• Jum. Jun 20th, 2025

KowantaraNews

Halal Gratis, Warteg Nge-Hits: Tanpa Drama, Cuma Solusi!

Ojol Offbid, Jakarta Macet, Makanan Nyangkut: Drama Tarif di Jalanan, Warteg Jadi Penutup!

ByAdmin

Mei 20, 2025
Sharing is caring

Jakarta, Kowantranews.com – Hari ini, ibu kota Indonesia menjadi saksi aksi protes besar-besaran yang digelar oleh ribuan pengemudi ojek online (ojol) di bawah bendera Gerakan Driver Indonesia (Garda Indonesia). Dengan mematikan aplikasi secara serentak—aksi yang dikenal sebagai offbid massal—dan turun ke jalan, sekitar 25.000 pengemudi dari Jabodetabek, Jawa, dan Sumatera menyuarakan tuntutan mereka akan keadilan tarif, regulasi yang lebih adil, dan perlindungan kerja. Aksi ini tak hanya mengguncang layanan transportasi online, tetapi juga menciptakan kemacetan parah di sejumlah titik strategis Jakarta, memengaruhi pesan-antar makanan, dan mendorong warga mencari pelarian di warteg sebagai penutup drama hari ini.

Latar Belakang Aksi: Frustrasi yang Memuncak

Aksi ini bukanlah yang pertama. Sejak 2022, pengemudi ojol telah berulang kali menyuarakan keluhan mereka terhadap potongan biaya aplikasi yang dianggap mencekik, tarif layanan yang tidak manusiawi, dan kurangnya perlindungan hukum. Menurut Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI), potongan aplikasi yang diberlakukan oleh platform seperti Gojek, Grab, dan Maxim sering kali mencapai 20-50%, bahkan hingga 70% dalam beberapa kasus, jauh melampaui batas maksimal 20% yang diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) No. KP 1001/2022.

“Bayangkan, dari Rp18.000 untuk antar makanan, kami cuma dapat Rp5.200. Sisanya ke mana? Aplikator bilang untuk promosi dan teknologi, tapi kami yang kerja di jalan, bensin, perawatan motor, semua dari kantong sendiri,” ujar Budi, seorang pengemudi ojol asal Jakarta Barat yang ikut dalam aksi.

Selain potongan, pengemudi juga menolak skema diskriminatif seperti “GrabBike Hemat,” “aceng” (tarif goceng) Gojek, serta program prioritas di aplikasi seperti ShopeeFood, Maxim, dan InDrive. Skema ini dianggap memecah belah pengemudi, karena hanya sebagian yang mendapat order prioritas, sementara lainnya harus bersaing dengan tarif rendah yang nyaris tidak cukup menutup biaya operasional.

Tuntutan Pengemudi: Keadilan dan Martabat

Aksi yang dimulai sejak pukul 00.00 WIB ini melibatkan aliansi besar, termasuk Asosiasi Pengemudi Ojek Online Bersatu (APOB), GOGRABBER, Tim Evaluasi Kebijakan Aplikator Bersama (TEKAB), Serikat Aksi Keadilan Ojol Indonesia (SAKOI), Gerakan Peduli Pengemudi dan Angkutan Kota (GEPPAK), dan SPAI. Mereka menuntut lima poin utama:

  1. Penurunan Potongan Aplikasi: Dari 20-50% menjadi maksimal 10%, sesuai regulasi pemerintah.
  2. Penghapusan Skema Diskriminatif: Menolak program seperti “hemat” atau “prioritas” yang merugikan sebagian besar pengemudi.
  3. Tarif Layanan yang Adil: Penetapan tarif penumpang, makanan, dan logistik yang transparan dan setara.
  4. Sanksi Tegas untuk Aplikator: Penegakan hukum terhadap pelanggaran regulasi seperti Kepmenhub No. 667/2022.
  5. Payung Hukum dan Perlindungan: Dimasukkan dalam RUU Ketenagakerjaan, jaminan sosial (BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan), serta fasilitas kerja seperti shelter, jaket, dan helm.

Selain itu, ada kekhawatiran terhadap potensi merger antara Grab, Gojek, dan Tokopedia, yang diyakini dapat menciptakan monopoli dan semakin menekan pengemudi. “Kami bukan cuma minta uang, kami minta martabat. Kami ingin dianggap sebagai mitra, bukan sekadar alat,” tegas Andi, koordinator Garda Indonesia.

Dampak Aksi: Jakarta Lumpuh, Makanan Nyangkut

Aksi offbid massal selama 24 jam diperkirakan melumpuhkan layanan transportasi online dan pesan-antar makanan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya seperti Medan, Palembang, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, Makassar, Manado, dan Ambon. Estimasi total pengemudi yang terlibat mencapai 250.000–500.000 secara nasional, menjadikan ini salah satu aksi terbesar dalam sejarah ojol di Indonesia.

Di Jakarta, unjuk rasa dipusatkan di empat titik strategis: Istana Merdeka, Kementerian Perhubungan, DPR RI, dan kantor aplikator seperti Gojek dan Grab. Sejak pukul 13.00 WIB, ribuan pengemudi dengan jaket hijau dan oranye memadati jalanan, membawa spanduk bertuliskan “Keadilan untuk Ojol!” dan “Stop Potongan Mencekik!”. Akibatnya, kemacetan parah terjadi di sekitar Jalan Medan Merdeka, Jalan Gatot Subroto, dan Jalan Sudirman. Garda Indonesia telah meminta maaf atas gangguan ini dan mengimbau masyarakat menyesuaikan jadwal perjalanan.

Layanan pesan-antar makanan juga terdampak. Banyak restoran melaporkan pesanan menumpuk karena kurangnya pengemudi aktif. “Biasanya saya pesan makan siang lewat GoFood, tapi hari ini aplikasi sepi, order nggak keambil. Akhirnya ke warteg dekat kantor,” kata Rina, seorang karyawan di Sudirman.

Warteg: Penutup Drama Jalanan

Di tengah kekacauan ini, warteg menjadi penyelamat bagi warga Jakarta yang terdampak gangguan layanan ojol. Warteg kekinian seperti Warteg Agung Gandaria di Jakarta Selatan ramai dikunjungi, tidak hanya karena makanannya yang terjangkau (Rp10.000–Rp20.000 per porsi), tetapi juga suasananya yang cozy dan Instagramable. “Hari ini ojol susah, jadi ya mending jalan kaki ke warteg. Malah seru, ketemu temen kantor di sini,” ujar Dika, seorang pengunjung.

Warung Pickers di Gandaria juga jadi tujuan populer. Dengan desain vintage dan live music, warteg ini menawarkan pengalaman nongkrong yang jauh dari kesan warteg tradisional. Menu seperti Indomie Aglio Tuna dan nasi rames dengan lauk beragam membuat pengunjung betah. Sementara itu, Fedwell Jakarta di Senopati menarik perhatian dengan konsep “warteg sehat” yang menyediakan bowl sehat dan suasana pink peach yang fotogenik.

Di tengah gangguan layanan ojol, Warteg Warmo di Jalan Tebet Timur Raya No. 1D, Tebet, Jakarta Selatan, menjadi penutup sempurna untuk drama jalanan ini. Berdiri sejak 1969—meskipun beberapa sumber menyebutkan sejak 1967—warteg ini dikenal sebagai “Warteg Mojok” karena lokasinya di pojokan jalan dan julukan yang diberikan oleh penyanyi dangdut legendaris Rhoma Irama, yang dulu tinggal hanya 300–500 meter dari warteg ini. Nama “Warmo” sendiri berasal dari karyawan bernama Darmo, yang sering dipanggil “Mo” oleh pendiri warteg, H. Dasir dan Hj. Tumuh, hingga akhirnya melekat sebagai nama warung.

Di Jakarta Pusat, Warteg Gaul Amat di Tanah Abang menjadi pilihan pekerja kantoran dengan ruang luas dan menu seperti jengkol cabe ijo yang menggugah selera. Bahkan, Warget Bahagia di Kemang Timur menawarkan pengalaman unik dengan konsep “Warung Joget,” di mana pengunjung bisa menikmati minuman dan musik upbeat. “Warteg jadi penutup yang pas. Ojol mogok, tapi perut nggak boleh mogok,” canda seorang pengunjung.

Baca juga : Saham Anjlok, Obligasi Meledak, Dolar Lesu: Utang AS Bikin Panik, Warteg Santai Tak Berdampak!

Baca juga : Kredit TPT: Baju Baru Industri, Tapi Bank Masih Pilih-Pilih, Beda Sama Warteg yang Selalu Ramah ke Dompet!

Baca juga : IKN: Kota Baru, Warteg Ditolak, Swasta Harus Cepu!

Respons Pemerintah dan Aplikator

Kementerian Perhubungan, melalui Menteri Dudy Purwagandhi, mengaku sedang membahas perlindungan pekerja digital, tetapi belum ada regulasi spesifik yang final. Pekan lalu, Kemenhub memanggil perwakilan Grab, Gojek, Maxim, dan InDrive untuk mengevaluasi keluhan potongan tarif, namun hasilnya belum memuaskan pengemudi. “Kami dorong dialog, tapi aplikator harus patuh pada regulasi,” kata Dudy.

Sementara itu, Gojek dan Grab membela kebijakan potongan mereka, mengklaim dana digunakan untuk promosi, pengembangan teknologi, dan insentif pelanggan. “Tanpa potongan, kami sulit bersaing dan menjaga kualitas layanan,” ujar perwakilan Grab. Namun, pengemudi menilai alasan ini tidak cukup, karena pendapatan bersih mereka sering kali di bawah upah minimum.

Kementerian Ketenagakerjaan juga didesak untuk memasukkan perlindungan ojol dalam RUU Ketenagakerjaan. “Pengemudi ojol adalah pekerja, bukan sekadar mitra. Mereka berhak atas jaminan sosial dan perlindungan hukum,” tegas perwakilan SPAI.

Makna Aksi dan Masa Depan Ojol

Aksi 20 Mei 2025 ini bukan sekadar protes, tetapi juga simbol solidaritas pengemudi ojol yang merasa diabaikan. Ancaman “tindakan tegas” terhadap pengemudi yang tidak ikut offbid menunjukkan tekad kuat untuk menjaga persatuan, meskipun berpotensi memicu ketegangan di lapangan.

Bagi masyarakat, aksi ini menjadi pengingat akan ketergantungan pada layanan ojol dan pentingnya mendukung keadilan bagi pekerja digital. Sementara itu, warteg-warteg kekinian menjadi oase di tengah kekacauan, membuktikan bahwa makanan rumahan tetap jadi penutup terbaik untuk drama jalanan Jakarta.

Jika tidak ada respons konkret dari pemerintah dan aplikator, pengemudi mengancam akan menggelar aksi lebih besar. Untuk saat ini, Jakarta harus bersiap menghadapi kemacetan dan “makanan nyangkut,” sambil menikmati hidangan warteg yang setia menemani. By Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait

Saham Anjlok, Obligasi Meledak, Dolar Lesu: Utang AS Bikin Panik, Warteg Santai Tak Berdampak!

Kredit TPT: Baju Baru Industri, Tapi Bank Masih Pilih-Pilih, Beda Sama Warteg yang Selalu Ramah ke Dompet!

IKN: Kota Baru, Warteg Ditolak, Swasta Harus Cepu!

Sarjana Nganggur, SMK Juara Menganggur: Ekonomi Loyo, Lulusan Cuma Nongkrong di Warteg!

AS-China Tarif Damai Sementara, Indonesia Siap Cetak Cuan dari Warteg ke Pasar Global!

Deregulasi Bikin Impor Melaju, Industri Lokal Teriak: ‘Warteg Aja Lebih Terlindungi!’

Preman Ngepet di Warteg, Pengangguran Ngetem: Jabodetabek Jadi Ring Tinju Ormas!

The Fed Bikin BI Pusing, Rupiah Ngegas, Warteg Tetap Ramai!

Ojol Belum BPJS, Aplikator Bilang ‘Gaspol!’, Warteg Jadi Penutup Perut!

PHK Bikin Kantoran Jadi Penutup Warteg: Prabowo Geleng-Geleng, Orek Tempe Tetap Sold Out!

Jobless Jadi Trend, Dompet Ikut Send: BPS vs IMF Panas, Warteg Tetap Menang!

Ekonomi Loyo, Pengangguran Melejit: Warteg Tetap Ramai, Tapi Dompet Makin Sepi!

Ekonomi Indonesia 2025: Konsumsi Loyo, Rupiah Goyang, Warteg Tetap Jaya!

PMI Anjlok, IKI Goyang, Warteg Tetap Jaya: Industri Indonesia Lawan Badai Tarif Trump!

PHK Mengintai, Tarif Trump Menghantui, Warteg: Tenang, Ada Telor Dadar!

Warteg Halal Harap-Harap Cemas: UMKM Indonesia Lawan Tarif Trump dan Gempuran Impor China!

Prabowo Jalan-jalan ke China, ASEAN Cuma Dapat Senyum dari

GPN & QRIS: Warteg Go Digital, Transaksi Nusantara Gaspol, AS Cuma Bisa Cemas!

Indonesia vs AS: Tarif Impor Bikin Heboh, Warteg Jagokan Dompet Digital!

Utang Rp 250 Triliun Numpuk, Pemerintah Frontloading Biar Warteg Tetep Jualan Tempe!

Indonesia ke AS: ‘Tarif Dikurangin Dong, Kami Beli Energi, Kedelai, Sekalian Stok Warteg!’

TikTok Tawar Tarif: AS-China Ribut, Indonesia Santai di Warteg!

Kelapa Meroket, Warteg Meratap: Drama Harga di Pasar Negeri Sawit!

Trump Tarik Tarif, Rupiah Rontok, Warteg pun Waswas: Drama Ekonomi 2025!

Danantara dan Dolar: Prabowo Bikin Warteg Nusantara atau Kebingungan?

Warteg Lawan Tarif Trump: Nasi Oreg Tempe Bikin Dunia Ketagihan!

Perang Melawan Resesi: UMKM Indonesia Bersenjatakan E-Commerce & KUR, Pemerintah Salurkan Rp171 Triliun untuk Taklukkan Pasar ASEAN!

Gempuran Koperasi Desa Merah Putih: 70.000 Pusat Ekonomi Baru Siap Mengubah Indonesia!

1 Juta Mimpi Terhambat: UMKM Berjuang Melawan Kredit Macet

Warteg Jadi Garda Terdepan Revolusi Gizi Nasional!

Skema Makan Bergizi Gratis: Asa Besar yang Membebani UMKM

Revolusi Gizi: Makan Gratis untuk Selamatkan Jutaan Jiwa dari Kelaparan

Gebrakan Sejarah: Revolusi Makan Bergizi Gratis, Ekonomi Lokal Bangkit!

PPN 12 Persen: Harapan atau Ancaman Bagi Ekonomi Rakyat?

Setengah Kekayaan Negeri dalam Genggaman Segelintir Orang: Potret Suram Kesenjangan Ekonomi Indonesia

Menuju Indonesia Tanpa Impor: Mimpi Besar atau Bom Waktu?

Gebrakan PPN 12 Persen: Strategi Berani yang Tak Menjamin Kas Negara Melejit!

Rupiah di Ujung Tanduk: Bank Indonesia Siapkan “Senjata Pamungkas” untuk Lawan Gejolak Dolar AS!

PPN Naik, Dompet Rakyat Tercekik: Ancaman Ekonomi 2025 di Depan Mata!

12% PPN: Bom Waktu untuk Ekonomi Rakyat Kecil

Prabowo Hadapi Warisan Beban Utang Raksasa: Misi Penyelamatan Anggaran di Tengah Tekanan Infrastruktur Jokowi

Rapat Elite Kabinet! Bahlil Pimpin Pertemuan Akbar Subsidi Energi demi Masa Depan Indonesia

Ekonomi Indonesia Terancam ‘Macet’, Target Pertumbuhan 8% Jadi Mimpi?

Janji Pemutihan Utang Petani: Kesejahteraan atau Jurang Ketergantungan Baru?

Indonesia Timur Terabaikan: Kekayaan Alam Melimpah, Warganya Tetap Miskin!

Menuju Swasembada Pangan: Misi Mustahil atau Harapan yang Tertunda?

QRIS dan Uang Tunai: Dua Sisi dari Evolusi Pembayaran di Indonesia

Ledakan Ekonomi Pedas: Sambal Indonesia Mengguncang Dunia!

Keanekaragaman Hayati di Ujung Tanduk: Lenyapnya Satwa dan Habitat Indonesia!

Indonesia Menuju 2045: Berhasil Naik Kelas, Tapi Kemiskinan Semakin Mengancam?

Food Estate: Ilusi Ketahanan Pangan yang Berujung Malapetaka ?

Menjelang Akhir Jabatan, Jokowi Tinggalkan PR Besar: Pembebasan Lahan IKN Tersendat!

Pangan Indonesia di Ujung Tanduk: Fase Krusial Beras dan Gula Menuju Krisis!

Tambang Pasir Laut: Ancaman Mematikan bagi Ekosistem dan Kehidupan Pesisir Indonesia!

Duel Menteri Jokowi: Ekspor Pasir Laut atau Hancurkan Lautan Indonesia?

Lonjakan Konsumsi di Tengah Tekanan Ekonomi: Masyarakat Indonesia Bertahan dengan Tabungan!

Hilirisasi Tambang: Mesin Pertumbuhan Ekonomi yang Tak Kunjung Menyala

Impor Lagi? Karena Produksi Pangan Lokal Terlalu Mewah untuk Rakyat!

Stop! Impor Makanan Mengancam! Ketahanan Pangan Indonesia di Ujung Tanduk!

Selamat Datang di Kawasan Lindung: Hutan Hilang Dijamin!

Kongsi Gula Raksasa: Kuasai Tanah, Singkirkan Hutan di Merauke!

Ekspor Pasir Laut Dibuka: Keuntungan Instan, Kerusakan Lingkungan Mengancam Masa Depan!

APBN 2025: Anggaran Jumbo, Stimulus Mini untuk Ekonomi

“Investasi di IKN Melonjak, Tapi Pesawatnya Masih Cari Parkir”

Mandeknya Pengembalian Aset BLBI: Ujian Nyali dan Komitmen Pemerintah

Jeratan Hukum Fify Mulyani dalam Kasus Poligami dan Tindak Pidana Pencucian Uang

Skandal Kuota Haji Khusus: Dugaan Penyelewengan di Balik Penyelenggaraan Haji 2024

IKN di Persimpangan: Anggaran Menyusut, Investasi Swasta Diharapkan

Warteg Menolak IKN, Apa Warteg Menolak IKAN ?

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salemba Jakarta Pusat

Natal Di Jepang, Kentucky Fried Chicken (KFC) Salah Satu Makanan Favorit

Pedagang Warteg Semakin Sulit Harga Beras Naik

Yabie Cafe Tempat Bersantai Kekinian di Kranji Bekasi

Nongkrong Sambil Mencicip Surabi dengan Beragam Topping di Bandung

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *