• Sen. Apr 28th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Korupsi Membara, Elite Bertumbangan! Serbia dalam Cengkeraman Revolusi yang Tak Bisa Dihentikan!

ByAdmin

Mar 18, 2025
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com     — Serbia sedang terbakar. Bukan oleh api yang kasatmata, tetapi oleh gelombang kemarahan rakyat yang meluluhlantakkan fondasi kekuasaan elite politik. Sejak November 2024, negara Balkan ini terseret dalam pusaran revolusi anti-korupsi yang tak terelakkan. Runtuhnya atap Stasiun Novi Sad—yang menewaskan 15 jiwa—menjadi percikan awal dari ledakan kebencian terhadap rezim yang dianggap korup, oligarkis, dan terasing dari rakyat. Kini, jalan-jalan di Belgrade hingga desa-desa terpencil dipadati massa yang menuntut perubahan radikal. Mereka bersumpah: “Revolusi ini tak akan berhenti sampai korupsi dibakar habis!”

Darah di Novi Sad: Tragedi yang Membongkar Borok Korupsi

Malam itu, 23 November 2024, menjadi saksi bisu kelalaian yang memalukan. Stasiun Novi Sad—bangunan megah yang baru direnovasi dengan anggaran 12 juta euro pada 2022—runtuh seperti kertas lembap. Lima belas nyawa hilang dalam sekejap: anak-anak, orang tua, dan pekerja yang tak tahu menahu soal permainan kotor di balik proyek itu.

Investigasi independen mengungkap fakta mencengangkan: material bangunan berkualitas rendah, dokumen tender palsu, dan pengawas proyek yang “dibungkam” dengan suap. Kontraktor, yang diduga dekat dengan Partai Progresif Serbia (SNS), kabarnya mengantongi dana besar sambil mengorbankan nyawa warga. Publik marah. Mereka tahu, ini bukan kecelakaan—ini pembunuhan sistematis oleh korupsi.

Dua nama mencuat: Milos Vucevic, Wali Kota Novi Sad saat proyek berjalan, dan Tomislav Momirovic, Menteri Perhubungan kala itu. Keduanya, yang kini menduduki jabatan strategis (Vucevic sebagai Perdana Menteri dan Momirovic sebagai Menteri Perdagangan), dipaksa mundur di bawah tekanan massa. Tapi bagi rakyat, pengunduran diri itu hanya sandiwara. “Mereka mundur, tapi sistem busuk ini tetap hidup!” teriak Stasa Cvetkovic, mahasiswa Universitas Belgrade yang jadi penggerak unjuk rasa.

Baca juga : Dunia Terguncang! Duterte Ditangkap dan Diterbangkan ke Den Haag untuk Menghadapi Keadilan!

Baca juga : Eropa sebagai Penyelamat: Zelenskyy Mencari Sekutu Baru Setelah Dikhianati AS

Baca juga : Zelenskyy Siap Korbankan Tahta Demi Perdamaian, Dunia di Ambang Titik Balik!

Mahasiswa vs Rezim: Perlawanan Generasi yang Muak

Di jantung gelombang protes, ada suara lantang generasi muda Serbia. Ribuan mahasiswa—dengan bendera bertuliskan “Kami Bukan Budak Korupsi”—menguasai jalan-jalan Belgrade sejak November. Mereka tidur di tenda-tenda darurat, memasak dengan kompor portabel, dan berteriak hingga serak: “Kami tak mau hidup dalam negara yang dijual ke oligarki!”

Ivana, mahasiswa Universitas Novi Sad, dengan mata berkaca-kaca bercerita: “Ijazahku tak ada artinya. Di sini, pekerjaan hanya untuk mereka yang punya koneksi atau uang suap. Kami seperti tikus yang berlari di lingkaran setan!” Serbia, menurut Transparency International, berada di peringkat ke-105 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi 2024—lebih buruk dari Rwanda dan Kazakhstan.

Namun, mahasiswa Serbia bukanlah pendemo biasa. Mereka mewarisi tradisi perlawanan sejak era Yugoslavia. Tahun 1968, mereka mengguncang rezim komunis Tito. Tahun 1996-1997, mereka turun ke jalan melawan Slobodan Milosevic. Kini, di 2024, mereka kembali jadi ujung tombak revolusi—dengan strategi yang lebih cerdas: live streaming, hacktivisme, dan tekanan melalui media sosial.

“Kami belajar dari sejarah. Kali ini, kami tak akan berhenti sampai Vucic dan kroninya jatuh!” kata Marko, koordinator aksi di Novi Sad.

Rezim Berjubah Spyware: Pengawasan, Intimidasi, dan Paranoia

Di balik layar, pemerintah Serbia merespons dengan tangan besi. Amnesty International mengungkap, sejak Desember 2024, aparat menggunakan spyware Pegasus buatan Israel untuk menyadap puluhan jurnalis dan aktivis. Tak hanya itu, perangkat NoviSpy dan Cellebrite—didapatkan dari Uni Eropa pada 2019—dipakai untuk mengakses data pribadi, bahkan yang sudah dihapus dari ponsel.

“Mereka membaca pesan kami, melacak lokasi, bahkan merekam percakapan. Tapi ini justru membuktikan betapa takutnya mereka pada kebenaran!” ujar Ana Milovanovic, jurnalis investigatif yang menjadi target penyadapan.

Presiden Aleksandar Vucic, yang berkuasa sejak 2017, semakin paranoid. Dalam wawancara Februari 2025, ia menuduh “konspirasi asing senilai 3,1 miliar dolar” hendak menggulingkannya. “Mereka mau Serbia lemah, jadi boneka di Balkan!” katanya. Namun, rakyat menertawakannya. “Vucic pikir kami bodoh. Padahal, musuh sebenarnya ada di dalam—di istana para koruptor!” seru seorang demonstran.

Elite Bertumbangan: Pengunduran Diri yang Tak Menenangkan

Tekanan massa memaksa sejumlah menteri mengundurkan diri. Setelah Vucevic dan Momirovic, Goran Vesic—Menteri Perhubungan pengganti Momirovic—juga mundur pada Maret 2025. Tapi pengunduran diri ini dianggap sebagai strategi pencucian citra.

“Mereka hanya mengganti wajah, tapi sistemnya tetap sama. Kami tak mau menteri baru—kami mau sistem baru!” tegas Stasa.

Vucic berusaha meredam amuk massa dengan janji manis: kenaikan subsidi pendidikan tinggi dan reformasi birokrasi. Tapi rakyat sudah muak dengan janji kosong. “Kami tak percaya lagi! Selama 10 tahun, Vucic hanya bagi-bagi jabatan ke keluarganya dan kroni!” protes seorang ibu di pinggiran Belgrade.

Revolusi Tak Terbendung: Apa yang Akan Terjadi?

Gelombang protes di Serbia bukanlah insiden biasa. Ini adalah pemberontakan generasi yang menolak warisan korupsi transaksional. Di kota-kota kecil—yang dulu jadi basis kuat SNS—spanduk bertuliskan “Vucic Pengkhianat” kini menghiasi jalan.

Para analis memprediksi, rezim Vucic berada di ujung tanduk. Jika protes terus meluas, Serbia bisa mengulangi sejarah Revolusi Bulldozer 2000 yang menjatuhkan Milosevic. Namun, Vucic masih punya senjata: dukungan diam-diam dari Rusia dan China, serta retorika nasionalisme yang kerap dipakai untuk membungkam kritik.

Tapi mahasiswa tak gentar. “Kami sudah siap berkorban. Lebih baik mati daripada hidup dalam negara maling!” kata Ivana, sambil menunjukkan luka lebam di tangannya akibat bentrokan dengan polisi.

Epilog: Api yang Tak Bisa Dipadamkan

Serbia kini bagai bara dalam sekam. Setiap hari, ribuan orang bergabung dengan protes. Setiap malam, lagu-lagu revolusioner terdengar dari tenda-tenda pendemo. Mereka menyanyikan “Himna Slobode” (Lagu Kebebasan), yang populer sejak era Yugoslavia.

Di tengah situasi ini, dunia internasional mulai menyoroti Serbia. Uni Eropa mendesak investigasi independen atas kasus korupsi, sementara Amerika Serikat mengancam sanksi jika kekerasan terhadap demonstran terus terjadi.

Tapi bagi rakyat Serbia, ini bukan lagi tentang tekanan internasional. Ini tentang pertarungan hidup-mati melawan kanker korupsi. Seperti kata pepatah Balkan: “Api kecil bisa membakar hutan.” Dan api itu kini menyala-nyala—tak terkendali, tak terbendung, dan siap menghanguskan siapa pun yang berani menghalangi. By Kowantara

Liputan 6

  • Berita Terkait :

Dunia Terguncang! Duterte Ditangkap dan Diterbangkan ke Den Haag untuk Menghadapi Keadilan!

Eropa sebagai Penyelamat: Zelenskyy Mencari Sekutu Baru Setelah Dikhianati AS

Zelenskyy Siap Korbankan Tahta Demi Perdamaian, Dunia di Ambang Titik Balik!

Donald Trump Resmi Dilantik sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat, Janji Era Keemasan

Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal

Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!

Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!

Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang

Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah

Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir

Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!

Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir

Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS

Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup

Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!

Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global

Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan

Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa

Indonesia Bangkit: Dukungan Penuh untuk Palestina di Tengah Krisis Gaza, Jokowi Serukan Tindakan Dunia Setelah 1 Tahun Perang Israel-Gaza

Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi

Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon

Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam

Aliansi Global: Eropa, Arab, dan Dunia Muslim Bersatu untuk Wujudkan Palestina Merdeka di Tengah Konflik Gaza

Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!

Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!

Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang

Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB

Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!

Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina

Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia

Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional

Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!

IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat

Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik

Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan

Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai

Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza

“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024

Pendekatan Berani Sarah Friedland: Pidato Penghargaan di Festival Film Venesia Soroti Konflik Israel-Palestina

Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’

Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina

Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga

Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS

Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden

Sinergi Ekonomi: Kamala Harris Fokus Pada Tingginya Biaya Hidup dalam Pidato Kebijakan Ekonomi Pertama

Pertemuan Tingkat Tinggi di Shanghai: Upaya Stabilisasi Hubungan Ekonomi AS-Tiongkok di Tengah Ketegangan Perdagangan

Tantangan Ekonomi Triwulan III: Prospek Pertumbuhan di Bawah 5 Persen Akibat Perlambatan Industri dan Konsumsi

Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah

Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang

Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia

Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab

Diskusi Kelompok Terarah di DPR-RI: Fraksi Partai NasDem Bahas Tantangan dan Peluang Gen Z dalam Pasar Kerja Global

Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer

Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung

Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah

Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung

Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang

Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online

Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani

Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu

Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi

Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya

Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan

Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.

Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang

KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat

Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?

Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka 

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi

Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik

Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama

Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal

Kowartami  Resmikan  Warteg  Republik  Bahari Cabang Ke-4 Di Salem

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *