Jakarta, Kowantaranews.com -Pada Rabu, 13 November 2024, dunia politik Amerika Serikat kembali terguncang oleh keputusan terbaru Presiden terpilih Donald Trump dalam menyusun kabinet untuk pemerintahannya yang kedua. Di tengah protes dan sorotan publik, Trump mengumumkan serangkaian penunjukan yang tak hanya mengejutkan, tetapi juga menghadirkan sosok-sosok yang berpotensi mengguncang cara kerja pemerintahan AS. Dalam upayanya untuk menghadapi birokrasi yang kerap dianggap menghambat progres dan efisiensi, Trump mengandalkan berbagai tokoh dengan latar belakang yang jauh dari dunia politik biasa, termasuk miliarder teknologi, pengusaha, serta para jenderal militer yang telah lama berjuang di medan perang internasional.
Langkah Berani Trump Mengubah Washington
Trump yang kembali terpilih sebagai Presiden AS di Pemilu 2024 menunjukkan tekadnya untuk merombak struktur pemerintahan yang selama ini dianggap tidak efisien dan boros. Ia menyoroti bahwa birokrasi pemerintahan yang kaku dan terhambat regulasi berlebihan menjadi salah satu penghambat utama dalam pengambilan keputusan yang cepat dan tepat di tingkat nasional. Hal inilah yang memotivasi Trump untuk menunjuk sejumlah sosok dengan latar belakang unik yang dipandang mampu membawa perubahan besar.
Pencalonan para tokoh baru ini tidak hanya memicu perdebatan, tetapi juga menjadi sorotan tajam dari publik, dengan banyak pihak mempertanyakan keberhasilan mereka dalam menghadapi tantangan besar yang ada di depan mata. Namun, bagi Trump, keputusan ini dianggap sebagai langkah yang diperlukan untuk mengembalikan Amerika pada jalur efisiensi dan produktivitas yang lebih tinggi.
Baca juga : Trump, Rubio, dan Bayangan Kebijakan Keras Terhadap China
Baca juga : Dari Timur ke Barat: RI-AS Bangun Kekuatan Global Tanpa Tanding!
Baca juga : Indonesia Tantang China: Tegas Tolak Klaim Laut China Selatan di Tengah Diplomasi Panas!
Miliarder dan Pengusaha: Membangun Struktur Pemerintahan Baru
Salah satu penunjukan yang paling mencuri perhatian adalah Elon Musk, miliarder teknologi yang terkenal sebagai CEO Tesla, SpaceX, dan X (sebelumnya Twitter). Musk, yang selama ini lebih dikenal dengan inovasi di bidang mobil listrik dan penerbangan luar angkasa, kini dipercaya untuk memimpin sebuah lembaga baru bernama DOGE, yang merupakan singkatan dari “Departemen Efisiensi Pemerintah.”
DOGE bertujuan untuk membongkar birokrasi pemerintah yang selama ini dianggap terlalu rumit dan lamban, memangkas regulasi yang berlebihan, serta merestrukturisasi badan-badan federal. Dengan pendekatan kewirausahaan dan efisiensi yang telah terbukti di perusahaan-perusahaannya, Musk diharapkan dapat membawa ide-ide segar untuk mengurangi pengeluaran pemerintah yang sering dianggap boros.
Musk sendiri menanggapi tugas barunya dengan penuh semangat. Dalam kampanye pemilu yang digelar di Madison Square Garden pada Oktober 2024, Musk menyatakan bahwa anggaran federal AS bisa dikurangi setidaknya hingga dua triliun dollar AS, sebuah angka yang sangat besar mengingat anggaran federal untuk tahun fiskal 2024 diperkirakan mencapai 6,75 triliun dollar AS. Musk berjanji akan memotong pengeluaran yang tidak perlu, termasuk belanja pertahanan, dan mengarahkan pemerintah untuk berfokus pada penghematan yang dapat langsung dirasakan oleh rakyat.
Bersama Musk, Trump juga menunjuk Vivek Ramaswamy, seorang pengusaha dan politikus yang sebelumnya bersaing dalam Pemilu Presiden AS 2024. Ramaswamy yang memiliki latar belakang di dunia manajemen investasi akan turut memimpin DOGE dan membantu menyusun strategi untuk merombak birokrasi pemerintahan. Keberadaan Ramaswamy di kabinet Trump ini memberikan tambahan bobot bagi para pendukung Trump yang percaya bahwa pendekatan pasar bebas dan efisiensi harus diutamakan dalam pengelolaan negara.
Para Jenderal: Kekuatan Militer untuk Keamanan dan Kebijakan Luar Negeri
Selain miliarder dan pengusaha, Trump juga menunjuk sejumlah mantan pejabat militer untuk posisi-posisi penting dalam kabinetnya. Hal ini sejalan dengan visinya untuk menghadirkan kebijakan luar negeri dan pertahanan yang lebih tegas, terutama dalam menghadapi tantangan besar yang datang dari China, serta ancaman dari negara-negara seperti Rusia dan Iran.
Peter Hegseth, seorang veteran perang yang juga dikenal sebagai penyiar di Fox News, dipilih Trump untuk mengisi posisi Menteri Pertahanan. Hegseth yang pernah bertugas di Irak dan Afghanistan bersama Garda Nasional AS memiliki pengalaman militer yang luas dan diharapkan dapat membawa kebijakan pertahanan yang lebih agresif dan efektif. Dalam beberapa kesempatan, Hegseth telah mengkritik kebijakan luar negeri yang terlalu lembek dan memperjuangkan perlunya kebijakan yang lebih tegas terhadap negara-negara seperti China.
Bersama Hegseth, Trump menunjuk Michael Waltz, mantan anggota militer yang juga merupakan pendukung setia Trump, sebagai Penasihat Keamanan Nasional. Waltz, yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat AS dan dikenal dengan pandangan keras terhadap kebijakan luar negeri China, akan menjadi bagian penting dari tim yang merumuskan strategi keamanan nasional AS. Salah satu aspek yang sangat ditekankan oleh Waltz adalah ancaman yang ditimbulkan oleh kebangkitan militer China, serta pentingnya mempertahankan stabilitas global melalui pendekatan yang lebih agresif dan protektif.
Kebijakan Luar Negeri yang Keras terhadap China dan Dukungan untuk Israel
Dalam hal kebijakan luar negeri, Trump tidak mengubah pendekatannya yang keras terhadap China. Salah satu calon utama untuk menjadi Menteri Luar Negeri adalah Senator Marco Rubio, yang dikenal dengan pandangan keras terhadap Beijing. Rubio telah lama menjadi salah satu suara terdepan di Senat AS yang mengkritik kebijakan China terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia, terutama di Xinjiang. Selain itu, Rubio juga sangat vokal dalam mendukung Taiwan dan menentang segala upaya China untuk menguasai pulau tersebut.
Rubio bukan satu-satunya figur yang dipertimbangkan untuk posisi Menteri Luar Negeri, meskipun ia dianggap sebagai calon yang paling kuat. Beberapa nama lain yang juga dipertimbangkan adalah Richard Grenell, mantan Duta Besar AS untuk Jerman, dan Bill Hagerty, anggota Komite Hubungan Internasional Senat AS. Namun, Rubio diperkirakan akan mendapat dukungan penuh dari Trump karena rekam jejaknya yang tegas dalam masalah China.
Selain kebijakan terhadap China, Trump juga menunjuk Elise Stefanik, seorang anggota DPR AS, untuk posisi Wakil Tetap AS di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Stefanik yang dikenal sebagai pendukung kuat Israel ini diharapkan akan membawa kebijakan luar negeri AS yang lebih pro-Israel, serta memperkuat hubungan antara AS dan sekutu-sekutu di Timur Tengah.
Menghadapi Kritik dan Harapan untuk Perubahan
Penunjukan ini tidak luput dari kritik, terutama dari pihak-pihak yang menilai bahwa langkah Trump terlalu mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan tertentu, serta meremehkan pentingnya konsultasi dan kesepakatan dengan pihak-pihak yang lebih beragam. Banyak yang merasa bahwa penunjukan para pengusaha seperti Musk dan Ramaswamy lebih mengutamakan efisiensi bisnis ketimbang kepentingan publik yang lebih luas.
Namun, di sisi lain, para pendukung Trump melihat langkah ini sebagai upaya untuk menggoyahkan sistem yang sudah usang dan tidak efektif. Mereka percaya bahwa perubahan besar diperlukan untuk mengembalikan Amerika ke jalur yang lebih baik, mengurangi pemborosan anggaran, dan menciptakan pemerintahan yang lebih responsif terhadap kebutuhan rakyat.
Dengan kebijakan yang lebih berfokus pada efisiensi dan pengurangan birokrasi, serta pendekatan luar negeri yang lebih tegas, kabinet Trump yang baru ini bisa jadi akan menjadi angin segar bagi mereka yang mendambakan perubahan besar dalam cara negara ini dikelola. Namun, tantangan besar menanti, dan banyak yang masih meragukan apakah semua ini bisa terwujud dengan sukses dalam masa pemerintahan kedua Trump.
Kabinet Trump yang baru ini mengindikasikan perubahan besar dalam arah kebijakan pemerintah AS. Dengan menempatkan miliarder, pengusaha, dan mantan pejabat militer di posisi-posisi penting, Trump berusaha menciptakan struktur pemerintahan yang lebih efisien dan tegas, khususnya dalam menghadapi ancaman dari luar negeri. Meskipun demikian, keberhasilan kebijakan ini akan sangat bergantung pada kemampuan tim Trump untuk mengatasi berbagai tantangan dan mengimplementasikan reformasi besar di dalam tubuh pemerintahan yang kompleks. *Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Trump, Rubio, dan Bayangan Kebijakan Keras Terhadap China
Dari Timur ke Barat: RI-AS Bangun Kekuatan Global Tanpa Tanding!
Indonesia Tantang China: Tegas Tolak Klaim Laut China Selatan di Tengah Diplomasi Panas!
Trump Kembali Berkuasa: Pasar Keuangan Asia di Tengah Badai Ketidakpastian
Lautan Tangis di Perbatasan: Saat Diplomasi Maritim Gagal Melindungi
Planet di Ujung Tanduk: Krisis Iklim Memuncak di Tengah Naiknya Trump ke Kursi Presiden!
Prabowo dan Trump: Era Baru Aliansi Superpower Asia-Pasifik untuk Menguasai Rantai Pasok Dunia
Pemilu AS 2024: Lautan Manusia Berjubel di TPS, Antusiasme Warga Seperti Tak Terbendung!
Trump dan Harris Bertarung Sengit: Gender Jadi Medan Perang di Pilpres AS!
Kamala Harris Siap Mengakhiri ‘Era Kekacauan’ Trump di Lapangan Bersejarah
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat