Jakarta, Kowantaranews.com – Laporan terbaru Bank Dunia menggemparkan: 194,4 juta penduduk Indonesia, atau 68,2% dari total populasi, kini dikategorikan miskin berdasarkan standar kemiskinan global yang diperbarui. Dengan patokan baru $8,30 PPP/hari (setara Rp49.244 berdasarkan Purchasing Power Parity 2021), angka ini melonjak drastis dibandingkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang hanya mencatat 24,06 juta orang miskin (8,57%) per September 2024. Perbedaan mencolok ini memicu perdebatan sengit tentang definisi kemiskinan di Indonesia dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari, termasuk nasib warung tegal (warteg), “penyelamat perut” rakyat.
Bank Dunia memperbarui garis kemiskinan global dari $6,85 PPP/hari (PPP 2017) menjadi $8,30 PPP/hari (PPP 2021) untuk negara berpendapatan menengah-atas seperti Indonesia. Standar ini mencerminkan perbandingan daya beli global, bukan kondisi riil lokal. Sementara itu, BPS masih menggunakan metode kebutuhan dasar—2.100 kalori/hari ditambah 52 komoditas makanan dan 47-51 komoditas nonmakanan—yang terakhir diperbarui pada 1998. Akibatnya, garis kemiskinan nasional BPS hanya Rp595.243/bulan, jauh di bawah realitas biaya hidup, terutama di daerah seperti Papua Pegunungan (Rp1,08 juta/bulan) atau Jakarta (Rp846.085/bulan).
Angka 194,4 juta orang miskin ini bukan cuma statistik, tapi cerminan tantangan ekonomi yang kini mengguncang sektor informal, termasuk warteg. Warteg, yang dikenal sebagai tempat makan murah meriah bagi pekerja harian, buruh, hingga mahasiswa, kini menghadapi ancaman serius. Dengan mayoritas penduduk diklasifikasikan miskin, daya beli pelanggan warteg merosot. Nasi rames seharga Rp15.000-20.000, yang biasanya jadi andalan, kini bisa terasa seperti kemewahan bagi mereka yang berpenghasilan di bawah Rp49.244/hari. Banyak pelanggan mungkin beralih ke porsi lebih kecil atau makanan alternatif seperti gorengan atau mie instan, yang lebih murah namun kurang bergizi.
Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!
Dampaknya tak berhenti di pelanggan. Pemilik warteg, yang mayoritas adalah usaha kecil, menghadapi dilema: menurunkan harga berisiko memotong margin keuntungan, sementara mempertahankan harga bisa mengusir pelanggan setia. Di daerah dengan biaya hidup tinggi seperti Papua, warteg kesulitan menyesuaikan harga karena bahan baku juga mahal. Sebaliknya, di Jakarta, warteg masih bisa bertahan berkat pelanggan kelas menengah, tapi persaingan dengan pedagang kaki lima semakin ketat. Jika tren ini berlanjut, warteg kecil berisiko tutup, mengancam mata pencaharian ribuan pelaku usaha.
Para ahli mendesak pemerintah merevisi garis kemiskinan nasional, misalnya ke $4,20 PPP/hari (Rp24.918), yang akan menaikkan angka kemiskinan menjadi 20%. Revisi ini bisa memperbaiki penyaluran bantuan sosial agar lebih tepat sasaran. Tanpa perubahan, data BPS yang underestimate berisiko membuat kebijakan pengentasan kemiskinan meleset, meninggalkan jutaan orang tanpa bantuan. Warteg pun bisa ikut terdampak, karena pelanggan yang seharusnya mendapat bansos justru kehilangan akses.
Namun, warteg punya peluang bertahan dengan kreativitas. Beberapa warteg mulai menawarkan “paket krisis” di bawah Rp10.000 atau berkolaborasi dengan program bansos untuk menyediakan makanan murah. Promosi lewat platform digital juga bisa menarik pelanggan baru. Jika pemerintah memperbarui standar kemiskinan dan memperkuat bansos, warteg bisa tetap jadi penyelamat perut rakyat. Tanpa itu, warteg mungkin jadi “penutup dompet” bagi banyak orang, mengancam keberlangsungan ikon kuliner Indonesia ini. By Mukroni
Foto Kowantaranews.com
Sumber : kompas.id
- Berita Terkait :
Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!
Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari