Jakarta, Kowantaranews.com -Korea Selatan, salah satu negara demokrasi paling stabil di Asia, kini terguncang oleh krisis politik besar yang dipicu oleh deklarasi darurat militer oleh Presiden Yoon Suk Yeol pada 3 Desember 2024. Langkah kontroversial ini tidak hanya mengejutkan warga Korea Selatan tetapi juga mengguncang fondasi pemerintahan negara tersebut. Dengan Presiden Yoon yang telah dimakzulkan, investigasi terhadap aktor-aktor utama dalam insiden ini terus berlangsung, sementara perhatian publik kini tertuju pada langkah selanjutnya dari para pemimpin politik negara tersebut.
Deklarasi Darurat Militer yang Mengguncang
Pada malam 3 Desember 2024, Presiden Yoon Suk Yeol mengambil langkah mengejutkan dengan memberlakukan darurat militer di Korea Selatan. Keputusan ini memicu gelombang kecaman dari berbagai pihak, termasuk oposisi, masyarakat sipil, dan bahkan beberapa anggota partainya sendiri. Langkah ini dianggap sebagai upaya untuk memperkuat kekuasaannya di tengah tekanan politik yang meningkat, sebuah langkah yang langsung dikritik sebagai ancaman terhadap demokrasi.
Darurat militer tersebut mencakup pengerahan pasukan ke berbagai lokasi strategis, termasuk gedung Majelis Nasional di Seoul. Kepala Komando Perang Khusus Angkatan Darat, Kwak Jong-keun, dituduh berperan penting dalam pelaksanaan perintah tersebut. Ia diduga telah mengerahkan pasukan ke lokasi-lokasi penting dengan tujuan mendukung langkah Presiden Yoon, sebuah tindakan yang kini diselidiki sebagai insurjensi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Impeachment Presiden Yoon Suk Yeol
Hanya dalam waktu beberapa hari setelah deklarasi tersebut, parlemen Korea Selatan yang didominasi oleh oposisi melakukan pemungutan suara untuk memakzulkan Presiden Yoon. Langkah ini merupakan respons cepat terhadap apa yang dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap konstitusi. Dalam pemungutan suara kedua yang digelar pada 14 Desember, mayoritas anggota parlemen menyetujui pemakzulan tersebut, yang mengakibatkan Presiden Yoon resmi dicopot dari jabatannya.
Pemakzulan ini mencerminkan ketegangan yang telah lama membara antara Presiden Yoon dan oposisi, khususnya Partai Demokrat yang dipimpin oleh Lee Jae-myung. Oposisi menilai tindakan Presiden Yoon sebagai langkah otoriter yang tidak dapat ditoleransi dalam sistem demokrasi modern Korea Selatan.
Peran Perdana Menteri Han Duck-soo sebagai Presiden Sementara
Dengan pemakzulan Presiden Yoon, Perdana Menteri Han Duck-soo kini menjabat sebagai presiden sementara. Namun, posisinya pun tidak luput dari sorotan. Sebelumnya, Partai Demokrat sempat mempertimbangkan untuk memakzulkan Han karena dianggap gagal mencegah deklarasi darurat militer oleh Presiden Yoon. Namun, pada 15 Desember, Lee Jae-myung mengumumkan bahwa partainya tidak akan melanjutkan upaya tersebut. Sebagai gantinya, Lee mendesak Han untuk tetap netral dan tidak berpihak pada kelompok politik tertentu.
Han kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas politik dan kepercayaan publik. Dalam konferensi pers terbarunya, Han menyatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan parlemen guna membangun kembali kepercayaan masyarakat dan memastikan bahwa krisis ini tidak terulang.
Investigasi dan Penangkapan Para Pelaku Utama
Sementara itu, investigasi terhadap insiden ini terus berlanjut. Pada 15 Desember, jaksa Korea Selatan mengajukan surat perintah penangkapan terhadap Kwak Jong-keun atas tuduhan insurjensi dan penyalahgunaan kekuasaan. Kwak dituduh mengerahkan pasukan ke gedung Majelis Nasional sebagai bagian dari upaya untuk melindungi deklarasi darurat militer yang diumumkan Presiden Yoon.
Selain Kwak, mantan Menteri Pertahanan Kim Yong-hyun juga tengah diselidiki atas dugaan keterlibatannya dalam insiden ini. Keduanya dituduh berkolusi dengan Presiden Yoon untuk merencanakan tindakan yang bertujuan untuk melemahkan konstitusi dan demokrasi Korea Selatan.
Baca juga : Israel Menghancurkan Assad dan Menggoyang Timur Tengah
Baca juga : Drama Politik Korea Selatan: Presiden Yoon Dituding Pemimpin Pemberontak!
Baca juga : Dubes Suriah: Peralihan Kekuasaan Assad Kehendak Rakyat
Dampak pada Demokrasi Korea Selatan
Krisis politik ini telah memunculkan banyak pertanyaan tentang masa depan demokrasi di Korea Selatan. Sebagai salah satu negara demokrasi paling mapan di Asia, langkah Presiden Yoon ini dianggap sebagai ancaman serius terhadap prinsip-prinsip demokrasi yang telah dibangun selama beberapa dekade. Deklarasi darurat militer, meskipun singkat, telah menyoroti kerentanan sistem demokrasi ketika kekuasaan eksekutif disalahgunakan.
Krisis ini juga memunculkan diskusi tentang peran militer dalam politik Korea Selatan. Sebagai negara dengan sejarah panjang pemerintahan militer di masa lalu, insiden ini mengingatkan kembali pada masa-masa kelam ketika militer memainkan peran dominan dalam politik. Masyarakat sipil dan organisasi HAM telah menyerukan reformasi mendalam untuk memastikan bahwa militer tidak lagi digunakan sebagai alat politik oleh pemerintah.
Reaksi Publik dan Internasional
Di dalam negeri, publik Korea Selatan bereaksi dengan kemarahan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai kota, dengan ribuan warga turun ke jalan untuk menuntut akuntabilitas dan keadilan. Mereka mendesak pemerintah untuk memastikan bahwa aktor-aktor utama dalam insiden ini dihukum sesuai hukum.
Di tingkat internasional, negara-negara sekutu Korea Selatan, termasuk Amerika Serikat, telah menyuarakan keprihatinan atas perkembangan ini. Mereka menyerukan penghormatan terhadap konstitusi dan demokrasi, sekaligus menawarkan dukungan untuk membantu Korea Selatan melalui krisis ini.
Langkah Selanjutnya
Krisis politik ini meninggalkan banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para pemimpin Korea Selatan. Pemerintahan sementara di bawah Han Duck-soo harus bekerja keras untuk memulihkan stabilitas dan kepercayaan publik. Usulan Lee Jae-myung untuk membentuk badan bipartisan antara parlemen dan pemerintah menjadi salah satu langkah penting yang dapat membantu menciptakan dialog konstruktif.
Di sisi lain, investigasi terhadap Kwak Jong-keun, Kim Yong-hyun, dan aktor-aktor lain dalam insiden ini harus dilaksanakan secara transparan dan adil. Hanya dengan cara ini Korea Selatan dapat memastikan bahwa krisis ini tidak hanya menjadi pelajaran bagi pemerintah saat ini tetapi juga untuk generasi mendatang.
Drama politik yang melanda Korea Selatan ini menjadi pengingat penting akan pentingnya menjaga prinsip-prinsip demokrasi dan konstitusi dalam pemerintahan. Deklarasi darurat militer oleh Presiden Yoon Suk Yeol mungkin hanya berlangsung singkat, tetapi dampaknya akan dirasakan dalam jangka panjang. Keteguhan rakyat Korea Selatan dalam membela demokrasi dan akuntabilitas menunjukkan bahwa semangat reformasi masih kuat di negara ini. Kini, dunia menanti bagaimana Korea Selatan akan bangkit dari krisis ini dan memperkuat komitmennya terhadap demokrasi di masa depan. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait
Israel Menghancurkan Assad dan Menggoyang Timur Tengah
Dubes Suriah: Peralihan Kekuasaan Assad Kehendak Rakyat
Mengoyak Batas: Israel Menerobos Jantung Suriah di Tengah Kekosongan Kekuasaan
Netanyahu Tersudut! Perintah ICC Guncang Israel, Dunia Soroti ‘Kebarbaran Modern’ di Gaza
Krisis Politik Korea Selatan: Drama Pemakzulan yang Mengguncang Negeri Ginseng
Drama Pemakzulan: Presiden Yoon Suk Yeol Dikepung Oposisi dan Rakyat Korea Selatan
Demokrasi di Ujung Tanduk: Drama Darurat Militer Yoon Suk Yeol Mengguncang Korea Selatan
Muhammad Yunus: Misi Menyelamatkan Bangladesh dari Reruntuhan Hasina!
Hezbollah Tahan Langkah: Pertarungan di Suriah Beralih ke Taruhan Baru di Timur Tengah!
Misi Diplomatik Taiwan: Melawan Bayang-Bayang China di Tengah Laut Pasifik
Badai Besi di Langit Ukraina: Serangan Drone Terbesar Rusia Mengguncang Negeri
Chinatown Baru Bangkok: Magnet Wisata Baru yang Memikat Hati Dunia!
Rahasia Gelap di Balik Transisi Kekuasaan Trump: Ancaman bagi Demokrasi?
Armagedon di Dnipro: Rusia Hujani Ukraina dengan Rudal Antarbenua
Bencana Identitas: Menteri Kanada Tersungkur setelah Salah Mengklaim Warisan Pribumi
Mengejutkan! Perampok Beraksi di Kastil Windsor, Keamanan Kerajaan Dipertaruhkan!
Indonesia: Magnet Besar, Tantangan Tak Berujung bagi Investor AS
Dunia Bersatu di Tangan Prabowo: Perjanjian Bersejarah dengan Kanada dan Peru di KTT APEC!
Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia
Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?
Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?
Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!
Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?
QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia
Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!
Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!
Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?
Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?
Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!
Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!
Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!
Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?
Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!
Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala
Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!
Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!
Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!
Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!
Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!
APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi
“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”
Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah
Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang
Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024
IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan
Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat
Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit
Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik
Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi
Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung