Jakarta, Kowantaranews.com -Pagi itu, langit di Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, tampak mendung. Rodin (40), seorang nelayan yang telah puluhan tahun menggantungkan hidupnya dari laut, bersiap untuk melaut. Namun, semangatnya tak lagi seperti dulu. Sejak enam bulan terakhir, hidupnya terasa kian sulit. Tanggul laut sepanjang lima kilometer berdiri kokoh, memisahkan dirinya dari lautan yang selama ini menjadi sumber penghidupan.
Tanggul laut yang dibangun dari bambu tersebut merupakan bagian dari proyek kerja sama antara dua perusahaan besar dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sejak 2023, proyek ini bertujuan membangun kawasan industri perikanan dan pelabuhan yang direncanakan akan berlangsung hingga 2028. Sayangnya, pembangunan ini membawa dampak besar bagi nelayan seperti Rodin. Ruang gerak mereka untuk melaut semakin terbatas, dan hasil tangkapan pun merosot tajam.
“Dulu, sebelum ada tanggul ini, saya cukup berlayar beberapa mil sudah dapat banyak ikan, seperti bandeng dan belanak,” ujar Rodin, Selasa (14/1/2025). Dulu, ia bisa membawa pulang sekitar 40 kilogram ikan setiap harinya. Kini, hasil tangkapannya anjlok menjadi rata-rata 5 kilogram per hari. Pendapatannya pun ikut merosot dari Rp 400.000 menjadi hanya Rp 100.000 per hari, yang sebagian besar habis untuk membeli bahan bakar.
Tanggul laut memaksa Rodin dan para nelayan lainnya untuk memutar jalur lebih jauh demi menjaring ikan. Ini membuat konsumsi bahan bakar melonjak drastis. Dalam sehari, Rodin harus menghabiskan sekitar 4 liter bensin, biaya yang terasa berat di tengah hasil tangkapan yang menurun. “Kadang hasil melaut tak cukup untuk beli bensin. Kami terpaksa berutang di warung demi bisa berangkat melaut lagi besok,” keluhnya.
Pagar Besi yang Membatasi Ruang Hidup
Fenomena serupa tidak hanya terjadi di Bekasi. Di pesisir utara Kabupaten Tangerang, Banten, nelayan juga menghadapi tantangan serupa. Pembangunan tanggul dan pagar laut yang didirikan demi kepentingan industri membuat nelayan terisolasi dari sumber penghidupan mereka. Laut yang dahulu bebas diakses kini menjadi wilayah terlarang.
Imron (52), nelayan asal Desa Dadap, Kabupaten Tangerang, mengungkapkan keresahannya. “Kami merasa seperti orang asing di laut sendiri. Dulu bebas melaut, sekarang ada pagar besi yang membentang. Kalau nekat menerobos, bisa dianggap melanggar hukum,” katanya.
Pagar-pagar itu dibangun untuk melindungi kawasan industri baru. Namun, kebijakan ini diambil tanpa mempertimbangkan dampak terhadap ribuan nelayan yang menggantungkan hidup dari laut. Hasil tangkapan mereka menyusut drastis, sementara biaya operasional melambung. Nelayan yang sebelumnya bisa pulang membawa hasil melimpah kini pulang dengan tangan hampa.
Baca juga : Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Baca juga : Paradoks Islami: Ketika Irlandia Lebih Islami dari Dunia Muslim!
Kehidupan Nelayan Kian Terjepit
Kondisi ini tak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga pada psikologis dan sosial para nelayan. Rodin mengaku sering merasa cemas dan putus asa. “Saya takut tidak bisa menyekolahkan anak-anak. Istri saya juga harus berhemat dalam belanja kebutuhan rumah tangga. Semua serba sulit,” ungkapnya.
Sementara itu, di Tangerang, para nelayan mulai beralih profesi. Beberapa mencoba menjadi buruh di kawasan industri yang ironisnya dibangun di atas lahan yang dahulu mereka manfaatkan. Namun, tak semua nelayan bisa beradaptasi. Usia yang tidak muda lagi dan keterampilan yang terbatas membuat mereka sulit bersaing di sektor lain.
Ketua Kelompok Nelayan Segarajaya, Saiful Anwar, menyebutkan bahwa penghasilan nelayan di desanya turun hingga 70 persen sejak tanggul berdiri. “Kami sudah berkali-kali menyuarakan aspirasi, tapi belum ada tanggapan serius. Pemerintah seolah tutup mata dengan penderitaan kami,” katanya.
Ketimpangan dalam Pembangunan
Pembangunan infrastruktur seringkali diidentikkan dengan kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Namun, dalam kasus ini, pembangunan justru melahirkan ketimpangan. Nelayan sebagai kelompok rentan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Mereka hanya menjadi penonton di tanah sendiri.
Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia, Dr. Luthfi Ramadhan, mengkritisi kebijakan ini. Menurutnya, pembangunan yang mengabaikan partisipasi masyarakat lokal berisiko menciptakan konflik sosial dan memperparah ketimpangan ekonomi. “Pemerintah seharusnya mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan yang melibatkan masyarakat terdampak. Jangan sampai pembangunan hanya menguntungkan segelintir pihak,” tegasnya.
Lebih lanjut, Dr. Luthfi menyarankan agar pemerintah segera melakukan evaluasi terhadap proyek pembangunan tanggul tersebut. Salah satunya dengan menyediakan akses yang adil bagi nelayan untuk melaut, atau bahkan memberikan kompensasi dan program pelatihan bagi mereka yang terdampak.
Harapan di Tengah Nestapa
Di tengah kesulitan yang dihadapi, para nelayan masih menyimpan harapan. Mereka berharap ada solusi konkret dari pemerintah dan perusahaan terkait. Rodin dan rekan-rekannya berharap bisa mendapatkan akses kembali ke laut atau setidaknya ada bantuan untuk meringankan beban hidup mereka.
“Kami tidak menolak pembangunan. Kami hanya ingin hak kami sebagai nelayan dihormati. Beri kami ruang untuk mencari nafkah di laut,” kata Rodin dengan mata berkaca-kaca.
Saiful Anwar juga mendesak pemerintah untuk duduk bersama nelayan mencari solusi terbaik. Ia berharap ada dialog terbuka yang melibatkan semua pihak terkait. “Jangan hanya berpihak pada pengusaha. Kami pun rakyat Indonesia yang berhak mendapatkan kehidupan yang layak,” ujarnya.
Penderitaan nelayan di pesisir Bekasi dan Tangerang adalah potret nyata bagaimana pembangunan yang tidak inklusif dapat mengorbankan kelompok rentan. Di balik megahnya proyek industri dan pelabuhan, ada jeritan nelayan yang terpinggirkan. Jeritan yang semestinya menjadi pengingat bahwa pembangunan sejati adalah yang membawa kesejahteraan bagi semua, bukan hanya segelintir orang.
Kini, semua mata tertuju pada langkah pemerintah dan perusahaan. Akankah mereka mendengar jeritan nelayan dan bertindak? Ataukah pagar-pagar besi itu akan terus menjadi simbol ketidakadilan yang membelenggu hak hidup para penjaga laut nusantara? By Kowantara
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari