• Jum. Des 6th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang

ByAdmin

Nov 3, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Konflik di Gaza dan Lebanon kembali mencuat ke permukaan dunia internasional, diiringi oleh jeritan kepedihan, rasa frustrasi, dan seruan untuk keadilan. Gaza, sebuah wilayah yang sudah lama terjebak dalam pergulatan geopolitik, kini menghadapi serangan demi serangan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dalam jumlah besar. Di sisi lain, Lebanon pun merasakan dampaknya, ketika serangan udara Israel terus menerus menghantam wilayah perbatasannya. Kedua negara ini menjadi saksi bisu dari konflik yang tampaknya tak berkesudahan, sementara harapan untuk terciptanya perdamaian semakin memudar di tengah kepulan asap dan gemuruh ledakan.

Pihak-pihak internasional yang berupaya mendorong terwujudnya gencatan senjata merasa frustasi dengan situasi ini. Amerika Serikat, sebagai negara yang memiliki pengaruh besar dalam percaturan politik di kawasan tersebut, sudah berupaya melobi Israel untuk setuju pada gencatan senjata. Upaya ini dilakukan demi mengurangi penderitaan warga sipil, khususnya menjelang pemilihan presiden AS yang akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Namun, tampaknya upaya tersebut tidak memberikan hasil yang signifikan, bahkan kemungkinan besar akan menemui jalan buntu.

Gaza dan Lebanon di Tengah Serangan Intensif

Hari Jumat lalu, seperti yang dilaporkan kantor berita Reuters, serangan besar-besaran dari pihak Israel kembali dilancarkan ke Gaza dan Lebanon. Serangan ini tak hanya merenggut nyawa, tetapi juga memperdalam rasa takut dan ketidakamanan bagi warga di kedua wilayah tersebut. Di Gaza, korban tewas mencapai 68 orang, termasuk seorang pejabat Hamas, Izz al-Din Kassab, yang menjadi target dalam serangan udara di Khan Younis. Serangan ini dilakukan dengan dalih menumpas kelompok-kelompok bersenjata di Gaza yang dianggap mengancam keamanan Israel.

Sementara itu, di Lebanon, Kementerian Kesehatan setempat melaporkan setidaknya 52 orang tewas akibat serangan udara Israel yang menyasar berbagai tempat di wilayah tersebut. Israel bahkan menyerang bagian selatan Beirut dengan sepuluh gelombang serangan di dini hari, menghancurkan bangunan dan memaksa ribuan warga mengungsi dari rumah mereka. Serangan ini dilancarkan setelah pihak Israel memberikan peringatan kepada warga untuk meninggalkan 10 distrik di Beirut, dengan alasan demi keselamatan mereka.

Kondisi yang semakin memburuk di Beirut membuat banyak warga lokal merasa kehilangan harapan. “Ini adalah perang yang brutal. Harus ada batas bagi Israel karena mereka tidak mematuhi hukum dan nilai moral kemanusiaan,” ujar Hassan Saad, seorang warga Beirut yang diwawancarai oleh Reuters. Tidak hanya Hassan, Ali Ramadan, warga lainnya, percaya bahwa tujuan Israel melakukan serangan ini adalah untuk memaksa Lebanon agar memenuhi syarat-syarat gencatan senjata yang diajukan oleh Israel. Namun, syarat-syarat tersebut dinilai hanya menguntungkan pihak Israel dan mengabaikan keamanan serta kesejahteraan rakyat Lebanon.

Hamas dan Penolakan Gencatan Senjata Sementara

Di sisi lain, Hamas, yang merupakan kelompok dominan di Gaza, telah menyatakan penolakannya terhadap usulan gencatan senjata sementara yang diajukan oleh mediator internasional. Menurut perwakilan Hamas yang diwawancarai oleh stasiun televisi Al-Aqsa, usulan gencatan senjata ini tidak menyentuh aspek-aspek penting yang selama ini menjadi tuntutan rakyat Palestina. Usulan tersebut tidak mencakup gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel dari wilayah Palestina, atau pengembalian pengungsi Palestina ke rumah mereka di Jalur Gaza. Selain itu, tidak ada pembahasan mengenai jaminan keamanan bagi warga Palestina, bantuan kemanusiaan, atau pembangunan kembali Jalur Gaza yang hancur akibat perang berkepanjangan ini.

Posisi Hamas ini juga mencerminkan rasa tidak percaya mereka terhadap proses negosiasi yang dianggap hanya sebagai upaya sepihak untuk meredam sementara situasi tanpa memberikan solusi jangka panjang. “Kami tidak bisa menerima kesepakatan yang tidak mempertimbangkan hak-hak rakyat Palestina dan masa depan kami,” kata seorang perwakilan Hamas yang diwawancarai Al-Aqsa. Bagi Hamas dan sebagian besar warga Palestina, perjuangan ini bukan hanya tentang gencatan senjata sesaat, tetapi tentang hak untuk hidup dalam kondisi aman dan bermartabat di tanah air mereka sendiri.

Baca juga : Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah

Baca juga : Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir

Baca juga : Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!

Upaya Internasional yang Terus Menemui Jalan Buntu

Di tengah kekacauan ini, Amerika Serikat memainkan peran utama dalam upaya mediasi. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bersama pejabat Israel, seperti Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, telah membahas kemungkinan solusi diplomatik untuk meredakan konflik yang terus berlangsung. Amerika Serikat juga mengutus diplomatnya, Amos Hochstein dan Brett McGurk, untuk mengunjungi Israel dalam rangka mencari titik temu yang dapat mengakhiri penderitaan warga sipil di Gaza dan Lebanon. Namun, upaya ini tampaknya tidak membuahkan hasil yang signifikan.

Menurut sumber-sumber diplomatik, Israel tetap pada pendiriannya bahwa keamanan nasional adalah prioritas utama, bahkan jika itu berarti harus mengabaikan tekanan dari komunitas internasional. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa Israel akan bertindak sesuai kepentingannya sendiri tanpa memedulikan pembatasan dari pihak luar. Hal ini semakin memperburuk situasi, mengingat sikap keras Israel yang mengabaikan seruan untuk menghentikan serangan telah memicu reaksi keras dari berbagai negara.

Lebanon sendiri, melalui Perdana Menteri Najib Mikati, telah menyuarakan ketidakpuasan mereka atas tindakan Israel. Mikati menuduh bahwa Israel sengaja menghalangi kemajuan dalam perundingan perdamaian dan memilih untuk tetap menggunakan pendekatan militer dalam menyelesaikan konflik ini. “Israel bersikap kepala batu dan terus melakukan serangan dan pembunuhan di Lebanon,” ujar Mikati dalam sebuah pernyataan resmi. Hal ini membuat banyak pihak bertanya-tanya, apakah ada peluang bagi tercapainya perdamaian di tengah sikap keras kedua belah pihak.

Krisis Kemanusiaan yang Makin Mengkhawatirkan

Di balik semua ini, krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza dan Lebanon semakin mendalam. Menurut data yang dirilis, jumlah korban jiwa terus meningkat. Lebih dari 43.000 orang dilaporkan tewas di Gaza, sementara di Lebanon korban tewas mencapai lebih dari 2.897 orang. Sebagian besar korban adalah warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan yang tidak berdaya menghadapi keganasan perang.

Kondisi ini diperparah dengan hancurnya infrastruktur penting seperti rumah sakit, sekolah, dan tempat-tempat tinggal yang menjadi tempat berlindung warga sipil. Pasokan makanan, air, dan obat-obatan semakin menipis, sementara akses bantuan kemanusiaan sulit dilakukan karena pembatasan keamanan di wilayah tersebut. Para relawan dan organisasi kemanusiaan berjuang keras untuk memberikan bantuan, namun kondisi yang tidak aman membuat upaya mereka sering kali terhambat.

Mencari Jalan Keluar di Tengah Kebuntuan

Di tengah situasi ini, banyak pihak menyerukan pentingnya solusi yang lebih berkelanjutan. Para pemimpin dunia, khususnya negara-negara yang memiliki pengaruh besar seperti Amerika Serikat, diharapkan mampu mengambil langkah lebih konkret untuk menghentikan konflik yang terus mengorbankan banyak jiwa. Seruan untuk menghormati hak asasi manusia, menghentikan serangan, dan membuka jalan bagi dialog yang lebih konstruktif semakin keras terdengar.

Namun, jalan menuju perdamaian tampaknya masih panjang dan penuh tantangan. Selama para pihak yang terlibat lebih mengutamakan kepentingan politik dan keamanan mereka sendiri daripada nasib rakyat yang tak bersalah, jeritan damai di Gaza dan Lebanon mungkin akan terus terdengar, sementara harapan untuk hidup dalam damai kian terkubur di bawah puing-puing kehancuran.

Harapan bagi perdamaian di Gaza dan Lebanon masih sangat rapuh. Konflik ini menunjukkan betapa sulitnya mencari solusi dalam konflik yang sarat dengan kepentingan politik dan sejarah panjang. Selama para pemimpin dunia dan pihak-pihak yang bertikai tidak serius mencari solusi damai yang adil bagi semua pihak, penderitaan warga sipil di wilayah ini mungkin akan terus berlangsung. *Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah

Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir

Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!

Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir

Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS

Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup

Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!

Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global

Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan

Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa

Indonesia Bangkit: Dukungan Penuh untuk Palestina di Tengah Krisis Gaza, Jokowi Serukan Tindakan Dunia Setelah 1 Tahun Perang Israel-Gaza

Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi

Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon

Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam

Aliansi Global: Eropa, Arab, dan Dunia Muslim Bersatu untuk Wujudkan Palestina Merdeka di Tengah Konflik Gaza

Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!

Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!

Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang

Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB

Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!

Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina

Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia

Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional

Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!

IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat

Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik

Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan

Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai

Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza

“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024

Pendekatan Berani Sarah Friedland: Pidato Penghargaan di Festival Film Venesia Soroti Konflik Israel-Palestina

Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’

Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden

Sinergi Ekonomi: Kamala Harris Fokus Pada Tingginya Biaya Hidup dalam Pidato Kebijakan Ekonomi Pertama

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *