Jakarta, Kowantaranews.com — Kalau ada yang bilang sambal adalah penutup, ASEAN justru menjadikannya pembuka. Di tengah ancaman tarif impor ala Donald Trump yang pedas bak cabe rawit, ASEAN tidak cuma nyanyi lagu panik, tapi malah menggoreng strategi diplomasi ekonomi yang bikin dunia—termasuk Gedung Putih—harus kipas-kipas lidah. Bayangkan: solidaritas kawasan yang dibumbui humor warung tenda, data konkret, dan sedikit jurus TikTok yang gemoy. Ini bukan cuma soal tarif, ini soal bagaimana ASEAN memasak resep kemenangan yang bikin Trump mungkin memesan sambal terasi untuk rapat kabinet berikutnya!
Trump Hidangkan Tarif, ASEAN Siapkan Wajan
Semua dimulai pada 9 April 2025, ketika Presiden AS Donald Trump, dengan gaya khasnya yang bombastis, mengumumkan tarif impor resiprokal: 32-49% untuk Indonesia, Vietnam, Thailand, dan negara-negara ASEAN lainnya, serta tarif maut 125% untuk China. “Ini seperti Trump memesan sambal setan untuk seluruh Asia, padahal kami cuma minta burger biasa!” keluh seorang eksportir tekstil dari Surabaya. Tujuannya jelas: melindungi industri AS yang mulai tersedak bersaing dengan barang murah dari Asia, dari sepatu Vietnam sampai elektronik Thailand.
Tapi ASEAN bukan tipe yang lari ke tukang es cendol begitu lidah kepedesan. Dalam hitungan jam, para pemimpin ASEAN, dari Jakarta sampai Vientiane, sudah nyalakan kompor diplomasi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang sedang ngopi di sela pertemuan menteri keuangan ASEAN di Kuala Lumpur, langsung kirim pesan di grup WhatsApp bertajuk ASEAN Spicy Squad: “Bukan cuma sambal yang harus pedas, strategi kita juga harus nendang!” Hasilnya? AS yang awalnya pede dengan tarifnya malah kasih jeda 90 hari untuk negosiasi ulang. “Mereka kira kami bakal nangis, eh, kami malah bikin rendang balasan!” canda seorang diplomat Indonesia.
Resep Rahasia ASEAN: Tiga Bumbu Solidaritas
Layaknya membuat sambal terasi yang legendaris, ASEAN punya tiga bumbu utama untuk melawan tarif Trump:
- Penguatan Rantai Pasok Regional
ASEAN sadar, kalau cabe dan bawang impor langka, sambal bakal hambar. Makanya, fokus pertama adalah memastikan rantai pasok lokal anti-goyang. Misalnya, Indonesia dan Malaysia sepakat bangun pabrik pupuk bersama di Kalimantan. “Pupuk murah, cabe melimpah, petani senang, ekspor jalan!” ujar seorang petani dari Riau. Data Bank Dunia mencatat, rantai pasok intra-ASEAN menyumbang 24% dari total ekspor kawasan, dan angka ini diprediksi naik jadi 30% dalam tiga tahun berkat inisiatif ini. - Harmonisasi Standar Industri
Bayangkan gado-gado: bumbu kacang yang menyatukan tempe, tahu, dan kolplay. Itulah harmonisasi standar industri ala ASEAN. Lewat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), produk seperti tekstil Vietnam kini bisa masuk Indonesia cukup dengan satu sertifikasi. “Dulu, ekspor kaos ke Kamboja butuh label tiga bahasa, sekarang tinggal stempel ‘Made in ASEAN’—selesai!” kata CEO perusahaan garmen dari Bandung. Bahkan elektronik Thailand kini laris di Filipina tanpa drama birokrasi. - Perluasan Pasar Intra-ASEAN
Kalau AS mau main tarif, ASEAN punya 685 juta “pelanggan warung” sendiri. Perdagangan intra-ASEAN tumbuh 34% dalam dekade terakhir, terutama berkat Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). “Ini kayak buffet all-you-can-eat: tiap negara bawa lauk, tapi semua bisa nyicip,” kata pengamat ekonomi dari Singapura. Contohnya? Kopi susu Laos kini hits di kafe-kafe Jakarta, sementara mi instan Indonesia jadi camilan wajib di pasar malam Hanoi.
Baca juga : Konsesi atau Kompetisi? Indonesia Pilih Jadi Bos ASEAN, Bukan Bocah AS!
Baca juga : Trump Tarik Tarif, Indonesia Tarik Napas: Siapa Menang?
Baca juga : Trump Main Tarik Ulur, 50 Negara Pusing Tujuh Keliling
Sri Mulyani, Sang Chef Diplomasi
Di balik resep ini, ada sosok Sri Mulyani, yang dijuluki “Chef Keuangan ASEAN”. Dengan gaya santai tapi tajam, dia menjelaskan strateginya pakai analogi warung makan: “Kalau cabe lokal melimpah, buah naga kita sendiri, kenapa harus impor apel dari AS? AS naikkan tarif? Gapapa, kita jual ke tetangga dulu!” Logikanya sederhana tapi nendang: kalau pasar ASEAN kuat, ancaman tarif jadi kayak cabe yang kebanyakan garam—pedas, tapi ga bikin kapok.
Bahkan Malaysia dan Indonesia, yang kadang ribut soal rendang atau batik, kini kompak. “Kami sepakat, daripada debat siapa punya sambal terenak, mending bikin sambal yang bikin AS minta ampun,” ujar Menteri Perindustrian Malaysia sambil nyicip soto Betawi di sela rapat. Hasilnya, kedua negara mulai kolaborasi di sektor baja dan tekstil, dengan target ekspor intra-ASEAN naik 15% tahun depan.
Jurus Digital: QRIS sampai TikTok
ASEAN juga main di ranah digital, biar ga cuma sambal yang modern. Lewat Regional Payment Connectivity (RPC), pedagang di Pasar Petisah Medan kini bisa bayar supplier bawang dari Laos pakai QRIS. “Dulu transfer ke Laos seminggu, sekarang tiga detik—bisa sekalian pesan durian lewat WhatsApp!” tawa seorang pedagang. Data ASEAN Secretariat bilang, transaksi lintas batas via RPC tumbuh 40% sejak 2023, bikin UMKM jadi tulang punggung ekonomi kawasan.
Tapi yang bikin netizen heboh adalah jurus TikTok ASEAN. Untuk nunjukin solidaritas, ASEAN rilis video ASEAN Solidarity Dance, campuran tarian Saman, Zapin, Joget, sampai Tinikling. Dalam seminggu, video ini viral dengan 10 juta views, sampe anak muda di New York bikin #ASEANChallenge. “Trump mungkin punya Twitter, tapi kami punya TikTok!” ujar staf Kementerian Komunikasi Indonesia sambil unggah video joget, nebak aja sih
Rintangan: Biji Cabe di Sambal Diplomasi
Tapi, memasak sambal diplomasi ga selalu mulus. Ada tiga “biji cabe” yang bikin ASEAN harus hati-hati:
- Isu Myanmar
Konflik politik di Myanmar ibarat cabe rawit yang nyangkut di gigi. ASEAN coba mediasi lewat dialog inklusif, tapi junta militer tetap bandel. “Kami mau Myanmar ikut masak bareng, tapi ga boleh bikin sambal kami pahit,” tegas Menlu Retno Marsudi. Thailand dan Indonesia kini gencar dorong solusi damai biar ga ganggu harmonisasi. - Ketimpangan Kapasitas
Negara ASEAN ga semuanya punya “dapur” canggih. Singapura dan Malaysia mungkin udah pakai air fryer, tapi Laos dan Kamboja masih andalkan tungku kayu. ASEAN luncurkan program pelatihan digital untuk UMKM di negara berkembang, tapi butuh waktu. “Kami ga mau cuma Singapura yang jual sambal premium,” kata diplomat Filipina. - Tekanan AS-China
AS dan China ibarat dua pelanggan warung yang rebutan meja terbaik. ASEAN harus jaga netralitas, kayak sambal kecap yang cocok buat sate atau sushi. “Kami ga mau pilih sisi, tapi juga ga mau cuma jadi penutup,” ujar Menlu Singapura.
Momen Gemoy yang Viral
Di tengah seriusnya diplomasi, ASEAN punya momen-momen yang bikin media sosial ramai. Misalnya, saat Sri Mulyani dan Menperin Malaysia adu sambal di sela rapat:
“Sambal Indonesia kebanyakan garam, ya?” sindir Menperin Malaysia.
“Kalau sambal Malaysia, kurang pedas—cuma cocok buat anak TK!” balas Sri Mulyani sambil ketawa.
Atau ketika Prabowo kirim 10 ton cabe ke Filipina sebagai simbol kerja sama. Presiden Filipina balas kirim adobo dengan catatan: “Coba ini, lebih nendang dari tarif Trump!” Netizen langsung bikin meme “Cabe vs Adobo: The ASEAN Saga”.
Meja Negosiasi: Proposal Pedas untuk AS
Dengan semua bumbu ini, ASEAN siap hadapi AS di meja negosiasi. Proposalnya pedas tapi realistis:
- Skema Win-Win
AS boleh naikkan tarif, tapi harus investasi di infrastruktur digital ASEAN, seperti data center atau 5G. “Mau tarif 32%? Bayar dulu tol digital kami!” kata delegasi Indonesia. - Ancam Alihkan Pasar
ASEAN siap jual tekstil dan elektronik ke Uni Eropa atau Timur Tengah. “AS bukan satu-satunya yang doyan sambal. Arab Saudi minta level 10, EU minta yang organik!” ujar Menteri Perdagangan Thailand. - Diplomasi Budaya
Selain TikTok, ASEAN rencanakan festival kuliner di Washington DC, dengan menu rendang, pho, dan tom yum. “Biar Trump tahu, sambal kami ga cuma pedas, tapi juga bikin kangen!” canda panitia.
Kata Pakar: Jadi Masterchef, Bukan Koki Magang
Ekonom senior Bambang Brodjonegoro bilang seandainya benar , “ASEAN jangan cuma jadi penyuplai cabe mentah. Kami harus jadi masterchef yang bikin resep perdagangan dunia!” Sementara pengamat politik dari UGM menambahkan, “Ini lomba makan sambal. AS mungkin punya hot sauce, tapi ASEAN punya 100 varian yang bikin mereka keringetan!”
Sambal Bisa Didinginkan, Solidaritas Tetap Membara
Dalam 90 hari ke depan, ASEAN bakal terus “mengulek” strategi yang pedas di luar, manis di dalam. Kalau berhasil, ini bakal jadi bukti bahwa solidaritas kawasan bukan cuma jargon, tapi resep nyata untuk hadapi badai global. “Kuncinya simpel,” kata Sri Mulyani sambil nyicip sambal matah. “Diplomasi harus kayak sambal: bikin lawan kaget, tapi temen ketagihan!”
Epilog: Kabarnya, Trump memesan 100 botol sambal terasi usai baca proposal ASEAN. “This is spicy diplomacy!” katanya sambil kipas-kipas. Tapi ASEAN ga lengah—sambal berikutnya bakal bikin Gedung Putih batuk-batuk beneran! hehehehee. by Mukroni
Foto Kompas
- Baca juga :
Konsesi atau Kompetisi? Indonesia Pilih Jadi Bos ASEAN, Bukan Bocah AS!
Trump Tarik Tarif, Indonesia Tarik Napas: Siapa Menang?
Trump Main Tarik Ulur, 50 Negara Pusing Tujuh Keliling
Trump-Musk Tag Team: Efisiensi atau Efek Ketawa?
Dunia Terguncang! Duterte Ditangkap dan Diterbangkan ke Den Haag untuk Menghadapi Keadilan!
Eropa sebagai Penyelamat: Zelenskyy Mencari Sekutu Baru Setelah Dikhianati AS
Zelenskyy Siap Korbankan Tahta Demi Perdamaian, Dunia di Ambang Titik Balik!
Donald Trump Resmi Dilantik sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat, Janji Era Keemasan
Harapan Damai di Ujung Tanduk: Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Gagal
Uni Eropa Bersiap Guncang Dunia dengan Hentikan Hubungan dengan Israel!
Skandal Pemalsuan Catatan: Ajudan Netanyahu Diduga Ubah Fakta Penting di Tengah Krisis Nasional!
Jeritan Damai di Gaza: Harapan yang Hancur di Tengah Kobaran Api Perang
Agresi Israel terhadap Iran: Serangan Terencana dan Dampaknya di Timur Tengah
Kolonel Gugur, Perang Tak Berujung: Gaza Terbakar dalam Api Konflik Tanpa Akhir
Kejamnya Israel: Sebar Pamflet Jasad Sinwar, Picu Kecaman Dunia!
Netanyahu Terancam! Serangan Drone Mengguncang Rumahnya di Tengah Badai Perang Tanpa Akhir
Sanders Kritik Serangan Israel dan Serukan Penghentian Dukungan Senjata AS
Brutalitas Perang: Israel Gunakan Warga Sipil Palestina sebagai Tameng Hidup
Israel Serang Prajurit TNI di Lebanon: Arogansi di Atas Hukum, Dunia Terguncang!
Mahkamah Pidana Internasional Desak Penggunaan Istilah “Negara Palestina” oleh Institusi Global
Pertemuan Sejarah di Kairo: Fatah dan Hamas Bersatu Demi Masa Depan Gaza yang Tak Tergoyahkan
Kebiadaban Israel: Serangan Brutal Gaza Tewaskan 42.000 Warga Sipil Tak Berdosa
Khamenei: Serangan ke Israel Sah, Musuh Muslim Harus Bersatu Melawan Agresi
Kekejaman Israel: Serangan yang Memporak-porandakan Lebanon
Konspirasi Gelap Israel: Mossad Hancurkan Hezbollah dan Guncang Iran dari Dalam
Serangan Israel Tewaskan Nasrallah: Menabur Angin, Menuai Badai di Lebanon!
Politik Perang Netanyahu: Kekuasaan di Atas Penderitaan Rakyat!
Netanyahu Bicara Damai di PBB Sambil Kirim Bom ke Lebanon: Ironi di Tengah Perang
Semua Salah Kecuali Israel: Netanyahu Pidato di Depan Kursi Kosong PBB
Sidang Umum PBB 2024: Dunia di Ambang Kehancuran, Guterres Serukan Aksi Global!
Semangat Bandung Bangkit! Seruan Global untuk Akhiri Penindasan Palestina
Pembantaian di Lebanon: 274 Tewas dalam Serangan Israel yang Mengguncang Dunia
Pembelaan Buta Barat: Ribuan Serangan Israel Dibalas dengan Kebisuan Internasional
Serbuan Brutal Israel: Al Jazeera Dibungkam, Kebebasan Pers Terancam!
IDF Lempar Mayat Seperti Sampah: Kekejaman di Atas Atap Tepi Barat
Serangan Bom Pager Israel terhadap Hizbullah: Taktik, Dampak, dan Konteks Geopolitik
Israel Diminta ‘Pindah Kos’ dalam 12 Bulan, Dunia Menunggu Kunci Dikembalikan
Kisah Fiksi Terbaru dari Jewish Chronicle: Propaganda Hasbara Israel yang Tak Kunjung Usai
Jerman Hambat Ekspor Senjata ke Israel di Tengah Kekhawatiran Pelanggaran HAM di Gaza
“Genocide Joe” dan Klub Pecinta Perang: Drama Zionisme di Panggung Gaza 2024
Noa Argamani Klarifikasi: ‘Saya Tidak Pernah Dipukuli Hamas Selama Penahanan di Gaza’
Kamala Harris Kehilangan Dukungan Penting di Konvensi Demokrat Karena Isu Palestina
Konvensi Nasional Partai Demokrat 2024: Penetapan Kandidat, Pesan Kebebasan, dan Insiden Tak Terduga
Elon Musk Dipertimbangkan Masuk Kabinet Trump: Menguak Dinamika Politik dan Bisnis di AS
Pidato yang Tidak Pernah Ingin Disampaikan oleh Biden
Lampu Kuning dari Kelas Menengah RI: Menurunnya Daya Beli dan Dampak Sosial Ekonomi
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Daya Beli yang Melemah
Menjaga Stabilitas Ekonomi Indonesia di Tengah Tekanan Utang
Lonjakan Harga Kopi Robusta: Peluang dan Tantangan bagi Perkopian Indonesia
Mengintip Tingginya Biaya Hidup di Timor Leste: Air Mineral Rp 10 Ribu, Fenomena dan Faktor Penyebab
Sejarah Warteg: Evolusi dari Logistik Perang hingga Bisnis Kuliner Populer
Cerita Munculnya Warteg, Berawal untuk Logistik Prajurit Sultan Agung
Wajib Sertifikasi Halal UMKM Diundur ke 2026: Kebijakan dan Alasan Pemerintah
Teriak Pedagang Warteg Saat Harga Beras Dekati Rp 700 Ribu per Karung
Keren !, Sejumlah Alumni UB Mendirikan Koperasi dan Warteg Sahabat di Kota Malang
Ternyata Warteg Sahabat KOWATAMI Memakai Sistem Kasir Online
Ternyata Warteg Sahabat Berada di Bawah Naungan Koperasi Warung Sahabat Madani
Wow Keren !, Makan Gratis di Warteg Sahabat Untuk Penghafal Surat Kahfi di Hari Minggu
Warteg Sahabat Satu-Satunya Warteg Milenial di Kota Malang dengan Wifi
Warteg Sahabat Menawarkan Warteg Gaya Milenial untuk Kota Malang dan Sekitarnya
Republik Bahari Mengepakan Sayap Warteg ala Café di Cilandak Jakarta Selatan
Promo Gila Gilaan Di Grand Opening Rodjo Duren Cirendeu.
Pelanggan Warteg di Bekasi dan Bogor Kecewa, Menu Jengkol Hilang
KOWARTAMI Membuka Lagi Gerai Warteg Republik Bahari ke-5 di MABES Jakarta Barat
Ternyata Nasi Padang Ada yang Harganya Lebih Murah dari Warteg, Apa benar ?
Menikmati Menu Smoothies Buah Naga Di Laloma Cafe Majalengka
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ketika Pedagang Warteg Menanyakan Syarat Mendapatkan Satu Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Warteg Republik Bahari Di Bawah Kowartami Mulai Berkibar Di Penghujung Pandemi
Curhat Pemilik Warung Seafood Bekasi Ketika Omsetnya Belum Beranjak Naik
Trending Di Twitter, Ternyata Mixue Belum Mendapat Sertifikat Halal Dari BPJPH Kementerian Agama
Megenal Lebih Dekat Apapun Makanannya Teh Botol Sosro Minumannya, Cikal Bakalnya Dari Tegal