Jakarta, Kowanataranews.com – Dalam dunia politik yang semakin terpolarisasi, pertukaran sindiran antara Presiden AS Donald Trump dan aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg kembali mencuri perhatian global. Kali ini, pemicunya adalah insiden dramatis “Global Sumud Flotilla”, misi kemanusiaan yang bertujuan menembus blokade Israel terhadap Gaza. Apa yang dimulai sebagai upaya damai untuk mengirim bantuan ke wilayah yang dilanda krisis, berubah menjadi arena pertarungan verbal antara dua figur ikonik yang sering bertentangan: seorang pemimpin konservatif berusia 79 tahun dan seorang aktivis berusia 22 tahun yang mewakili generasi muda progresif.
Semuanya bermula pada akhir September lalu, ketika Global Sumud Flotilla – koalisi lebih dari 40 kapal yang membawa sekitar 500 aktivis, anggota parlemen, dan relawan dari berbagai negara – berlayar dari Barcelona, Spanyol, menuju Gaza. Misi ini, yang dikoordinasikan oleh organisasi seperti Freedom Flotilla Coalition, bertujuan mengirimkan makanan, air bersih, obat-obatan, dan peralatan medis ke warga Palestina yang menghadapi kelaparan massal akibat blokade laut Israel yang telah berlangsung 16 tahun. Di antara para peserta terdapat nama-nama besar, termasuk cucu Nelson Mandela, Mandla Mandela, serta Greta Thunberg, yang sebelumnya telah ditahan Israel pada Juni 2025 dalam upaya serupa.
Thunberg, yang dikenal dengan kampanye iklimnya sejak usia remaja, bergabung untuk menyoroti krisis kemanusiaan di Gaza. “Kami bertindak ketika pemerintah dunia gagal memenuhi kewajibannya,” katanya dalam wawancara dengan BBC sebelum keberangkatan. Dia menuduh Israel melakukan “genosida” terhadap warga Palestina, sebuah tuduhan yang didukung oleh laporan komisi PBB bulan lalu yang menyatakan adanya kelaparan yang menimpa ratusan ribu orang di Gaza akibat pembatasan bantuan. Namun, Israel membantah keras, menyebut flotilla sebagai “yacht selfie” atau aksi pencitraan yang menguntungkan Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza. “Blokade kami legal dan diperlukan untuk keamanan,” tegas Kementerian Luar Negeri Israel.
Puncak ketegangan terjadi pada 1-2 Oktober, ketika Angkatan Laut Israel mencegat armada tersebut di perairan internasional, sekitar 70 mil laut dari pantai Gaza. Video yang dirilis Kementerian Luar Negeri Israel menunjukkan pasukan bersenjata naik ke kapal-kapal, termasuk yang dinaiki Thunberg. Aktivis itu terlihat duduk di dek kapal, diberi air dan jaket oleh tentara Israel, sebelum ditahan bersama ratusan orang lainnya. Sebanyak 437 orang, termasuk 171 yang dideportasi ke Yunani pada 6 Oktober, dibawa ke pelabuhan Ashdod untuk diproses. Satu kapal, Mikeno, dilaporkan lolos blokade dan mencapai perairan Gaza, meski komunikasinya terputus.
Selama penahanan, laporan mistreatment mulai bermunculan. Thunberg, dalam surat kepada pejabat Swedia yang dilihat The Guardian, menggambarkan kondisi sel yang “penuh kutu”, makanan dan air yang tidak mencukupi, serta pelecehan verbal. “Mereka menutupi saya dengan bendera Israel sambil berfoto selfie,” katanya, menuduh pasukan Israel memperlakukan dirinya lebih keras daripada aktivis lain. Anggota flotilla lain melaporkan ancaman anjing, penunjukan senjata, dan kurang tidur. Israel membantah semua tuduhan, menyebutnya “omong kosong tak berdasar” dan menegaskan bahwa Thunberg tidak mengeluh selama di tahanan.Kedatangan Thunberg di Bandara Athena pada 6 Oktober disambut sorak-sorai pendukung.
Dengan tinju terangkat, dia berpidato: “Saya bisa bicara panjang tentang penyalahgunaan kami, tapi itu bukan cerita utama. Genosida sedang terjadi di depan mata dunia – genosida langsung. Tak ada yang bisa bilang mereka tak tahu.” Pernyataannya itu memicu gelombang solidaritas di media sosial, dengan tagar #FreeGaza dan #StandWithGreta merajai X (sebelumnya Twitter).
Masuklah Donald Trump ke panggung. Pada konferensi pers di Oval Office pada 6 Oktober, saat ditanya tentang deportasi aktivis tersebut, Trump langsung menyela jurnalis. “Dia hanya seorang pembuat onar… Dia tak lagi peduli lingkungan, sekarang dia ke ini? Dia punya masalah manajemen amarah, menurutku dia harus pergi ke dokter. Dia begitu marah, begitu gila. Kalian boleh ambil dia,” katanya sambil tertawa, seperti dilaporkan Times of Israel dan Fox News. Komentar itu menggemakan sindiran lamanya terhadap Thunberg sejak 2019, ketika dia mengejek aktivis itu sebagai “gadis muda yang sangat bahagia” setelah dinobatkan Time Magazine sebagai Person of the Year.
Thunberg tak tinggal diam. Keesokan harinya, 7 Oktober, dia memposting tanggapan sarkastik di Instagram, yang langsung viral dengan jutaan like. “Saya dengan senang hati akan menerima rekomendasi yang Anda miliki untuk mengatasi ‘masalah manajemen amarah’ ini, karena – menilai dari rekam jejak Anda yang mengesankan – Anda sepertinya juga mengalaminya.” Postingan itu disertai foto dirinya di flotilla, dengan caption yang menekankan urgensi bantuan Gaza. Responsnya memicu tawa dan dukungan luas, termasuk dari selebriti seperti Mark Ruffalo dan organisasi hak asasi manusia Amnesty International.
Kronologi Diplomasi Gaza: Negosiasi Perdamaian 5-6 Oktober 2025 di Mesir
Pertukaran ini bukan sekadar hiburan politik; ia mencerminkan perpecahan mendalam di panggung global. Di satu sisi, Trump – yang baru saja memulai negosiasi tidak langsung dengan Hamas di Kairo untuk rencana perdamaian Gaza-nya – mendukung posisi Israel sepenuhnya. “Kami punya peluang bagus untuk kesepakatan abadi,” katanya, menekankan perdamaian Timur Tengah di luar Gaza. Di sisi lain, Thunberg mewakili suara generasi yang melihat krisis Gaza sebagai ekstensi ketidakadilan iklim dan hak asasi. Kritikus Trump menyebut komentarnya seksis dan meremehkan, sementara pendukungnya memuji keberaniannya melawan “aktivisme radikal”.
Sementara itu, situasi di Gaza tetap mencekam. Pada 7 Oktober, setidaknya 10 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel, menurut otoritas kesehatan setempat. Flotilla gagal menembus blokade, tapi telah menarik perhatian dunia pada penderitaan 2,3 juta penduduk Gaza, di mana kelaparan dan kekurangan air menjadi senjata perang. Negara seperti Afrika Selatan dan Turki mengutuk penahanan flotilla sebagai pelanggaran hukum internasional.
Apakah pertukaran Trump-Thunberg ini akan mereda? Sejarah menunjukkan tidak. Dari sindiran 2019 hingga kini, keduanya seperti dua sisi koin: satu mewakili status quo, yang lain perubahan radikal. Yang pasti, insiden ini telah memperkuat narasi global tentang Gaza – dan mengingatkan bahwa di balik tweet dan pidato, ada nyawa manusia yang bergantung pada aksi nyata. Saat negosiasi Trump di Kairo berlanjut, dunia menunggu: apakah ini langkah menuju perdamaian, atau hanya babak baru dalam drama panjang Timur Tengah? By Mukroni
Kronologi Diplomasi Gaza: Negosiasi Perdamaian 5-6 Oktober 2025 di Mesir
Hamas di Persimpangan: Terima Proposal Damai Trump atau Hadapi Dukungan AS untuk Serangan Israel
Pencegatan Global Sumud Flotilla dan Deportasi Greta Thunberg: Krisis Kemanusiaan Gaza Memanas
Tsunami Politik Barat: Dari Benteng Israel ke Pelukan Palestina
Guncangan Diplomatik: Inggris, Australia, Kanada Akui Palestina, Israel Murka!
Hannah Einbinder Memisahkan Identitas Yahudi dari Negara Israel dalam Pidato Emmy: ‘Free Palestine’
AS vs PBB: Larangan Visa Palestina Picu Pemindahan Sidang ke Jenewa
Mustafa Bargouti Peringatkan Indonesia: Menerima Pengungsi Palestina adalah Tipu Daya Israel
Kelaparan Gaza: Bencana Akibat Pendudukan Israel atau Diamnya Barat?
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Kondisi Terkini dan Langkah Menuju Perdamaian
Pembantaian Tengah Malam-Sahur: Israel Hancurkan Gaza, Darah Anak-Anak Banjiri Jalanan!
DRAMA GAZA: TRUMP BERBALIK ARAH – DARI ANCAMAN PENGUSIRAN HINGGA DIPLOMASI YANG TAK PASTI
Gaza di Ambang Bencana: Kelaparan Massal Mengintai Akibat Blokade Israel yang Kejam
Dibungkam! Aktivis Cerdas Columbia Diculik dalam Serangan terhadap Demokrasi
Mantan Jurnalis BBC Jadi Finalis Miss Universe Great Britain untuk Advokasi Gaza
Liga Arab Dukung Rencana Rekonstruksi Gaza oleh Mesir, Tantang Proposal Trump
Gencatan Senjata Hancur, Gaza Menjerit dalam Lorong Kegelapan
Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Solusi Nutrisi dan Kebersamaan di Sekolah
Liang Wenfeng: Jenius AI China yang Mengguncang Dunia dan Mengancam Hegemoni Teknologi AS
DOSA DAN BANJIR DAHSYAT: KETIKA NEGERI MAKMUR TENGGELAM DAN HUTAN MANGROVE BANGKIT!
Mangrove, Benteng Gaib Penahan Tsunami dan Penyelamat Umat Manusia
MANGROVE: POHON SAKTI PENJAGA BUMI DARI AMUKAN LAUTAN!
Mangrove: Pohon Ajaib yang Menyembuhkan Bumi dan Mengenyangkan Perut Manusia
Serai Wangi: Pahlawan Tak Terduga untuk Lingkungan yang Terluka!
Mangrove Indonesia: Lumbung Karbon Terbesar yang Menyelamatkan Planet!
Krisis Sputnik Baru: Deepseek Mengancam Hegemoni Teknologi Amerika
Laut Terkunci: Pagar Bambu yang Mengurung Masa Depan Nelayan
Isra Miraj: Langkah Kosmik Menuju Harmoni Multikultural
Retakan Tanah Mengintai: Perlombaan Melawan Waktu di Tengah Ancaman Longsor Pekalongan
Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan
Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!
Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!
Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis
Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel