Jakarta, Kowantaranews.com -Korea Selatan, negara yang dikenal sebagai salah satu demokrasi paling stabil di Asia, kini berada di tengah pusaran drama politik yang mengejutkan. Presiden Yoon Suk Yeol, yang menjabat sejak 2022, menghadapi tuduhan yang sangat serius: dituding sebagai pemimpin pemberontak. Tuduhan ini tidak hanya mengguncang fondasi pemerintahannya, tetapi juga memicu gelombang protes dan perdebatan sengit di seluruh negeri. Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana tuduhan ini bisa muncul, dan apa dampaknya bagi masa depan politik Korea Selatan?
Awal Mula Krisis
Semua bermula dari kebijakan kontroversial Presiden Yoon mengenai reformasi hukum dan keamanan nasional. Dalam beberapa bulan terakhir, Yoon mengeluarkan serangkaian keputusan yang dianggap oleh banyak pihak sebagai langkah menuju otoritarianisme. Salah satunya adalah usulan untuk memperkuat peran militer dalam menjaga stabilitas domestik, termasuk menghadapi ancaman internal seperti protes besar-besaran yang melibatkan serikat pekerja dan kelompok mahasiswa.
Kritikus menilai kebijakan ini sebagai ancaman terhadap demokrasi. Namun, yang paling menghebohkan adalah laporan intelijen yang bocor ke media, mengindikasikan bahwa Presiden Yoon mungkin menggunakan angkatan bersenjata untuk memperkuat posisinya. Bocoran tersebut memuat dokumen yang menyebutkan skenario darurat militer sebagai salah satu opsi jika situasi politik menjadi tidak terkendali. Para penentang pemerintah dengan cepat menyebut langkah ini sebagai “praktik pemberontakan terselubung,” menuduh Presiden Yoon mencoba menggulingkan tatanan demokratis untuk mengkonsolidasikan kekuasaan.
Tuduhan yang Menggemparkan
Parlemen Korea Selatan, yang didominasi oleh partai oposisi, segera merespons dengan memulai penyelidikan resmi. Beberapa anggota parlemen bahkan menyebut tindakan Yoon sebagai “pengkhianatan terhadap konstitusi.” Dalam sidang darurat, Ketua Parlemen menyatakan bahwa ini adalah “ancaman terbesar terhadap demokrasi Korea sejak berakhirnya rezim otoriter pada akhir 1980-an.”
Selain itu, sejumlah mantan pejabat tinggi militer turut angkat bicara, menuduh Yoon memanfaatkan isu keamanan nasional sebagai kedok untuk melemahkan institusi demokrasi. “Jika benar bahwa Presiden mempertimbangkan opsi darurat militer, maka ini adalah langkah yang tidak bisa dimaafkan dalam sebuah negara demokratis,” ujar salah satu jenderal purnawirawan yang kini menjadi analis politik terkemuka.
Namun, tuduhan ini tidak berhenti pada level retorika. Aktivis pro-demokrasi mulai turun ke jalan di berbagai kota besar, menyerukan pemakzulan Presiden Yoon. Demonstrasi yang awalnya damai berubah menjadi bentrokan dengan polisi di beberapa lokasi. Di Seoul, ribuan orang berkumpul di depan Istana Kepresidenan, meneriakkan slogan seperti, “Turunkan Yoon sekarang!” dan “Demokrasi bukan militerisme!”
Baca juga : Dubes Suriah: Peralihan Kekuasaan Assad Kehendak Rakyat
Mengoyak Batas: Israel Menerobos Jantung Suriah di Tengah Kekosongan Kekuasaan
Baca juga : Netanyahu Tersudut! Perintah ICC Guncang Israel, Dunia Soroti ‘Kebarbaran Modern’ di Gaza
Pembelaan dari Pemerintah
Di tengah tekanan yang meningkat, Presiden Yoon membantah semua tuduhan tersebut. Dalam sebuah pidato yang disiarkan secara nasional, ia menyebut tuduhan itu sebagai “kampanye fitnah” yang dirancang untuk merusak kredibilitas pemerintahannya. “Saya tidak pernah, dan tidak akan pernah, mengkhianati prinsip-prinsip demokrasi yang menjadi dasar negara kita,” tegasnya.
Yoon juga menuduh oposisi mencoba menggiring opini publik demi kepentingan politik mereka sendiri menjelang pemilu legislatif yang akan datang. “Ini adalah upaya terang-terangan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah,” katanya. Ia menambahkan bahwa kebijakan keamanan yang diusulkan bertujuan untuk melindungi negara dari ancaman nyata, termasuk dari Korea Utara, yang baru-baru ini meningkatkan uji coba rudal balistiknya.
Pendukung Presiden Yoon juga tidak tinggal diam. Kelompok konservatif mengadakan aksi tandingan, menyatakan bahwa tuduhan terhadap Yoon adalah “hoaks” yang berbahaya. Mereka menegaskan bahwa Yoon adalah pemimpin yang berkomitmen untuk menjaga stabilitas nasional, dan langkah-langkah yang diambilnya sesuai dengan konstitusi.
Pemakzulan di Depan Mata?
Dengan situasi yang semakin memanas, parlemen kini mempertimbangkan untuk mengajukan proses pemakzulan terhadap Presiden Yoon. Jika ini terjadi, maka Yoon akan menjadi presiden ketiga dalam sejarah Korea Selatan yang menghadapi pemakzulan, setelah Roh Moo-hyun pada 2004 dan Park Geun-hye pada 2016.
Namun, proses pemakzulan bukanlah jalan yang mudah. Meski oposisi memiliki mayoritas di parlemen, mereka tetap membutuhkan dukungan signifikan dari anggota partai pendukung Presiden untuk meloloskan pemakzulan. Hal ini memicu spekulasi tentang kemungkinan kompromi politik atau perpecahan dalam partai pendukung Yoon.
Selain itu, Mahkamah Konstitusi harus menyetujui langkah pemakzulan untuk memberhentikan presiden secara resmi. Dalam kasus Park Geun-hye, keputusan Mahkamah Konstitusi menjadi momen penting yang menunjukkan kekuatan institusi demokrasi di Korea Selatan. Namun, apakah institusi yang sama dapat bertahan di tengah tekanan politik yang sangat intens kali ini?
Dampak Internasional
Krisis politik ini juga menarik perhatian dunia internasional. Sebagai sekutu utama Korea Selatan, Amerika Serikat mengamati situasi ini dengan cermat. Washington berharap agar krisis ini tidak mengganggu kerja sama bilateral, terutama di bidang keamanan. Di sisi lain, Korea Utara mungkin melihat ketidakstabilan politik di Selatan sebagai peluang untuk memperkuat posisinya.
Investor asing juga mulai khawatir. Pasar saham Korea Selatan mengalami penurunan tajam dalam beberapa hari terakhir, mencerminkan kekhawatiran bahwa krisis politik dapat berdampak buruk pada perekonomian negara. “Ketidakpastian politik adalah hal terakhir yang dibutuhkan Korea Selatan di tengah perlambatan ekonomi global,” kata seorang analis pasar dari Seoul.
Masa Depan Politik Korea Selatan
Dengan situasi yang masih berkembang, masa depan politik Korea Selatan berada di persimpangan. Apakah Presiden Yoon mampu membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah dan memulihkan kepercayaan publik? Ataukah tekanan politik akan terus meningkat hingga ia terpaksa mundur dari jabatannya?
Apapun hasilnya, krisis ini menunjukkan betapa rentannya sistem politik bahkan di negara yang dianggap sebagai model demokrasi. Bagi rakyat Korea Selatan, drama politik ini adalah pengingat bahwa demokrasi membutuhkan kewaspadaan dan partisipasi aktif untuk tetap bertahan. Sementara itu, dunia menunggu dengan napas tertahan, menyaksikan salah satu episode politik paling dramatis dalam sejarah modern Korea Selatan. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait
Dubes Suriah: Peralihan Kekuasaan Assad Kehendak Rakyat
Mengoyak Batas: Israel Menerobos Jantung Suriah di Tengah Kekosongan Kekuasaan
Netanyahu Tersudut! Perintah ICC Guncang Israel, Dunia Soroti ‘Kebarbaran Modern’ di Gaza
Krisis Politik Korea Selatan: Drama Pemakzulan yang Mengguncang Negeri Ginseng
Drama Pemakzulan: Presiden Yoon Suk Yeol Dikepung Oposisi dan Rakyat Korea Selatan
Demokrasi di Ujung Tanduk: Drama Darurat Militer Yoon Suk Yeol Mengguncang Korea Selatan
Muhammad Yunus: Misi Menyelamatkan Bangladesh dari Reruntuhan Hasina!
Hezbollah Tahan Langkah: Pertarungan di Suriah Beralih ke Taruhan Baru di Timur Tengah!
Misi Diplomatik Taiwan: Melawan Bayang-Bayang China di Tengah Laut Pasifik
Badai Besi di Langit Ukraina: Serangan Drone Terbesar Rusia Mengguncang Negeri
Chinatown Baru Bangkok: Magnet Wisata Baru yang Memikat Hati Dunia!
Rahasia Gelap di Balik Transisi Kekuasaan Trump: Ancaman bagi Demokrasi?
Armagedon di Dnipro: Rusia Hujani Ukraina dengan Rudal Antarbenua
Bencana Identitas: Menteri Kanada Tersungkur setelah Salah Mengklaim Warisan Pribumi
Mengejutkan! Perampok Beraksi di Kastil Windsor, Keamanan Kerajaan Dipertaruhkan!
Indonesia: Magnet Besar, Tantangan Tak Berujung bagi Investor AS
Dunia Bersatu di Tangan Prabowo: Perjanjian Bersejarah dengan Kanada dan Peru di KTT APEC!
Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia
Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?
Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?
Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!
Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?
QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia
Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!
Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!
Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?
Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?
Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!
Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!
Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!
Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?
Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!
Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala
Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!
Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!
Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!
Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!
Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!
APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi
“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”
Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung