Jakarta, Kowantaranews.com -Dalam lanskap politik Amerika Serikat, duet antara mantan Presiden Donald Trump dan Senator Marco Rubio dalam kabinet pemerintahannya selalu menjadi spekulasi yang menarik. Keduanya, meski pernah menjadi rival politik, memiliki pendekatan yang sama kerasnya terhadap China, suatu hal yang banyak dikritik sekaligus didukung dalam konteks geopolitik. Bayangan kebijakan luar negeri AS yang dipimpin oleh Trump sebagai presiden dengan Rubio sebagai Menteri Luar Negeri mungkin akan menjadi perubahan besar dalam sejarah diplomasi, terutama di kawasan Asia-Pasifik.
Visi Politik Trump dan Rubio terhadap China
Sejak masa kampanye presidennya di tahun 2016, Trump kerap mengkritik China secara terang-terangan. Trump menyalahkan China atas hilangnya pekerjaan di sektor manufaktur AS, ketidakadilan perdagangan, dan bahkan menyebut China sebagai ancaman terhadap dominasi ekonomi dan keamanan Amerika. Ketika ia terpilih sebagai presiden, kebijakan-kebijakannya merefleksikan retorika kerasnya—mulai dari pemberlakuan tarif tinggi pada produk China hingga pembatasan aktivitas perusahaan teknologi besar China di AS, seperti Huawei dan TikTok.
Senator Marco Rubio, seorang tokoh partai Republik yang lantang, memiliki pandangan yang sejalan dengan Trump dalam memandang China sebagai ancaman utama terhadap keamanan nasional AS. Rubio telah lama mengadvokasi pendekatan keras terhadap China, tidak hanya dalam perdagangan tetapi juga dalam hak asasi manusia, khususnya terkait dengan isu Muslim Uighur dan status Hong Kong. Baginya, China bukan hanya pesaing ekonomi tetapi juga ancaman ideologis yang mengancam tatanan demokrasi liberal. Di berbagai kesempatan, Rubio menyerukan agar AS memperkuat aliansi dengan negara-negara di Asia-Pasifik untuk membendung pengaruh China.
Jika Trump memilih Rubio sebagai Menteri Luar Negeri, bayangan kebijakan luar negeri AS kemungkinan akan berfokus secara intensif pada strategi pembendungan atau “containment” terhadap pengaruh China. Gaya Trump yang blak-blakan dikombinasikan dengan ketegasan Rubio yang mengakar pada prinsip-prinsip demokrasi akan memperlihatkan dinamika baru dalam diplomasi AS, khususnya di kawasan Asia.
Kebijakan Ekonomi yang Tertarget
Salah satu pilar utama dalam kebijakan luar negeri Trump dan kemungkinan akan diperkuat oleh Rubio adalah pendekatan ekonomi yang agresif. Selama masa jabatannya, Trump menerapkan tarif tinggi pada impor dari China, sebuah langkah yang ia klaim akan mengurangi defisit perdagangan AS dan membawa pulang pekerjaan manufaktur yang selama bertahun-tahun dipindahkan ke luar negeri. Jika Rubio menjadi Menteri Luar Negeri, kebijakan ini kemungkinan akan diperluas, tidak hanya sebatas tarif, tetapi juga dalam bentuk kontrol investasi yang lebih ketat terhadap perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan China.
Selain itu, Rubio kemungkinan akan mendorong investasi lebih besar dalam teknologi domestik AS untuk mengurangi ketergantungan pada komponen teknologi China. Dia telah mengusulkan undang-undang untuk melindungi teknologi Amerika dari campur tangan asing, khususnya dari China, dalam upaya memastikan bahwa AS tetap menjadi pemimpin dalam inovasi teknologi. Rubio dan Trump diyakini akan mendorong kebijakan yang menguntungkan manufaktur domestik serta mendukung perusahaan-perusahaan AS yang berinovasi dalam teknologi canggih seperti AI, 5G, dan semikonduktor.
Hak Asasi Manusia sebagai Senjata Diplomasi
Salah satu hal yang membedakan Rubio dari Trump dalam pendekatan terhadap China adalah sikapnya yang lebih keras dan vokal terkait hak asasi manusia. Rubio telah menjadi salah satu pengkritik paling keras terhadap China dalam hal pelanggaran hak asasi manusia, terutama terkait perlakuan China terhadap kelompok minoritas Uighur di Xinjiang. Ia mendukung sanksi terhadap pejabat China yang terlibat dalam kamp-kamp interniran Uighur, serta membatasi akses mereka ke ekonomi dan sistem keuangan internasional.
Trump, meskipun mengambil pendekatan keras pada aspek ekonomi, cenderung kurang fokus pada isu hak asasi manusia dalam kebijakannya terhadap China. Dalam beberapa kesempatan, ia menyatakan bahwa hubungan bisnis dan perdagangan lebih penting daripada diplomasi yang berfokus pada hak asasi manusia. Namun, dengan Rubio di pos Menteri Luar Negeri, ini mungkin akan berubah.
Rubio diperkirakan akan mendorong Trump untuk lebih terbuka dan konsisten dalam mendukung kebijakan luar negeri yang menekan China atas pelanggaran hak asasi manusia. Ini bisa mencakup penerapan sanksi yang lebih ketat terhadap pejabat tinggi China, pembatasan masuknya perusahaan yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia, serta mendorong aliansi global yang mengutuk perlakuan China terhadap kelompok minoritas.
Baca juga : Dari Timur ke Barat: RI-AS Bangun Kekuatan Global Tanpa Tanding!
Baca juga : Indonesia Tantang China: Tegas Tolak Klaim Laut China Selatan di Tengah Diplomasi Panas!
Baca juga : Trump Kembali Berkuasa: Pasar Keuangan Asia di Tengah Badai Ketidakpastian
Kerja Sama Aliansi di Asia-Pasifik
Salah satu strategi yang akan semakin jelas dengan Rubio di kabinet Trump adalah memperkuat hubungan dengan negara-negara Asia-Pasifik. Rubio dikenal sebagai pendukung kuat aliansi antara AS dengan negara-negara di kawasan ini, terutama dalam menghadapi ambisi China. Ia telah lama mendorong agar AS bekerja lebih erat dengan Jepang, Korea Selatan, Filipina, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya yang merasa terancam oleh kehadiran China di Laut China Selatan.
Trump, pada masa jabatannya, telah memulai langkah ini dengan mengadakan pertemuan bilateral dan multilateral yang menekankan pentingnya kebebasan navigasi di kawasan tersebut. Dengan Rubio sebagai Menteri Luar Negeri, kebijakan ini akan semakin intensif. Rubio kemungkinan akan mendukung peningkatan latihan militer gabungan dengan negara-negara sekutu di kawasan, membantu negara-negara tersebut memperkuat kemampuan pertahanannya, serta menyediakan bantuan ekonomi yang berfokus pada penguatan ekonomi lokal untuk menghadapi tekanan China.
Bahkan, Rubio mungkin akan mendorong AS untuk memperkuat hubungannya dengan Taiwan, yang selama ini menjadi salah satu titik konflik paling sensitif antara AS dan China. Rubio adalah pendukung kebijakan yang lebih terbuka dan mendukung hak Taiwan untuk menentukan nasibnya sendiri, sebuah pandangan yang tentunya akan menimbulkan ketegangan lebih lanjut dengan China. Sementara Trump selama masa jabatannya sering ragu-ragu untuk mengambil langkah yang bisa memicu konflik terbuka dengan China mengenai Taiwan, tekanan dari Rubio mungkin dapat menggeser arah kebijakan AS lebih proaktif dalam mendukung Taiwan.
Bayangan Masa Depan Diplomasi AS-China
Bayangan kebijakan Trump-Rubio terhadap China ini mencerminkan pendekatan yang lebih keras dan tanpa kompromi terhadap pengaruh China. Trump, dengan visinya yang nasionalis dan proteksionis, berupaya memastikan bahwa Amerika tidak lagi “dimanfaatkan” oleh China. Rubio, di sisi lain, mengombinasikan pandangan serupa dengan sentimen kuat tentang kebebasan, demokrasi, dan hak asasi manusia. Jika mereka berdua bekerja bersama dalam pemerintahan, ini bisa menciptakan satu blok kebijakan luar negeri AS yang lebih berfokus pada “pengekangan” China dalam segala aspek, mulai dari ekonomi hingga ideologi.
Namun, ada risiko besar dalam pendekatan ini. Kebijakan yang terlalu agresif terhadap China bisa memicu reaksi yang tidak diinginkan, baik dalam bentuk konflik perdagangan yang semakin sengit, ketegangan militer, maupun pembalasan dari China terhadap sekutu-sekutu AS di kawasan Asia-Pasifik. Selain itu, strategi ini juga bisa berdampak pada ekonomi domestik AS, khususnya bagi sektor-sektor yang selama ini sangat bergantung pada rantai pasokan dari China.
Keseimbangan antara Kekuatan dan Diplomasi
Bayangan duet Trump dan Rubio dalam menghadapi China memang menarik untuk dibayangkan. Dengan gaya politik yang blak-blakan dan tanpa kompromi, keduanya akan menciptakan dinamika baru dalam diplomasi AS di Asia. Pendekatan keras mereka mungkin akan disambut oleh sebagian kalangan yang khawatir dengan pengaruh China, namun juga akan menimbulkan kekhawatiran akan stabilitas kawasan.
Di masa depan, penting bagi setiap pemerintahan AS untuk menjaga keseimbangan antara kekuatan dan diplomasi. Jika duet ini pernah terjadi, dunia akan menyaksikan babak baru hubungan AS-China, yang penuh ketegangan namun berpotensi menentukan arah geopolitik dunia. *Mukroni
Foto Sky News
- Berita Terkait :
Dari Timur ke Barat: RI-AS Bangun Kekuatan Global Tanpa Tanding!
Indonesia Tantang China: Tegas Tolak Klaim Laut China Selatan di Tengah Diplomasi Panas!
Trump Kembali Berkuasa: Pasar Keuangan Asia di Tengah Badai Ketidakpastian
Lautan Tangis di Perbatasan: Saat Diplomasi Maritim Gagal Melindungi
Planet di Ujung Tanduk: Krisis Iklim Memuncak di Tengah Naiknya Trump ke Kursi Presiden!
Prabowo dan Trump: Era Baru Aliansi Superpower Asia-Pasifik untuk Menguasai Rantai Pasok Dunia
Pemilu AS 2024: Lautan Manusia Berjubel di TPS, Antusiasme Warga Seperti Tak Terbendung!
Trump dan Harris Bertarung Sengit: Gender Jadi Medan Perang di Pilpres AS!
Kamala Harris Siap Mengakhiri ‘Era Kekacauan’ Trump di Lapangan Bersejarah
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat