Jakarta, Kowantaranews.com – Dunia politik Amerika Serikat belum pernah se chaotic ini sejak reality show bertemu roket luar angkasa. Kemarin, pada tanggal 6 April 2025, lebih dari 1.200 kota di 50 negara bagian AS menjadi saksi unjuk rasa besar-besaran bertajuk “Hands Off,” sebuah protes yang seolah-olah mengatakan, “Tolong, jangan pegang apa pun lagi!” kepada duo paling kontroversial di panggung politik saat ini: Presiden Donald Trump dan “penasihat efisiensi” tidak resmi, Elon Musk. Dari Washington DC hingga Los Angeles, dari New York hingga Chicago—bahkan meluas ke Berlin, London, dan Lisbon—rakyat turun ke jalan dengan bendera terbalik, spanduk sarkastik, dan kemarahan yang cukup untuk menyalakan kota kecil. Tapi apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini soal efisiensi pemerintahan atau sekadar efek ketawa dari eksperimen politik paling absurd tahun ini?
Empat bulan sejak Trump kembali menduduki Gedung Putih setelah kemenangan di Pemilu 2024, rakyat AS sudah merasa seperti naik roller coaster tanpa sabuk pengaman. Kebijakan-kebijakan yang digulirkan—dari perang dagang yang bikin harga sabun mandi melambung hingga pemecatan massal pegawai federal—membuat banyak orang bertanya: ini serius atau prank tingkat tinggi? Dan di tengah kekacauan itu, masuklah Elon Musk, miliarder eksentrik yang biasanya sibuk mengirim roket ke Mars atau memposting meme di X, tapi kini jadi “penutup botol” di Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE)—ya, singkatan itu memang terdengar seperti lelet jalannya, tapi dampaknya cepat bikin orang pusing.
Awal Mula: Musk Masuk Gedung Putih
Kisah ini dimulai saat Trump, yang didukung dana melimpah dari Musk selama kampanye 2024, memutuskan untuk membayar utang budi dengan cara yang paling Trump: tanpa basa-basi dan tanpa aturan. Tanpa proses hukum formal, tanpa pelantikan, dan tanpa persetujuan Senat, Musk tiba-tiba diumumkan sebagai kepala DOGE, sebuah departemen baru yang katanya akan “memangkas lemak” dari birokrasi AS. “Elon adalah jenius efisiensi,” kata Trump dalam konferensi pers yang lebih mirip stand-up comedy daripada pidato resmi. “Dia bisa bikin Tesla jalan sendiri, jadi kenapa tidak bikin pemerintah jalan lebih cepat?”
Musk, dengan senyum khasnya yang setengah serius setengah bercanda, langsung mengambil alih. Dalam hitungan minggu, DOGE—yang entah kenapa terdengar seperti parodi koin kripto yang pernah dia promosikan—mengeluarkan keputusan brutal: 56.000 pegawai federal dipecat, 75.000 lainnya “diusulkan” untuk pensiun dini. “Ini seperti membuang bagian mobil yang tak perlu,” tweet Musk dari akun X-nya, disertai emoji roket dan tawa. Tapi bagi puluhan ribu keluarga yang tiba-tiba kehilangan penghasilan, ini bukan lelucon—ini bencana.
Baca juga : Korupsi Membara, Elite Bertumbangan! Serbia dalam Cengkeraman Revolusi yang Tak Bisa Dihentikan!
Baca juga : Dunia Terguncang! Duterte Ditangkap dan Diterbangkan ke Den Haag untuk Menghadapi Keadilan!
Reaksi Rakyat: Bendera Terbalik dan Spanduk Nyeleneh
Tanggal 6 April menjadi puncaknya. Koordinasi lelet tapi pasti lewat media sosial—ironi, mengingat Musk punya X—membawa jutaan orang ke jalanan. Di Washington DC, kerumunan memadati National Mall dengan spanduk bertulisan, “Efisiensi? Kami Cuma Mau Bisa Beli Sabun!” Di New York, seorang demonstran membawa replika roket SpaceX bertuliskan, “Kirim DOGE ke Mars, Bukan ke Kami!” Sementara di Los Angeles, sekelompok pelawak jalanan menggelar “Trump-Musk Roast” dadakan, lengkap dengan impersonator yang melempar dolar mainan ke penonton.
Bendera AS yang dikibarkan terbalik jadi simbol utama. Dalam tradisi Amerika, ini tanda negara dalam bahaya—dan bagi para pengunjuk rasa, bahayanya nyata. Harga kebutuhan pokok melonjak gara-gara perang dagang Trump dengan hampir semua negara yang punya pelabuhan. Dana pensiun dipotong dengan alasan “efisiensi anggaran.” Aturan toleransi dan afirmasi di sekolah serta kantor dibuang, diganti dengan retorika “kembali ke masa kejayaan” yang samar-samar. “Ini bukan efisiensi,” kata Maria Gonzalez, seorang mantan pegawai federal yang ikut protes di Chicago. “Ini seperti mereka main Monopoly dengan hidup kami, dan Musk yang pegang dadu.”
DOGE: Departemen atau Drama?
Di balik semua ini, DOGE jadi sorotan utama. Departemen yang katanya tak punya dasar hukum itu bergerak cepat—terlalu cepat, kata banyak orang. Pemecatan massal pegawai federal bukan cuma soal angka; itu soal cara. Tak ada pemberitahuan resmi, tak ada masa transisi. “Saya dapat email jam 3 pagi yang bilang, ‘Terima kasih atas pengabdian Anda, silakan kosongkan meja Anda besok,'” cerita John Delaney, analis data berusia 52 tahun yang kini jadi pengangguran. “Efisiensi macam apa ini? Saya bahkan nggak sempat ambil tanaman kaktus saya!”
Hakim federal akhirnya turun tangan, memvonis bahwa metode DOGE melanggar prosedur administratif. Tapi putusan itu, yang detailnya masih simpang siur, tak serta-merta membalikkan keadaan. “Musk dan Trump seperti duo superhero yang lupa baca buku pegangan,” kata Senator Elizabeth Warren dalam wawancara dengan CNN. “Mereka pikir efisiensi itu cuma soal tebas sana-sini, tapi ini pemerintahan, bukan perusahaan startup.”
Musk, tentu saja, tak tinggal diam. Dari akun X-nya, dia balas kritik dengan gaya khas: “Kalau Anda tak suka efisiensi, coba kerja di Tesla. Oh tunggu, Anda mungkin tak tahan 80 jam seminggu!” Tweet itu langsung viral, tapi bukannya meredakan amarah, malah bikin hashtag #HandsOffMusk trending worldwide.
Dunia Ikut Bersuara
Protes tak cuma di AS. Di Berlin, ratusan orang berkumpul di depan Kedutaan AS dengan spanduk, “Jangan Ekspor Drama Kalian ke Sini!” Di London, sebuah kelompok aktivis menggelar “DOGE Day,” lengkap dengan anjing-anjing berpakaian jas yang membawa papan bertulisan, “Kami Lebih Efisien dari Elon.” Lisbon, Paris, dan bahkan Tokyo ikut-ikutan, menunjukkan bahwa apa yang terjadi di AS bukan cuma urusan domestik—ini jadi tontonan global.
Bagi banyak orang di luar AS, Musk dan Trump adalah simbol kapitalisme liar yang kebablasan. “Dia miliarder yang bikin mobil listrik, tapi sekarang dia matiin lampu buat kami,” kata Hans Müller, pengunjuk rasa di Berlin. “Ini seperti film komedi, tapi kami yang bayar tiketnya dengan pajak.”
Efisiensi atau Efek Ketawa?
Jadi, apa yang sebenarnya kita saksikan? Apakah ini efisiensi pemerintahan ala Trump-Musk, atau cuma efek ketawa dari eksperimen politik yang kelewat batas? Bagi pendukung Trump, ini adalah janji kampanye yang ditepati: kurangi birokrasi, hemat anggaran, bikin Amerika “hebat lagi.” Tapi bagi jutaan pengunjuk rasa, ini adalah lelucon buruk yang harganya terlalu mahal—dibayar dengan pekerjaan, stabilitas, dan sedikit kewarasan.
Di tengah semua ini, Trump dan Musk tampak tak tergoyahkan. Trump terus menggelar rapat umum, menyebut para pengunjuk rasa “pecundang yang tak paham kehebatan.” Musk, sementara itu, sibuk memposting meme tentang “revolusi efisiensi” sambil sesekali menggoda ide mengirim drone SpaceX untuk “mengawasi protes.” Entah mereka benar-benar punya rencana atau cuma main tebak-tebakan, satu hal jelas: tag team ini berhasil bikin dunia tertawa—dan menangis—dalam waktu bersamaan.
Hari ini, 7 April 2025, protes masih berlanjut, meski intensitasnya mulai reda. Tapi pertanyaan besar tetap menggantung: akankah duo ini berhasil membuktikan bahwa efisiensi mereka bukan cuma omong kosong? Atau akankah “Hands Off” jadi awal dari perlawanan yang lebih besar? Satu yang pasti, dalam reality show politik ini, kita semua jadi penonton—mau tak mau. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Baca juga :
Dunia Terguncang! Duterte Ditangkap dan Diterbangkan ke Den Haag untuk Menghadapi Keadilan!
Eropa sebagai Penyelamat: Zelenskyy Mencari Sekutu Baru Setelah Dikhianati AS
Zelenskyy Siap Korbankan Tahta Demi Perdamaian, Dunia di Ambang Titik Balik!
Donald Trump Resmi Dilantik sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat, Janji Era Keemasan
Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal
Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!
Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang
Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah
Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir
Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!
Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir
Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal
Kowartami Resmikan Warteg Republik Bahari Cabang Ke-4 Di Salem