Jakarta, Kowantaranews.com -Minggu, 19 Januari 2025, menjadi salah satu momen yang penuh emosi di tengah konflik panjang antara Israel dan Hamas. Gencatan senjata yang telah lama dinanti akhirnya diberlakukan, meskipun dengan penundaan tiga jam dari jadwal semula. Kesepakatan ini, yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, membawa harapan bagi kedua belah pihak yang telah mengalami konflik berdarah sejak Oktober 2023. Namun, di balik perayaan dan harapan, banyak pihak melihat gencatan senjata ini sebagai langkah yang rapuh, penuh ketegangan, dan potensi kerapuhan di masa depan.
Baca juga : Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal
Baca juga : Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Baca juga : Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!
Perjalanan Menuju Gencatan Senjata
Kesepakatan gencatan senjata diumumkan dengan antusias, tetapi proses implementasinya penuh dengan hambatan. Berdasarkan perjanjian, gencatan senjata seharusnya mulai berlaku pada pukul 08.30 waktu setempat atau 13.30 WIB. Namun, otoritas Israel menunda implementasi tersebut hingga pukul 11.15 karena Hamas gagal memberikan nama tiga sandera Israel yang akan dibebaskan tepat waktu.
Ketiga sandera yang disebutkan adalah Romi Gonen (24), Emily Damari (28), dan Doron Steinbrecher (31). Mereka telah berada dalam tahanan Hamas sejak serangan mengejutkan yang dilakukan kelompok tersebut pada 7 Oktober 2023. Sebagai imbalannya, Israel berjanji akan membebaskan 90 tahanan Palestina. Ketegangan antara kedua belah pihak terus meningkat hingga menit-menit terakhir menjelang pemberlakuan gencatan senjata, menunjukkan betapa kompleksnya dinamika di lapangan.
Dalam pernyataannya, Hamas menyebut penundaan ini disebabkan oleh masalah teknis. “Bisa sewaktu-waktu, nama-nama tiga sandera akan diserahkan. Namun, kompleksitas situasi di lapangan dan pengeboman terus-menerus telah menunda proses ini,” demikian pernyataan tertulis Hamas. Sebaliknya, Pemerintah Israel menegaskan bahwa tidak ada langkah lebih lanjut tanpa kepastian nama sandera yang akan dibebaskan.
Suasana di Gaza: Harapan di Tengah Kehancuran
Setelah gencatan senjata berlaku efektif, suasana di Jalur Gaza berubah drastis. Ribuan warga Palestina turun ke jalan-jalan utama yang hancur akibat perang. Beberapa dari mereka bergegas mengunjungi makam kerabat yang tewas selama konflik, sementara yang lain mencoba kembali ke rumah mereka yang sebelumnya ditinggalkan saat mengungsi.
Pemandangan di Jabalia, sebuah kamp pengungsi yang hancur, menunjukkan skala kehancuran yang luar biasa. Aerial view memperlihatkan para pengungsi berjalan melalui reruntuhan bangunan, mencoba mencari sisa-sisa kehidupan mereka. Aya, seorang perempuan pengungsi dari Gaza, menggambarkan perasaannya: “Saya merasa akhirnya menemukan air untuk diminum setelah tersesat di gurun selama 15 bulan. Saya merasa hidup kembali.”
Di sisi lain, sekitar 200 truk bantuan yang membawa makanan dan bahan bakar mulai memasuki Gaza melalui Kerem Shalom. Kedatangan bantuan ini menjadi angin segar bagi warga yang telah lama menderita akibat blokade dan kekurangan pasokan selama perang. Meski demikian, bantuan ini hanyalah langkah awal untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di wilayah tersebut.
Respon di Israel: Kebahagiaan dan Ketidakpuasan
Di Israel, suasana menyambut gencatan senjata sangat beragam. Keluarga para sandera menyambut kesepakatan ini dengan penuh haru. Namun, tidak semua pihak merasa puas. Sejumlah warga menggelar demonstrasi, mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mundur dan menyerukan perang untuk dilanjutkan. Demonstrasi ini mencerminkan perpecahan di masyarakat Israel tentang bagaimana menangani konflik dengan Hamas.
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, memperingatkan bahwa situasi di Timur Tengah akan tetap tidak stabil jika Hamas terus menguasai Jalur Gaza. Dalam konferensi pers, Saar menegaskan bahwa Israel tetap berkomitmen untuk melumpuhkan kekuatan politik dan militer Hamas. “Jika komunitas internasional menginginkan gencatan senjata permanen, kondisi itu harus mencakup pelucutan kekuatan politik dan militer Hamas,” kata Saar.
Pernyataan ini sejalan dengan sikap PM Netanyahu, yang menyebut gencatan senjata ini hanya bersifat sementara. Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan terus bertempur jika diperlukan, dengan dukungan penuh dari Presiden AS terpilih, Donald Trump. Ia juga memuji keberhasilan militer Israel di Lebanon dan Suriah sebagai faktor yang membuat Hamas menyetujui gencatan senjata. “Kami telah mengubah wajah Timur Tengah,” ujar Netanyahu dengan nada optimis.
Tantangan Menuju Perdamaian yang Berkelanjutan
Meskipun gencatan senjata ini membawa harapan, banyak analis melihatnya sebagai solusi sementara yang rentan terhadap kegagalan. Konflik ini tidak hanya dipicu oleh perbedaan politik antara Israel dan Hamas, tetapi juga oleh akar masalah yang lebih dalam, termasuk isu pendudukan, hak asasi manusia, dan kondisi kemanusiaan di Gaza.
Di sisi Hamas, gencatan senjata ini juga dipandang sebagai strategi untuk mendapatkan waktu dan ruang guna memperkuat posisinya di tengah tekanan militer Israel. Dengan ribuan warga Palestina yang masih berada dalam tahanan Israel, serta blokade yang membatasi kehidupan sehari-hari di Gaza, banyak yang skeptis bahwa perdamaian sejati dapat tercapai dalam waktu dekat.
Komunitas internasional, termasuk mediator utama seperti Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, memiliki peran penting dalam memastikan bahwa gencatan senjata ini tidak hanya menjadi jeda sementara dalam konflik yang lebih besar. Namun, tanpa komitmen yang jelas dari kedua belah pihak untuk mengatasi akar penyebab konflik, jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan akan tetap sulit.
Harapan di Tengah Ketidakpastian
Di tengah situasi yang serba kompleks ini, harapan tetap ada. Gencatan senjata memberikan jeda bagi warga Gaza untuk bernapas sejenak, sementara keluarga sandera di Israel dapat melihat secercah harapan untuk reunifikasi. Namun, harapan ini tidak boleh dibayangi oleh kenyataan bahwa konflik ini masih jauh dari selesai.
Pernyataan Gideon Saar bahwa stabilitas regional hanya dapat dicapai dengan pelucutan kekuatan Hamas menunjukkan bahwa Israel masih memandang kelompok tersebut sebagai ancaman eksistensial. Sebaliknya, Hamas terus melihat dirinya sebagai perlawanan terhadap pendudukan dan blokade yang dilakukan oleh Israel. Dengan pandangan yang sangat bertolak belakang ini, prospek perdamaian tetap menjadi tantangan besar bagi semua pihak yang terlibat.
“Damai di Ujung Bara” mungkin adalah deskripsi paling tepat untuk situasi ini. Gencatan senjata ini memberikan jeda bagi semua pihak yang terlibat, tetapi bara konflik masih menyala di bawah permukaan. Masa depan Gaza, Israel, dan seluruh kawasan Timur Tengah akan sangat bergantung pada langkah-langkah selanjutnya yang diambil oleh para pemimpin dan komunitas internasional. Tanpa solusi jangka panjang yang menyeluruh, gencatan senjata ini mungkin hanya menjadi babak lain dalam sejarah panjang konflik yang belum menemukan akhirnya. By Kowantara
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal
Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!
Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang
Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah
Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir
Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!
Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir
Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat