Jakarta, Kowantaranews.com — Harapan akan berakhirnya konflik berkepanjangan antara Hamas dan Israel kembali diuji. Kesepakatan gencatan senjata yang baru beberapa jam diumumkan kini terancam gagal akibat ketidakpastian di internal kabinet Israel. Sidang kabinet yang seharusnya meratifikasi perjanjian tersebut belum juga dilaksanakan, memunculkan kekhawatiran bahwa upaya perdamaian ini tidak akan berjalan sesuai rencana.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyampaikan bahwa Hamas diduga mengubah beberapa syarat dalam perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Perubahan ini menjadi alasan utama tertundanya sidang kabinet. Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak dapat melanjutkan proses ratifikasi jika Hamas tidak konsisten dengan hasil perundingan yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar. “Ada beberapa syarat yang diubah oleh Hamas, tidak sesuai dengan perundingan yang disepakati sebelumnya,” ujar Netanyahu dalam pernyataannya.
Namun, tudingan tersebut segera dibantah oleh dua pejabat tinggi Hamas, Sami Abu Zuhri dan Izzat al-Rishq. Keduanya menyatakan bahwa Hamas tetap berpegang pada kesepakatan awal dan tidak pernah mengubah syarat perjanjian. Mereka menilai bahwa Netanyahu menggunakan alasan tersebut sebagai dalih untuk menghindari pelaksanaan gencatan senjata. Hamas menegaskan komitmennya terhadap perjanjian yang telah dirancang melalui negosiasi panjang dengan berbagai pihak internasional.
Perjanjian gencatan senjata ini sedianya mulai berlaku efektif pada Minggu, 19 Januari 2025, dan direncanakan berlangsung selama 42 hari. Dalam perjanjian tersebut, Hamas berkomitmen untuk membebaskan 33 sandera secara bertahap dalam enam minggu. Sebagai imbalannya, Israel setuju untuk membebaskan ratusan tahanan Palestina. Setelah tahap awal ini selesai, kedua belah pihak akan melanjutkan ke fase kedua, di mana Hamas akan membebaskan sandera yang tersisa dan Israel membebaskan tahanan yang merupakan anggota kelompok bersenjata Palestina.
Kesepakatan ini diharapkan dapat menghentikan pertumpahan darah yang telah berlangsung selama 15 bulan terakhir dan merenggut lebih dari 46.707 nyawa warga Palestina di Gaza. Bagi rakyat Israel, perjanjian ini menjadi secercah harapan untuk berkumpul kembali dengan keluarga mereka yang disandera oleh Hamas dalam serangan Badai Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Namun, dinamika politik internal Israel menjadi penghambat signifikan dalam proses ratifikasi kesepakatan ini. Koalisi pemerintahan yang dipimpin Netanyahu tengah menghadapi tekanan dari pihak-pihak dalam pemerintahannya sendiri. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, dua tokoh politik berhaluan ultrakanan, secara tegas menolak perjanjian tersebut. Mereka bahkan mengancam akan keluar dari koalisi jika Netanyahu tetap melanjutkan implementasi gencatan senjata. Keduanya percaya bahwa Gaza harus dikosongkan dari warga Palestina dan dijadikan zona penyangga keamanan bagi Israel. Dalam pandangan mereka, perjanjian dengan Hamas hanya akan melemahkan kedaulatan negara.
Baca juga : Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Baca juga : Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!
Baca juga : Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang
Penolakan ini memperparah perpecahan di Knesset, parlemen Israel, dan membuat proses pengesahan kesepakatan semakin sulit. Hingga kini, belum ada kepastian kapan kabinet Israel akan kembali menjadwalkan sidang untuk membahas ratifikasi tersebut. Di tengah ketidakpastian ini, militer Israel terus melancarkan serangan ke Gaza, dengan serangan terbaru dilaporkan menewaskan 73 warga sipil.
Kondisi ini menimbulkan ketakutan di kalangan warga Gaza yang sempat bersukacita atas pengumuman gencatan senjata. Philippe Lazarini, Kepala Badan Bantuan dan Pemulihan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), menyatakan kekecewaannya atas situasi ini. Ia sebelumnya optimis bahwa Mesir akan segera membuka Gerbang Rafah, memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, ketidakpastian ini membuat nasib jutaan warga Gaza kembali terombang-ambing.
Di Gaza, warga seperti Mahmood Kurdia hanya memiliki satu harapan sederhana: bisa kembali ke rumah. “Saya hanya ingin kembali ke rumah. Saya tahu rumah saya hanya tinggal puing, tetapi keluarga kami butuh untuk kembali ke akar,” kata Mahmood kepada media CBS. Sementara itu, di Tel Aviv, keluarga para sandera, seperti Yifat Kalderon, masih menggantungkan harapan agar sanak saudara mereka dapat dipulangkan dengan selamat. “Kami ingin para sandera dipulangkan, termasuk mereka yang sudah meninggal. Kami ingin bertemu mereka,” ujarnya penuh harap.
Situasi yang semakin genting ini menunjukkan bahwa perdamaian di wilayah tersebut masih jauh dari kata pasti. Gencatan senjata yang diharapkan bisa menjadi titik balik untuk mengakhiri konflik tampaknya terganjal oleh kepentingan politik dan ideologi yang saling bertentangan. Dunia internasional kini memantau dengan cermat perkembangan ini, berharap kedua belah pihak dapat menemukan jalan tengah demi menghentikan penderitaan yang tak berkesudahan di Gaza dan Israel.
Harapan damai kini berada di ujung tanduk. Apakah pemerintah Israel akan mampu mengatasi tekanan internal dan melangkah menuju perdamaian? Ataukah konflik ini akan terus berlanjut, membawa lebih banyak korban dan kehancuran? Jawaban atas pertanyaan ini masih menjadi teka-teki besar di tengah dinamika politik dan keamanan yang terus bergolak di Timur Tengah. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!
Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang
Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah
Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir
Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!
Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir
Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat