• Sel. Jul 1st, 2025

KowantaraNews

Halal Gratis, Warteg Nge-Hits: Tanpa Drama, Cuma Solusi!

MBG: Makan Bergizi Gratis, Tapi GDP Masih Latihan Lari!

ByAdmin

Apr 18, 2025
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menjadi salah satu unggulan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan gizi anak-anak dan mengurangi ketimpangan sosial, tengah menjadi sorotan. Dengan anggaran yang melonjak dari Rp71 triliun menjadi Rp171 triliun, program ini diharapkan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan sosial. Namun, laporan terbaru dari Dewan Ekonomi Nasional (DEN) menunjukkan bahwa MBG belum mampu membuat ekonomi Indonesia berlari kencang. Bahkan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) masih seperti pelari yang baru mulai latihan—lambat dan terengah-engah. Apa yang terjadi? Mengapa program yang digadang-gadang ini belum bisa mencetak “medali emas” untuk ekonomi nasional? Mari kita telusuri lebih dalam.

Awal Mula MBG: Ambisi Besar, Langkah Kecil

MBG dirancang untuk memberikan makanan bergizi kepada anak-anak sekolah, terutama dari keluarga kurang mampu, sebagai bagian dari strategi pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan mengurangi angka kemiskinan. Dengan anggaran Rp171 triliun untuk tahun 2025, program ini menargetkan jutaan anak sebagai penerima manfaat. Selain itu, MBG juga diharapkan menjadi stimulus ekonomi dengan meningkatkan permintaan di sektor pertanian, logistik, dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terlibat dalam penyediaan makanan.

Namun, kenyataan di lapangan jauh dari harapan. Hingga 12 Maret 2025, laporan DEN mencatat bahwa hanya 0,42% dari anggaran MBG—atau sekitar Rp710,5 miliar—yang terserap. Angka ini sangat kecil dibandingkan dengan ambisi besar program tersebut. Dari target puluhan juta penerima manfaat, baru 2,05 juta anak yang tersentuh oleh program ini. Penyebabnya? Birokrasi yang berbelit-belit, tantangan logistik, dan kesiapan institusi pelaksana yang masih dipertanyakan.

Badan Gizi Nasional (BGN), yang ditunjuk sebagai pelaksana utama MBG, menjadi sorotan utama. Sebagai lembaga baru, BGN dinilai belum memiliki kapasitas operasional yang memadai untuk mengelola program sebesar ini. “BGN seperti pelari pemula yang langsung disuruh ikut maraton,” kata Arief Anshory Yusuf, anggota DEN, dalam sebuah wawancara. Ia menyoroti bahwa kurangnya koordinasi antarinstansi dan infrastruktur yang belum matang membuat program ini tersendat.

Dampak Ekonomi: Harapan Tinggi, Realitas Rendah

Salah satu tujuan MBG adalah memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi. Pemerintah berharap bahwa aliran anggaran besar ke sektor pangan akan menciptakan efek domino: petani akan mendapat pasar baru, UMKM kuliner akan kebanjiran pesanan, dan lapangan kerja akan bermunculan. Namun, analisis DEN menggunakan model input-output menunjukkan bahwa dampak MBG terhadap PDB pada 2025 hanya berkisar antara 0,01% hingga 0,26%. Angka ini jauh dari ekspektasi awal yang menggambarkan MBG sebagai “pelari sprinter” yang akan langsung mendongkrak ekonomi.

Mengapa dampaknya begitu kecil? Pertama, penyerapan anggaran yang lambat menjadi hambatan utama. Dengan hanya 0,42% anggaran yang tersalurkan, stimulus ekonomi yang diharapkan belum terasa. “Uang yang tidak beredar sama saja seperti pelari yang masih di garis start,” ujar Ariyo Irhamna dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef). Ia menambahkan bahwa keterlambatan ini juga memengaruhi kepercayaan pelaku ekonomi, seperti petani dan UMKM, yang sudah bersiap untuk memenuhi permintaan MBG.

Kedua, realokasi anggaran yang besar untuk MBG memengaruhi sektor lain. DEN memperingatkan bahwa sektor jasa, yang selama ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi, berpotensi menyusut karena dana dialihkan ke MBG. Meski sektor pertanian mungkin mendapat angin segar, efek keseluruhan terhadap ekonomi tetap terbatas. “Ini seperti lari estafet: kalau satu pelari lambat, tim keseluruhan ikut terhambat,” ungkap Arief.

Di sisi lain, DEN juga menyoroti risiko jangka pendek yang lebih luas. Dengan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan sulit bertahan di atas 5% pada 2025, tekanan untuk menjaga stabilitas makroekonomi semakin besar. MBG, yang awalnya diharapkan menjadi “pelari cadangan” untuk menyelamatkan pertumbuhan, justru belum mampu mengambil peran tersebut.

Jangka Panjang: Investasi SDM dan Pemerataan Sosial

Meski dampak jangka pendeknya minim, MBG memiliki potensi besar untuk jangka panjang. DEN memperkirakan bahwa program ini dapat meningkatkan kualitas SDM dengan mengatasi masalah gizi buruk dan stunting, yang selama ini menjadi penghambat produktivitas tenaga kerja Indonesia. Selain itu, MBG juga diproyeksikan mampu mengurangi kesenjangan pendapatan, terutama di kalangan rumah tangga miskin, dengan potensi peningkatan pendapatan sebesar 8–10%.

Efek lainnya adalah penciptaan lapangan kerja. DEN memperkirakan MBG dapat menghasilkan 900.000 hingga 1,9 juta lapangan kerja baru, terutama di sektor pertanian, logistik, dan UMKM. “Ini seperti menanam benih: hasilnya tidak langsung terlihat, tapi kalau dirawat dengan baik, pohonnya akan tumbuh besar,” kata Suahasil Nazara, Mantan Wakil Menteri Keuangan, dalam sebuah pernyataan resmi. Ia juga menambahkan bahwa 726.000 Satuan Pelayanan Gizi (SPPG) telah beroperasi, dengan rencana ekspansi bertahap hingga akhir 2025.

Namun, potensi jangka panjang ini bergantung pada eksekusi yang lebih baik. Jika tantangan kelembagaan dan logistik tidak segera diatasi, manfaat MBG bisa tergerus. “Program ini bukan sekadar soal memberi makan, tapi juga soal membangun masa depan. Tapi kalau fondasinya rapuh, gedungnya bisa ambruk,” ujar Ariyo.

Baca juga : Trump Tarif Bikin Panik? Indonesia dan UMKM Punya Jurus Anti-Guncang Ekonomi!

Baca juga : Trump Tarik Tarif, Rupiah Nangis, Swasembada Pangan Indonesia: Beras Impor atau Petani Bikin TikTok?

Baca juga : Trump Tarifkan Dunia, Turis Kabur ke Bali ? HIDUP BALI !

Tantangan Kelembagaan: BGN di Persimpangan

BGN, sebagai pelaksana MBG, menjadi titik kritis dalam keberhasilan program ini. Sebagai lembaga baru, BGN menghadapi tantangan besar dalam mengoordinasikan distribusi makanan bergizi ke seluruh Indonesia, yang memiliki geografi dan infrastruktur yang sangat beragam. Mulai dari pengadaan bahan pangan, pengolahan, hingga distribusi, setiap langkah dipenuhi hambatan. Misalnya, di daerah terpencil, logistik menjadi masalah utama karena minimnya akses transportasi dan penyimpanan yang memadai.

Para ahli menyarankan agar BGN diintegrasikan dengan Kementerian Kesehatan, yang sudah memiliki jaringan puskesmas di seluruh Indonesia. “Puskesmas bisa menjadi tulang punggung distribusi MBG. Infrastrukturnya sudah ada, tinggal dimanfaatkan,” kata Ariyo. Integrasi ini juga diharapkan dapat mengurangi birokrasi dan mempercepat penyaluran anggaran.

Selain itu, koordinasi dengan pemerintah daerah juga perlu diperkuat. Saat ini, banyak daerah yang masih bingung dengan mekanisme pelaksanaan MBG, mulai dari seleksi penerima manfaat hingga pelaporan. “Tanpa sinergi yang kuat antara pusat dan daerah, MBG akan terus berjalan pincang,” tambah Arief.

Menyeimbangkan Ambisi dan Realitas

Untuk memaksimalkan manfaat MBG, DEN dan para ahli memberikan sejumlah rekomendasi. Pertama, realokasi anggaran sebaiknya dilakukan secara bertahap untuk menghindari tekanan pada sektor lain. “Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang. MBG penting, tapi stabilitas ekonomi juga harus dijaga,” ujar Arief.

Kedua, pemerintah perlu memprioritaskan MBG sebagai alat pemerataan sosial, bukan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Dengan menurunkan ekspektasi pertumbuhan instan, pemerintah bisa fokus pada perbaikan desain dan eksekusi program. “MBG bukan pelari sprinter, tapi pelari maraton. Kesabaran adalah kuncinya,” kata Ariyo.

Ketiga, reformasi kelembagaan harus segera dilakukan. Selain integrasi dengan Kementerian Kesehatan, BGN perlu diperkuat dengan sumber daya manusia dan teknologi yang memadai. Sistem digital untuk pelaporan dan pemantauan juga bisa membantu meningkatkan transparansi dan efisiensi.

MBG, Pelari yang Masih Pemanasan

Program Makan Bergizi Gratis adalah langkah ambisius pemerintah untuk memperbaiki gizi anak-anak dan mengurangi ketimpangan sosial. Namun, seperti pelari yang masih dalam tahap pemanasan, MBG belum mampu berlari kencang di lintasan ekonomi. Dengan penyerapan anggaran yang lambat, tantangan kelembagaan, dan dampak makroekonomi yang minim, program ini masih jauh dari garis finis.

Namun, harapan belum pupus. Dengan potensi jangka panjang untuk meningkatkan SDM, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi kesenjangan, MBG tetap menjadi investasi berharga bagi masa depan Indonesia. Yang dibutuhkan sekarang adalah langkah konkret untuk memperbaiki eksekusi, memperkuat kelembagaan, dan menyeimbangkan ekspektasi. Seperti kata pepatah, “Lari maraton bukan soal kecepatan, tapi soal ketahanan.” MBG mungkin belum membuat GDP berlari kencang, tapi dengan perbaikan yang tepat, ia bisa membawa Indonesia menuju garis kemenangan di masa depan. By Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Trump Tarif Bikin Panik? Indonesia dan UMKM Punya Jurus Anti-Guncang Ekonomi!

Trump Tarik Tarif, Rupiah Nangis, Swasembada Pangan Indonesia: Beras Impor atau Petani Bikin TikTok?

Trump Tarifkan Dunia, Turis Kabur ke Bali ? HIDUP BALI !

Rupiah Jatuh, Bankir Berlatih Yoga: Tetap Tenang di Tengah Badai Dollar

Negeri Kaya SDA, Tapi Cintanya Nggak Pasti

Skandal Emas Antam: Korupsi Rp 3,3 Triliun Guncang Keuangan Negara!

Maraknya Penembakan! Indonesia Dibayangi Krisis Keamanan

Mengapa Amnesti untuk Koruptor Bukan Solusi?

Skandal Abad Ini: Jokowi Masuk Daftar Elite Kejahatan Global 2024

Pengampunan Koruptor: Harapan Baru atau Titik Nol Pemberantasan Korupsi?

Koruptor Diampuni? Pengkhianatan Terbesar terhadap Keadilan!

Koruptor Bebas dengan Denda? Drama Pengampunan yang Gagal Total!

Korupsi: Kanker Mematikan yang Menggerogoti Indonesia!

Mary Jane Veloso: Dua Kutub Nasib dalam Satu Hidup

Darah Remaja di Ujung Peluru: Aksi Polisi yang Berujung Tragedi

Peluru Tajam di Jalanan: Tragedi di Tangan Penegak Hukum

Pelajar Tertembak: Nyawa Melayang di Tengah Tuduhan Tawuran yang Sarat Kontroversi

Guru Pengabdi 16 Tahun Dibebaskan dari Jerat Kriminalisasi: Keadilan yang Akhirnya Datang

Era Baru HAM di Bawah Prabowo: Harapan Besar atau Ancaman Gelap?

Teriakan Keadilan: Perjuangan Tak Berujung untuk Sang Siswi yang Terlupakan!

Prabowo Gempur Korupsi: Bersihkan Indonesia Demi Ekonomi Sehat dan Masa Depan Cerah!

Jerat Hukum Mengerikan: Keluarga Rafael Alun Terancam Gulungan Besar Kasus Pencucian Uang!

Kementerian Komunikasi dan Digital Diguncang! Komplotan Pelindung Situs Judi Terbongkar

Skandal Judi Online: 11 Pegawai Komdigi Terlibat, Menteri Geram dan Bertindak Tegas!

Drama Penahanan Tom Lembong: Menguak Skandal Besar Impor Gula di Indonesia

Benteng Pemberantas Judi Daring Justru Jadi Sarang Perlindungan!

Putusan MK Guncang UU Cipta Kerja: Kluster Ketenagakerjaan Tumbang, Buruh Rayakan Kemenangan Besar!

Drama Korupsi Gula: Tom Lembong di Bawah Tembak Politik dan Hukum!

Skandal Manis Berujung Pahit: Misteri Korupsi Gula yang Terbongkar Setelah Sembilan Tahun

RUU Perampasan Aset: Harapan Terakhir Bangsa Mengakhiri Korupsi!

Miliaran Rupiah dan Skandal di Balik Tirai Hukum: Terungkapnya Jaringan Makelar Kasus di Mahkamah Agung!

Supriyani: Guru yang Dituduh Memukul Anak Polisi, Terjebak dalam Jaring Hukum yang Tak Kunjung Lepas

Reformasi Total: Gaji Hakim Melambung, Integritas Pengadilan Terpuruk ?

Yones Douw dan Kekecewaannya terhadap Pernyataan Yusril Ihza Mahendra: Sebuah Pengkhianatan terhadap Penegakan HAM?

Jerat Maut Korupsi: Sahbirin Noor dan Miliaran Rupiah Uang Suap yang Terkubur di Balik Proyek

Indonesia, Surga bagi Koruptor dengan Vonis Ringan yang Mengejutkan!

Pemecatan yang Menghancurkan Karier: Rudy Soik dan Sidang Tanpa Suara

Hutan Indonesia di Ujung Kehancuran: Jerat Impunitas Korporasi yang Tak Terbendung

Rudy Soik: Sang Penantang Mafia BBM yang Dikorbankan Demi Kekuasaan?

Skandal Korupsi Gubernur Kalsel: Sahbirin Noor Dicegah ke Luar Negeri, Terancam DPO!

Polisi Bongkar Jaringan Judi Daring Raksasa: Perputaran Uang Capai Rp 685,5 Miliar, Libatkan WNA dan Aplikasi Ilegal!

MAKI Tantang Kejagung! Robert Bonosusatya Bebas dari Jerat Korupsi Timah?

Kejagung Bongkar Rekor! Uang Rp 372 Miliar Disembunyikan di Lemari Besi Kasus Duta Palma

Skandal Etik di Tubuh KPK: Wakil Ketua KPK Diduga Bertemu Tersangka Korupsi, Integritas Dipertaruhkan!

Skandal Tambang Miliaran! Mantan Gubernur Kaltim Terjerat Korupsi Besar-Besaran ?

Tragedi Bekasi: Salah Prosedur Polisi ? , Tujuh Remaja Tewas di Kali!

Mengendalikan Triliunan Rupiah: Bos Narkoba Hendra Sabarudin dari Dalam Lapas

Relawan Tanam Pohon atau Tanam Konflik? PT MEG dan Drama Eco City di Pulau Rempang

Menjaga KPK: Ketatnya Pengawasan, Longgarnya Etika

Drama Kepemimpinan Kadin: Siapa Bos, Siapa ‘Bos’?

Drama Kadin: Aklamasi Sah, Kuorum Bisa Disanggah

300 Triliun Hilang, Hukuman Ditebus dengan Rp 5.000: Harga Keadilan di Tanah Timah

Munaslub: Ketika Kuorum Jadi Interpretasi Pribadi

Drama Munaslub: Ketika Kursi Ketua Kadin Jadi Rebutan, Hukum Cuma Penonton?

Anindya Bakrie Naik Tahta Kadin: Munaslub ala ‘Keluarga Besar’ yang Ditolak 20+ Provinsi

Tinjauan Pro dan Kontra Penempatan Komponen Cadangan di Ibu Kota Nusantara

Strategi Presiden Jokowi dalam Memilih Pimpinan KPK: Membaca Dinamika Politik dan Hukum di Indonesia

Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024

IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan

Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *