Jakarta, Kowantaranews.com -Perbatasan Rafah, titik vital yang menghubungkan Gaza dan Mesir, menjadi saksi bisu dari sebuah perubahan besar dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Pada Jumat, 31 Januari 2025, pasukan pertahanan Israel (IDF) secara resmi menarik diri dari wilayah perbatasan tersebut, mengakhiri sembilan bulan penguasaan yang menutup akses bagi warga Gaza. Penarikan ini dilakukan sesuai dengan ketentuan perjanjian fase pertama gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025. Langkah ini tidak hanya menandai babak baru dalam upaya perdamaian, tetapi juga membuka harapan bagi ribuan warga Gaza yang telah lama menderita di bawah blokade dan konflik yang tak berkesudahan.
Penarikan Pasukan Israel: Langkah Menuju Gencatan Senjata
Penarikan pasukan IDF dari Rafah dilakukan setelah serangkaian negosiasi intensif antara Israel, Otoritas Palestina, dan mediator internasional. Gencatan senjata ini diharapkan menjadi fondasi untuk dialog perdamaian yang lebih luas, meskipun jalan menuju rekonsiliasi masih dipenuhi tantangan. Menurut Radio Angkatan Darat Israel yang dikutip oleh Anadolu, penarikan pasukan dilakukan secara bertahap dan diawasi ketat oleh pihak internasional untuk memastikan transisi yang aman dan teratur.
Setelah penarikan pasukan, Israel menyerahkan kendali atas perbatasan Rafah kepada pasukan internasional dari Uni Eropa (UE). Sebanyak 100 petugas perbatasan UE dikerahkan untuk mengatur keamanan dan memastikan kelancaran operasi di perlintasan tersebut. Langkah ini tidak hanya menunjukkan komitmen UE dalam mendukung gencatan senjata, tetapi juga menegaskan peran penting komunitas internasional dalam upaya menciptakan stabilitas di kawasan tersebut.
Baca juga : Damai di Ujung Bara: Gencatan Senjata Gaza yang Rapuh dan Penuh Ketegangan
Baca juga : Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal
Baca juga : Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Peran Uni Eropa dan Otoritas Palestina
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengumumkan melalui platform X bahwa misi perbatasan sipil UE telah dikerahkan ke Rafah atas permintaan Palestina dan Israel. “Eropa hadir untuk membantu,” tulis Kallas, menegaskan komitmen UE dalam mendukung proses perdamaian dan kemanusiaan di Gaza. Selain pasukan UE, Otoritas Palestina yang berpusat di Ramallah juga akan memainkan peran kunci dalam mengelola perlintasan Rafah dari sisi Palestina. Tugas mereka termasuk memberikan cap izin bagi warga Gaza yang ingin menyeberang ke Mesir untuk keperluan medis atau lainnya.
Penyerahan Rafah ke pasukan UE juga dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan Palestina. Dalam pernyataan tertulis, kementerian tersebut menyatakan bahwa perlintasan Rafah akan dibuka di bawah pengawasan pasukan Uni Eropa, menandai awal dari era baru bagi warga Gaza yang telah lama terisolasi.
Pembukaan Kembali Perbatasan Rafah
Pembukaan kembali perbatasan Rafah pada 1 Februari 2025 menjadi momen bersejarah bagi warga Gaza. Setelah sembilan bulan penutupan total, perbatasan ini akhirnya dibuka untuk memfasilitasi evakuasi medis dan pengiriman bantuan kemanusiaan. Ribuan warga Gaza yang menderita penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan kondisi kritis lainnya kini memiliki akses ke perawatan medis yang lebih baik di rumah sakit-rumah sakit Mesir.
Operasi evakuasi medis ini diawasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan melibatkan lebih dari 30 ambulans di sisi Mesir. Pasien dengan kondisi kronis akan dibawa ke rumah sakit besar seperti Sheikh Zuweid, Arish, dan Suez, sementara kasus-kasus kritis akan dirujuk ke Kairo. WHO memperkirakan sekitar 2.500 anak di Gaza membutuhkan perawatan medis mendesak, dan pada tahap pertama, 50 anak dijadwalkan untuk dievakuasi. Namun, hanya 37 yang berhasil menyeberang, sementara sisanya tidak dapat dievakuasi karena berbagai alasan, termasuk kematian dan kondisi kesehatan yang terlalu buruk.
Bantuan Kemanusiaan Mengalir ke Gaza
Selain evakuasi medis, pembukaan perbatasan Rafah juga dimanfaatkan untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza. Kapal-kapal bantuan dari Turki telah tiba di Pelabuhan Al-Arish, Mesir, membawa ribuan ton bahan makanan, obat-obatan, dan perlengkapan darurat. Kedutaan Besar Turki di Kairo melaporkan bahwa Ankara telah mengirim 14 kapal yang membawa 835 ton bantuan kemanusiaan, dengan kapal lain yang membawa 2.000 ton bantuan diperkirakan tiba dalam beberapa hari mendatang.
Bantuan ini akan dikirim ke Gaza melalui perlintasan Rafah, yang merupakan titik masuk vital bagi bantuan internasional. Selama sembilan bulan terakhir, blokade Israel telah membatasi akses bantuan ke Gaza, memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Pembukaan kembali perbatasan Rafah diharapkan dapat meringankan penderitaan warga Gaza dan memberikan harapan baru bagi mereka yang telah lama hidup dalam kondisi sulit.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun pembukaan kembali perbatasan Rafah dan penarikan pasukan Israel menandai langkah penting dalam upaya perdamaian, tantangan besar masih menghadang. Konflik yang telah berlangsung puluhan tahun tidak akan mudah diselesaikan, dan kepercayaan antara pihak-pihak yang bertikai masih sangat rendah. Namun, langkah-langkah konkret seperti gencatan senjata, penarikan pasukan, dan pembukaan perbatasan memberikan secercah harapan bagi masa depan yang lebih damai.
Komunitas internasional, termasuk Uni Eropa, PBB, dan negara-negara donor, memainkan peran kritis dalam mendukung proses ini. Bantuan kemanusiaan, evakuasi medis, dan upaya rekonsiliasi harus terus ditingkatkan untuk memastikan bahwa warga Gaza tidak hanya bertahan, tetapi juga memiliki kesempatan untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
Penarikan pasukan Israel dari Rafah dan pembukaan kembali perbatasan Gaza-Mesir menandai babak baru dalam konflik yang telah merenggut ribuan nyawa dan menghancurkan kehidupan jutaan orang. Langkah ini tidak hanya membuka akses bagi bantuan kemanusiaan dan perawatan medis, tetapi juga memberikan harapan bagi perdamaian yang lebih luas. Meskipun jalan menuju rekonsiliasi masih panjang, momen bersejarah ini menunjukkan bahwa perubahan positif masih mungkin terjadi, bahkan di tengah situasi yang paling sulit sekalipun. Gaza, yang telah lama bergetar di ambang kehancuran, kini bergetar di ambang perubahan sejarah. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Damai di Ujung Bara: Gencatan Senjata Gaza yang Rapuh dan Penuh Ketegangan
Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal
Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!
Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang
Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah
Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir
Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!
Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir
Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bah