekor partisipasi pemilih tertinggi sejak 1969, dengan lebih dari 2 juta suara. Kampanyenya yang berfokus pada “affordability” – biaya hidup yang terjangkau – berhasil memobilisasi pemuda, kelas pekerja, dan komunitas imigran. Dalam pidato kemenangannya di Brooklyn Paramount, Mamdani menyatakan: “Hope is alive” (Harapan masih hidup), sambil menjanjikan kota yang “working people can love and live in again”.
Salah satu janji ikonik yang mengantarkannya ke kursi wali kota adalah “free fares for all” atau bus kota gratis sepenuhnya. Mamdani berargumen bahwa menghapus tarif bus senilai $2,90 akan meringankan beban jutaan warga berpenghasilan rendah, sekaligus mempercepat layanan bus yang selama ini lambat karena antrean pembayaran. Prestasi awalnya sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York mendukung klaim ini: Pada 2023–2024, ia berhasil mendorong pilot program bus gratis di satu rute per borough, yang meningkatkan ridership hingga 30–38% dan mengurangi serangan terhadap sopir bus hingga 39%. Pilot itu didanai negara bagian lebih dari $100 juta, tapi berakhir Agustus 2024 karena tak diperpanjang.Namun, euforia kemenangan langsung dihadapkan pada realitas birokrasi.
Sistem transportasi New York – termasuk bus dan subway – dikelola Metropolitan Transportation Authority (MTA), badan negara bagian yang dikendalikan Gubernur Kathy Hochul dan dewan direksi. Wali kota hanya punya pengaruh terbatas; perubahan tarif butuh persetujuan MTA dan legislatif negara bagian di Albany. Biaya hilangnya pendapatan farebox diperkirakan $600–800 juta per tahun, bahkan bisa mencapai $1 miliar jika fare evasion ditekan. MTA Chair Janno Lieber sudah menyuarakan skeptisisme, khawatir overcrowding, penurunan kecepatan bus, dan pelanggaran covenant obligasi MTA yang dijamin pendapatan tarif.
Mamdani mengusulkan pendanaan dari pajak korporasi lebih tinggi, denda landlord yang belum dibayar, atau realokasi anggaran negara bagian/kota. “Ini hanya pennies dibanding anggaran kota $100 miliar dan negara $220 miliar,” katanya selama kampanye. Tapi tanpa dukungan Hochul – yang belum berkomitmen – atau mayoritas di legislatif negara bagian, janji ini berisiko jadi “mimpi” saja. Kritikus menyebutnya tidak realistis, mirip janji Eric Adams soal bus lane yang gagal direalisasi.
Perbandingan dengan Jakarta menarik: Di sana, Transjakarta langsung di bawah Pemprov DKI, sehingga subsidi tertarget untuk 15 golongan rentan bisa diterapkan cepat via Peraturan Gubernur. New York, dengan federalisme AS, jauh lebih rumit – butuh negosiasi antar-level pemerintahan.
Pasca-kemenangan, Mamdani langsung membentuk tim transisi dipimpin perempuan berpengalaman, termasuk mantan pejabat City Hall. Ia akan dilantik 1 Januari 2026. Apakah “free bus” jadi ujian pertama kekuasaannya, atau malah prioritas lain seperti pembekuan sewa dan childcare gratis yang lebih dulu terealisasi? Satu hal pasti: Kemenangan Mamdani menandai shift progresif di New York, tapi mewujudkan janji butuh perjuangan panjang melawan birokrasi MTA dan politik Albany. Warga New York menunggu – harapan hidup, tapi realitas birokrasi mengintai. By Mukroni
Stasiun Maryam Moghaddas di Tehran: Simbol Toleransi atau Propaganda?
Terobosan Bersejarah: Indonesia Dapat Izin Bangun Kampung Haji Sendiri di Mekkah!
Lee Jae-myung: Dari Buruh Anak ke Presiden, Anak Warteg pun Bisa Jadi Bintang Korea!
Saham Anjlok, Obligasi Meledak, Dolar Lesu: Utang AS Bikin Panik, Warteg Santai Tak Berdampak!
Deregulasi Bikin Impor Melaju, Industri Lokal Teriak: ‘Warteg Aja Lebih Terlindungi!’
Preman Ngepet di Warteg, Pengangguran Ngetem: Jabodetabek Jadi Ring Tinju Ormas!
The Fed Bikin BI Pusing, Rupiah Ngegas, Warteg Tetap Ramai!
Ojol Belum BPJS, Aplikator Bilang ‘Gaspol!’, Warteg Jadi Penutup Perut!
PHK Bikin Kantoran Jadi Penutup Warteg: Prabowo Geleng-Geleng, Orek Tempe Tetap Sold Out!
Jobless Jadi Trend, Dompet Ikut Send: BPS vs IMF Panas, Warteg Tetap Menang!
Ekonomi Loyo, Pengangguran Melejit: Warteg Tetap Ramai, Tapi Dompet Makin Sepi!
Ekonomi Indonesia 2025: Konsumsi Loyo, Rupiah Goyang, Warteg Tetap Jaya!
PMI Anjlok, IKI Goyang, Warteg Tetap Jaya: Industri Indonesia Lawan Badai Tarif Trump!
PHK Mengintai, Tarif Trump Menghantui, Warteg: Tenang, Ada Telor Dadar!
Warteg Halal Harap-Harap Cemas: UMKM Indonesia Lawan Tarif Trump dan Gempuran Impor China!
Prabowo Jalan-jalan ke China, ASEAN Cuma Dapat Senyum dari
GPN & QRIS: Warteg Go Digital, Transaksi Nusantara Gaspol, AS Cuma Bisa Cemas!
Indonesia vs AS: Tarif Impor Bikin Heboh, Warteg Jagokan Dompet Digital!
Utang Rp 250 Triliun Numpuk, Pemerintah Frontloading Biar Warteg Tetep Jualan Tempe!
Indonesia ke AS: ‘Tarif Dikurangin Dong, Kami Beli Energi, Kedelai, Sekalian Stok Warteg!’
TikTok Tawar Tarif: AS-China Ribut, Indonesia Santai di Warteg!
Kelapa Meroket, Warteg Meratap: Drama Harga di Pasar Negeri Sawit!
Trump Tarik Tarif, Rupiah Rontok, Warteg pun Waswas: Drama Ekonomi 2025!
Danantara dan Dolar: Prabowo Bikin Warteg Nusantara atau Kebingungan?
Warteg Lawan Tarif Trump: Nasi Oreg Tempe Bikin Dunia Ketagihan!
Gempuran Koperasi Desa Merah Putih: 70.000 Pusat Ekonomi Baru Siap Mengubah Indonesia!
1 Juta Mimpi Terhambat: UMKM Berjuang Melawan Kredit Macet
Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!
Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM
Revolusi Gizi: Makan Gratis untuk Selamatkan Jutaan Jiwa dari Kelaparan
Gebrakan Sejarah: Revolusi Makan Bergizi Gratis, Ekonomi Lokal Bangkit!
PPN 12 Persen: Harapan atau Ancaman Bagi Ekonomi Rakyat?
Menuju Indonesia Tanpa Impor: Mimpi Besar atau Bom Waktu?
Gebrakan PPN 12 Persen: Strategi Berani yang Tak Menjamin Kas Negara Melejit!
Rupiah di Ujung Tanduk: Bank Indonesia Siapkan “Senjata Pamungkas” untuk Lawan Gejolak Dolar AS!
PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!
12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil
Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia
Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?
Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?
Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!
Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?
QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia
Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!
Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!
Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?
Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?
Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!
Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!
Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!
Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?
Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!
Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala
Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!
Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!
Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!
Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!
Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!
APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi
“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”
Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

