Jakarta, Kowantaranews.com -Donald J. Trump resmi dilantik sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat dalam sebuah upacara khidmat di Rotunda, Gedung Capitol, Washington DC, pada Senin siang waktu setempat. Pelantikan ini sekaligus menandai kembalinya Trump ke Gedung Putih setelah empat tahun sebelumnya tidak menjabat. Trump, yang sebelumnya menjabat sebagai Presiden ke-45 AS (2017-2021), menyatakan dalam pidato perdananya bahwa era keemasan bagi Amerika Serikat akan segera dimulai.
“Masa keemasan Amerika akan dimulai saat ini,” ujar Trump dalam pidatonya yang berdurasi sekitar 26 menit. Dengan tegas, ia menyatakan komitmennya untuk segera mengeluarkan serangkaian kebijakan dan keputusan eksekutif guna mengubah arah negara secara dramatis. Trump mengklaim bahwa terpilihnya ia kembali ke kursi kepresidenan adalah mandat rakyat untuk memulihkan kepercayaan, kekayaan, demokrasi, dan kebebasan yang menurutnya telah lama terkikis.
Upacara Pelantikan yang Sarat Simbolisme
Upacara pelantikan berlangsung dalam suasana yang berbeda dari pelantikan presiden sebelumnya. Karena cuaca ekstrem yang sangat dingin di ibu kota, acara digelar di dalam ruangan Rotunda Gedung Capitol. Hakim Ketua Mahkamah Agung, John G. Roberts Jr., mengambil sumpah jabatan Trump. Sementara itu, James David Vance dilantik sebagai Wakil Presiden ke-50 Amerika Serikat oleh Hakim Brett M. Kavanaugh.
Hadir dalam upacara tersebut adalah sejumlah tokoh politik penting, termasuk mantan Presiden Joe Biden, Kamala Harris, Barack Obama, George W. Bush, dan Bill Clinton. Namun, beberapa tokoh besar lainnya, seperti Michelle Obama, memilih tidak hadir. Para miliarder dan pemimpin teknologi, termasuk Elon Musk, Jeff Bezos, dan Mark Zuckerberg, juga terlihat duduk di barisan depan bersama para anggota kabinet dan keluarga Trump.
Langkah Cepat dengan 100 Perintah Eksekutif
Dalam hitungan jam setelah pelantikan, Trump berencana menandatangani hingga 100 perintah eksekutif yang mencakup berbagai isu strategis, termasuk imigrasi, kebijakan energi, perubahan iklim, dan inisiatif keragaman dalam pemerintahan federal. Langkah ini bertujuan untuk menegaskan arahan baru pemerintahannya.
Salah satu kebijakan pertama yang diumumkan adalah deklarasi keadaan darurat di perbatasan selatan Amerika Serikat. Trump menyatakan akan mengirimkan militer untuk menjaga wilayah perbatasan dan melanjutkan kebijakan kontroversial “tetap di Meksiko.” Kebijakan ini akan mengembalikan imigran ilegal ke negara asal mereka. Trump juga menyebut bahwa ia akan melabeli kartel narkoba sebagai organisasi teroris asing guna melindungi kota-kota di Amerika Serikat dari ancaman kriminal.
“Mulai hari ini, kita akan menangkap dan memulangkan imigran ilegal. Kebijakan ini adalah langkah penting untuk melindungi Amerika dari invasi asing,” tegasnya.
Baca juga : Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal
Baca juga : Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Baca juga : Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!
Kebijakan Energi dan Ekonomi
Trump menyoroti keadaan darurat energi yang dihadapi Amerika Serikat. Dalam pidatonya, ia berjanji untuk meningkatkan pengeboran minyak dan gas bumi guna memanfaatkan cadangan energi yang melimpah di tanah Amerika. “Amerika Serikat berdiri di atas emas cair,” katanya, seraya menjelaskan bahwa kebijakan energi baru akan membantu menurunkan harga dalam negeri dan menghidupkan kembali ekonomi.
Trump juga menyinggung pentingnya kebangkitan industri otomotif dan pengembangan kendaraan listrik. Dalam pandangannya, kebebasan ekonomi akan memungkinkan warga untuk membeli jenis mobil apa pun sesuai keinginan mereka.
Untuk memperkuat ekonomi nasional, Trump berencana menaikkan tarif impor bagi negara-negara mitra dagang guna melindungi industri domestik. “Mimpi kemakmuran Amerika akan segera kembali,” katanya optimistis.
Isu Gender dan Meritokrasi
Pidato Trump juga memuat pernyataan kontroversial terkait isu gender. Ia menegaskan bahwa di ruang publik Amerika Serikat hanya akan ada pengakuan terhadap dua jenis kelamin: lelaki dan perempuan. Pernyataan ini memancing reaksi keras dari kelompok pendukung LGBTQ+.
Selain itu, Trump menyampaikan bahwa pemerintahan barunya tidak akan mendukung program-program yang mempromosikan keragaman, kesetaraan, dan inklusi. Sebaliknya, ia akan mendorong meritokrasi sebagai sistem utama dalam menentukan penghargaan dan kesempatan bagi warga negara.
“Amerika tidak mengenal perbedaan warna kulit, agama, atau ras. Kita hanya akan menghargai prestasi,” tegasnya.
Ambisi Geopolitik dan Perubahan Nama
Dalam langkah yang mengejutkan, Trump menyatakan niatnya untuk mengganti nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika, sebagai simbol dominasi AS di kawasan. Ia juga berencana mengambil alih kembali pengelolaan Terusan Panama dari pemerintah Panama. Menurut Trump, pengelolaan terusan itu oleh pihak asing, khususnya China, adalah ancaman strategis bagi kepentingan nasional Amerika.
Trump juga mengusulkan untuk mengubah nama Gunung Denali di Alaska kembali menjadi Gunung McKinley, sesuai nama Presiden William McKinley. “McKinley adalah sosok yang meningkatkan pendapatan negara melalui kebijakan tarif perdagangan,” katanya, mengaitkan perubahan nama ini dengan kebijakan ekonominya.
Janji Perdamaian dan Kekuatan Militer
Trump mengakhiri pidatonya dengan janji untuk memperkuat militer Amerika Serikat. Ia menyatakan bahwa militer yang kuat adalah kunci untuk memenangkan perang, mengakhiri konflik, dan mencegah perang baru. Trump bahkan mengklaim dirinya akan dikenang sebagai pencipta perdamaian dan persatuan.
Dalam konteks internasional, Trump berjanji untuk menyelesaikan konflik di Ukraina serta mendukung perdamaian di Timur Tengah. Ia mengklaim telah membantu membebaskan sandera Israel dari tangan Hamas selama masa kampanye pemilu, yang menurutnya adalah bukti komitmen untuk menciptakan stabilitas global.
Reaksi Publik dan Tantangan ke Depan
Kembalinya Trump ke Gedung Putih memicu berbagai reaksi di dalam dan luar negeri. Pendukungnya menyambut dengan antusias, melihatnya sebagai pemimpin yang mampu memulihkan kejayaan Amerika Serikat. Namun, kritik keras datang dari kelompok oposisi yang menilai kebijakannya berpotensi memperburuk polarisasi di masyarakat.
Dunia internasional pun menyambut dengan kewaspadaan. Banyak negara mengkhawatirkan dampak kebijakan proteksionis Trump terhadap perdagangan global serta sikap kerasnya terhadap isu-isu seperti perubahan iklim dan migrasi.
Dengan langkah-langkah awal yang ambisius, pemerintahan Trump akan menghadapi tantangan besar untuk merealisasikan janji-janjinya. Apakah era keemasan yang ia janjikan akan benar-benar terwujud, ataukah justru menambah kompleksitas permasalahan yang dihadapi Amerika Serikat? Hanya waktu yang akan menjawab. Satu hal yang pasti, pelantikan ini menandai awal baru yang penuh dengan dinamika bagi Amerika dan dunia. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal
Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!
Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang
Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah
Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir
Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!
Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir
Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salem