• Rab. Feb 12th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal

ByAdmin

Jan 17, 2025
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com — Harapan akan berakhirnya konflik berkepanjangan antara Hamas dan Israel kembali diuji. Kesepakatan gencatan senjata yang baru beberapa jam diumumkan kini terancam gagal akibat ketidakpastian di internal kabinet Israel. Sidang kabinet yang seharusnya meratifikasi perjanjian tersebut belum juga dilaksanakan, memunculkan kekhawatiran bahwa upaya perdamaian ini tidak akan berjalan sesuai rencana.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyampaikan bahwa Hamas diduga mengubah beberapa syarat dalam perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Perubahan ini menjadi alasan utama tertundanya sidang kabinet. Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak dapat melanjutkan proses ratifikasi jika Hamas tidak konsisten dengan hasil perundingan yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar. “Ada beberapa syarat yang diubah oleh Hamas, tidak sesuai dengan perundingan yang disepakati sebelumnya,” ujar Netanyahu dalam pernyataannya.

Namun, tudingan tersebut segera dibantah oleh dua pejabat tinggi Hamas, Sami Abu Zuhri dan Izzat al-Rishq. Keduanya menyatakan bahwa Hamas tetap berpegang pada kesepakatan awal dan tidak pernah mengubah syarat perjanjian. Mereka menilai bahwa Netanyahu menggunakan alasan tersebut sebagai dalih untuk menghindari pelaksanaan gencatan senjata. Hamas menegaskan komitmennya terhadap perjanjian yang telah dirancang melalui negosiasi panjang dengan berbagai pihak internasional.

Perjanjian gencatan senjata ini sedianya mulai berlaku efektif pada Minggu, 19 Januari 2025, dan direncanakan berlangsung selama 42 hari. Dalam perjanjian tersebut, Hamas berkomitmen untuk membebaskan 33 sandera secara bertahap dalam enam minggu. Sebagai imbalannya, Israel setuju untuk membebaskan ratusan tahanan Palestina. Setelah tahap awal ini selesai, kedua belah pihak akan melanjutkan ke fase kedua, di mana Hamas akan membebaskan sandera yang tersisa dan Israel membebaskan tahanan yang merupakan anggota kelompok bersenjata Palestina.

Kesepakatan ini diharapkan dapat menghentikan pertumpahan darah yang telah berlangsung selama 15 bulan terakhir dan merenggut lebih dari 46.707 nyawa warga Palestina di Gaza. Bagi rakyat Israel, perjanjian ini menjadi secercah harapan untuk berkumpul kembali dengan keluarga mereka yang disandera oleh Hamas dalam serangan Badai Aqsa pada 7 Oktober 2023.

Namun, dinamika politik internal Israel menjadi penghambat signifikan dalam proses ratifikasi kesepakatan ini. Koalisi pemerintahan yang dipimpin Netanyahu tengah menghadapi tekanan dari pihak-pihak dalam pemerintahannya sendiri. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, dua tokoh politik berhaluan ultrakanan, secara tegas menolak perjanjian tersebut. Mereka bahkan mengancam akan keluar dari koalisi jika Netanyahu tetap melanjutkan implementasi gencatan senjata. Keduanya percaya bahwa Gaza harus dikosongkan dari warga Palestina dan dijadikan zona penyangga keamanan bagi Israel. Dalam pandangan mereka, perjanjian dengan Hamas hanya akan melemahkan kedaulatan negara.

Baca juga : Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!

Baca juga : Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!

Baca juga : Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang

Penolakan ini memperparah perpecahan di Knesset, parlemen Israel, dan membuat proses pengesahan kesepakatan semakin sulit. Hingga kini, belum ada kepastian kapan kabinet Israel akan kembali menjadwalkan sidang untuk membahas ratifikasi tersebut. Di tengah ketidakpastian ini, militer Israel terus melancarkan serangan ke Gaza, dengan serangan terbaru dilaporkan menewaskan 73 warga sipil.

Kondisi ini menimbulkan ketakutan di kalangan warga Gaza yang sempat bersukacita atas pengumuman gencatan senjata. Philippe Lazarini, Kepala Badan Bantuan dan Pemulihan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), menyatakan kekecewaannya atas situasi ini. Ia sebelumnya optimis bahwa Mesir akan segera membuka Gerbang Rafah, memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, ketidakpastian ini membuat nasib jutaan warga Gaza kembali terombang-ambing.

Di Gaza, warga seperti Mahmood Kurdia hanya memiliki satu harapan sederhana: bisa kembali ke rumah. “Saya hanya ingin kembali ke rumah. Saya tahu rumah saya hanya tinggal puing, tetapi keluarga kami butuh untuk kembali ke akar,” kata Mahmood kepada media CBS. Sementara itu, di Tel Aviv, keluarga para sandera, seperti Yifat Kalderon, masih menggantungkan harapan agar sanak saudara mereka dapat dipulangkan dengan selamat. “Kami ingin para sandera dipulangkan, termasuk mereka yang sudah meninggal. Kami ingin bertemu mereka,” ujarnya penuh harap.

Situasi yang semakin genting ini menunjukkan bahwa perdamaian di wilayah tersebut masih jauh dari kata pasti. Gencatan senjata yang diharapkan bisa menjadi titik balik untuk mengakhiri konflik tampaknya terganjal oleh kepentingan politik dan ideologi yang saling bertentangan. Dunia internasional kini memantau dengan cermat perkembangan ini, berharap kedua belah pihak dapat menemukan jalan tengah demi menghentikan penderitaan yang tak berkesudahan di Gaza dan Israel.

Harapan damai kini berada di ujung tanduk. Apakah pemerintah Israel akan mampu mengatasi tekanan internal dan melangkah menuju perdamaian? Ataukah konflik ini akan terus berlanjut, membawa lebih banyak korban dan kehancuran? Jawaban atas pertanyaan ini masih menjadi teka-teki besar di tengah dinamika politik dan keamanan yang terus bergolak di Timur Tengah. By Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!

Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!

Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang

Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah

Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir

Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!

Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir

Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS

Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup

Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!

Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global

Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan

Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa

Indonesia Bangkit: Dukungan Penuh untuk Palestina di Tengah Krisis Gaza, Jokowi Serukan Tindakan Dunia Setelah 1 Tahun Perang Israel-Gaza

Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi

Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon

Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam

Aliansi Global: Eropa, Arab, dan Dunia Muslim Bersatu untuk Wujudkan Palestina Merdeka di Tengah Konflik Gaza

Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!

Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!

Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang

Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB

Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!

Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina

Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia

Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional

Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!

IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat

Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik

Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan

Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai

Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza

“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024

Pendekatan Berani Sarah Friedland: Pidato Penghargaan di Festival Film Venesia Soroti Konflik Israel-Palestina

Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’

Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden

Sinergi Ekonomi: Kamala Harris Fokus Pada Tingginya Biaya Hidup dalam Pidato Kebijakan Ekonomi Pertama

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *