Gempa M7,7 dan Gencatan Senjata yang Diuji Darah
Jakarta, Kowantaranews.com -Gempa bumi magnitudo 7,7 mengguncang Myanmar pada 28 Maret 2025, menghancurkan infrastruktur di Sagaing, Mandalay, dan Naypyidaw. Lebih dari 1.644 jiwa tewas, 3.408 hilang, dan puluhan ribu terlantar. Dalam situasi kacau ini, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG)—kelompok anti-junta—mengumumkan gencatan senjata sepihak selama dua pekan untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan. Sayap militer NUG, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), menghentikan operasi di zona bencana dan berkoordinasi dengan PBB serta LSM untuk membangun kamp pengungsian.
Namun, junta militer pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing menolak merespons gencatan ini. Alih-alih menghentikan tembakan, militer justru melancarkan serangan udara ke wilayah yang dikuasai PDF, termasuk di Sagaing, hanya tiga jam pascagempa. Sebuah tim penyelamat yang berusaha mengevakuasi korban di Desa Let Yet Kone ditembaki helikopter Mi-35 buatan Rusia, menewaskan 12 anak dan guru. “Mereka menembak menembus tembok sekolah. Anak-anak berlarian, tapi peluru menghantam mereka,” kata seorang saksi yang selamat.
Bencana Alam vs Kekejaman Junta: Neraka di Sagaing
Sagaing, episentrum gempa, juga menjadi medan perang paling sengit sejak kudeta 2021. Wilayah ini dikenal sebagai basis perlawanan PDF, di mana militer kehilangan kendali atas 60% desa 56. Junta mengandalkan serangan udara untuk menekan gerilyawan, tetapi operasi ini sering mengorbankan warga sipil. Data Acled mencatat 600 serangan udara sejak 2021, dengan 155 korban sipil tewas hanya dalam setahun.
Pascagempa, militer memanfaatkan kerusakan infrastruktur untuk memperketat blokade. Jalan-jalan hancur, bandara lumpuh, dan jaringan komunikasi terputus, membuat distribusi bantuan internasional nyaris mustahil 1. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan kelangkaan obat bius, kantong darah, dan tenda medis 1. Ribuan pengungsi terpaksa tidur di ruang terbuka, sementara junta membatasi akses bantuan ke wilayah oposisi.
Baca juga : Korupsi Membara, Elite Bertumbangan! Serbia dalam Cengkeraman Revolusi yang Tak Bisa Dihentikan!
Baca juga : Dunia Terguncang! Duterte Ditangkap dan Diterbangkan ke Den Haag untuk Menghadapi Keadilan!
Baca juga : Eropa sebagai Penyelamat: Zelenskyy Mencari Sekutu Baru Setelah Dikhianati AS
Respons Internasional: Bantuan Terhambat, Diplomasi Mandek
Meski junta jarang meminta bantuan, kali ini Min Aung Hlaing terpaksa membuka pintu untuk dana asing. China, Rusia, dan India menjadi yang pertama mengirim tim penyelamat dan logistik. Beijing mengucurkan USD 13,8 juta, sementara Rusia mengirim tim medis. India mendatangkan rumah sakit lapangan dan kapal angkatan laut. Namun, bantuan ini dianggap politis—China dan Rusia adalah pemasok senjata terbesar junta, termasuk Sukhoi Su-30 dan Mi-35 yang digunakan dalam serangan mematikan .
ASEAN, di bawah kepemimpinan Malaysia, gagal memediasi. Filipina dan Malaysia mengirim personel medis, tetapi blok ini tetap tidak mengakui legitimasi junta 1. Sementara AS dan UE mengkritik keras serangan terhadap warga sipil, sanksi mereka belum menyentuh pasokan bahan bakar untuk pesawat tempur junta.
Akar Konflik: Kudeta 2021 dan Kebangkitan Perlawanan Sipil
Konflik Myanmar berawal dari kudeta Februari 2021, ketika junta menggulingkan Aung San Suu Kyi. Sejak itu, lebih dari 12.000 orang tewas dalam kekerasan politik, termasuk pembunuhan massal oleh militer. PDF—jaringan milisi sipil yang terdiri dari mahasiswa, petani, dan profesional—muncul sebagai kekuatan baru. Mereka membuat senjata rakitan dan menggunakan drone untuk melawan tank dan helikopter.
Kelompok etnis seperti Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) juga bergabung dengan PDF, menciptakan aliansi yang memperluas jangkauan perlawanan 10. “Kami tidak punya pilihan selain angkat senjata. Junta hanya memahami bahasa kekerasan,” kata Hera, komandan PDF berusia 18 tahun.
Dilema Kemanusiaan: Bencana yang Memperuncing Perang
Bencana alam sering menjadi momentum perdamaian, seperti gencatan senjata Natal 1914 di Perang Dunia. Namun di Myanmar, gempa justru memperlihatkan kegagalan diplomasi. Junta menggunakan krisis untuk mengonsolidasikan kekuasaan, sementara NUG berjuang membuktikan legitimasinya melalui respons kemanusiaan.
Serangan terhadap tim penyelamat dan sekolah—seperti di Let Yet Kone—menunjukkan betapa junta mengabaikan hukum humaniter. “Mereka membunuh anak-anak yang sedang minum kopi sebelum sekolah. Ini bukan perang, ini pembantaian,” desak Marie Manrique dari Federasi Palang Merah.
Masa Depan Suram: Myanmar di Ambang Kehancuran
Para analis memprediksi konflik akan berlarut-larut. Militer kehilangan 13.000 personel karena pembelotan dan kesulitan rekrutmen 6. Di sisi lain, PDF masih terbatas persenjataannya. “Tanpa pesawat tempur, kami seperti biji wijen melawan raksasa,” ujar Khin Sein, komandan drone perempuan PDF.
Dunia internasional pun terpecah. Rusia terus memasok senjata senilai USD 400 juta ke junta, sementara PBB hanya bisa mengutuk tanpa tindakan nyata 6. Jika tekanan global tidak ditingkatkan, Myanmar berisiko menjadi “Suriah baru”—konflik berkepanjangan dengan jutaan pengungsi dan kehancuran sistematis.
Darurat Kemanusiaan dan Ujian Bagi Peradaban
Tragedi Myanmar pascagempa 2025 adalah cermin kegagalan kolektif. Di satu sisi, bencana alam menghancurkan rumah dan nyawa; di sisi lain, perang saudara menghancurkan harapan. Gencatan NUG yang heroik terkubur oleh bom junta, sementara masyarakat internasional hanya menjadi penonton.
Seperti kata seorang guru di Sagaing: “Kami terjebak antara gempa dan peluru. Tidak ada yang aman—bahkan langit pun menjatuhkan kematian.” 10. Jika perdamaian tidak segera diraih, Myanmar akan tetap menjadi neraka yang membara, di mana bencana dan perang saling memangsa yang lemah. By Mukroni
Foto Kowantaranews
Dunia Terguncang! Duterte Ditangkap dan Diterbangkan ke Den Haag untuk Menghadapi Keadilan!
Eropa sebagai Penyelamat: Zelenskyy Mencari Sekutu Baru Setelah Dikhianati AS
Zelenskyy Siap Korbankan Tahta Demi Perdamaian, Dunia di Ambang Titik Balik!
Donald Trump Resmi Dilantik sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat, Janji Era Keemasan
Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal
Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!
Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang
Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah
Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir
Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!
Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir
Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salem