Jakarta, Kowantaranews.com – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengejutkan dunia dengan pernyataan terbarunya yang menyatakan kesiapannya untuk mundur dari jabatannya jika langkah itu dapat membawa perdamaian bagi Ukraina. Pernyataan ini disampaikan di tengah kebuntuan perang yang telah memasuki tahun keempat dan terus memakan korban di kedua belah pihak.
Perang Ukraina telah berlangsung selama tiga tahun sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022. Sejak saat itu, Ukraina dan sekutunya di Barat berupaya melawan agresi Rusia, tetapi upaya diplomasi untuk mengakhiri perang selalu menemui jalan buntu. Tawaran mengejutkan dari Zelenskyy ini muncul sebagai langkah drastis yang diharapkan dapat membuka kembali jalur perundingan yang selama ini macet.
Syarat Pengunduran Diri Zelenskyy
Dalam pernyataannya pada Minggu (23/2) malam waktu setempat, Zelenskyy menegaskan bahwa ia tidak akan mundur begitu saja. Sebagai syarat utama, ia meminta agar Ukraina diterima sebagai anggota penuh dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Menurutnya, hanya dengan perlindungan NATO, Ukraina dapat memastikan keamanan jangka panjangnya dari ancaman Rusia.
“Jika pengunduran diri saya bisa membawa perdamaian bagi Ukraina, jika ini benar-benar yang diperlukan, maka saya siap. Namun, syaratnya adalah keanggotaan penuh Ukraina di NATO, agar rakyat kami tidak terus-menerus berada dalam ketakutan akan invasi berikutnya,” ujar Zelenskyy dalam pernyataannya.
Langkah ini menimbulkan berbagai reaksi dari komunitas internasional. Sekutu Ukraina, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, menyambut baik sikap terbuka Zelenskyy. Namun, Rusia langsung menolak gagasan keanggotaan Ukraina di NATO, menegaskan bahwa hal itu akan semakin memperumit situasi dan berpotensi meningkatkan ketegangan lebih lanjut.
Baca juga : Donald Trump Resmi Dilantik sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat, Janji Era Keemasan
Baca juga : Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal
Baca juga : Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Trump Tekan Zelenskyy untuk Pemilu
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan tekanan kepada Zelenskyy untuk segera mengadakan pemilihan umum di Ukraina. Trump bahkan menyebut Zelenskyy sebagai “diktator tanpa pemilu”, merujuk pada masa jabatan Zelenskyy yang telah melewati batas lima tahun pada 2024.
Pernyataan Trump ini memicu kontroversi, mengingat pemilu di Ukraina tidak bisa diselenggarakan selama negara berada dalam keadaan darurat. Ukraina sendiri telah menetapkan status darurat sejak invasi Rusia dimulai, yang secara hukum menunda penyelenggaraan pemilu nasional.
Trump juga mengklaim bahwa tingkat persetujuan warga Ukraina terhadap Zelenskyy telah merosot drastis, bahkan hanya mencapai 4 persen. Namun, klaim ini dibantah oleh Zelenskyy yang mengungkapkan hasil jajak pendapat terbaru menunjukkan dukungan publik kepadanya masih mencapai 63 persen. “Saya tidak akan memerintah selama puluhan tahun, tetapi saya juga tidak akan membiarkan Putin berkuasa atas wilayah Ukraina,” tegasnya.
Ketegangan antara Trump dan Zelenskyy juga terjadi dalam negosiasi mengenai eksploitasi sumber daya mineral Ukraina. Trump menekan Ukraina untuk menyerahkan bahan baku penting senilai 500 miliar dolar AS sebagai imbalan atas bantuan yang telah diberikan oleh AS. Zelenskyy menolak tawaran tersebut dan menegaskan bahwa perjanjian sumber daya harus disertai dengan jaminan keamanan bagi Ukraina.
“Saya tidak akan menandatangani kesepakatan yang membebani rakyat Ukraina selama 10 generasi ke depan,” ujar Zelenskyy, menegaskan bahwa kepentingan negaranya harus diutamakan di atas tekanan politik internasional.
Perubahan Politik di Jerman dan Dampaknya bagi Ukraina
Di tengah ketidakpastian global, politik Eropa juga mengalami pergeseran besar. Pemilu di Jerman telah menghasilkan kemenangan bagi Friedrich Merz, pemimpin konservatif yang akan menggantikan Olaf Scholz sebagai kanselir Jerman. Merz menyuarakan pentingnya Eropa bersatu dan mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat dalam hal pertahanan.
“Washington telah terlalu jauh mencampuri urusan politik Eropa, termasuk dalam pemilu Jerman. Kita harus lebih mandiri dan memperkuat pertahanan kita sendiri,” ujar Merz dalam pidatonya setelah kemenangan.
Merz juga mengkritik langkah Trump yang menghubungi Vladimir Putin untuk membahas penyelesaian perang tanpa melibatkan Ukraina dan negara-negara Eropa. Hal ini semakin memperjelas perbedaan pendekatan antara pemimpin Eropa dan Trump dalam menangani konflik Ukraina.
Tantangan Menuju Perdamaian
Meski tawaran Zelenskyy untuk mundur tampak seperti terobosan diplomatik, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Rusia belum memberikan respons resmi terhadap tawaran ini, tetapi para analis memperkirakan bahwa Moskwa tetap tidak akan setuju dengan keanggotaan Ukraina di NATO.
Selain itu, situasi politik di AS dan Eropa juga memengaruhi arah kebijakan terhadap Ukraina. Jika Trump memenangkan pemilu AS mendatang, pendekatan terhadap Ukraina bisa berubah drastis, mengingat ia telah berulang kali menyatakan skeptis terhadap dukungan besar-besaran kepada Kyiv.
Di sisi lain, rakyat Ukraina masih terbagi dalam menyikapi tawaran ini. Sebagian besar mendukung langkah-langkah menuju perdamaian, tetapi ada juga yang merasa bahwa mengundurkan diri di tengah perang dapat dianggap sebagai tanda kelemahan. Meskipun begitu, bagi Zelenskyy, langkah ini mungkin menjadi satu-satunya cara untuk membawa Ukraina keluar dari perang yang berkepanjangan.
Masa Depan Ukraina: Antara Harapan dan Ketidakpastian
Dengan semua dinamika ini, dunia kini menantikan bagaimana respons Rusia dan sekutu Barat terhadap tawaran Zelenskyy. Jika syarat keanggotaan NATO dapat dinegosiasikan, maka langkah ini mungkin menjadi titik balik yang akan mengubah jalannya sejarah Ukraina.
Namun, jika Rusia tetap menolak dan perang berlanjut, maka konflik ini bisa semakin berlarut-larut dengan dampak yang lebih luas bagi geopolitik global. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, satu hal yang pasti: dunia tengah berada di ambang titik balik besar dalam sejarah modern.
Apakah pengorbanan Zelenskyy akan membawa perdamaian, atau justru menjadi awal dari babak baru dalam konflik global? Waktu yang akan menentukan. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Donald Trump Resmi Dilantik sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat, Janji Era Keemasan
Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal
Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!
Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang
Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah
Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir
Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!
Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir
Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salem