Jakarta, Kowantaranews.com -Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan anak-anak Indonesia, kini menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan. Program ini tidak hanya bertujuan untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang cukup, tetapi juga menciptakan suasana sekolah yang menyenangkan dan mendidik. Namun, di balik tujuannya yang mulia, terdapat berbagai tantangan dan pertimbangan yang perlu diatasi agar MBG dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.
Makanan Bukan Sekadar Kebutuhan Fisik
Makanan tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh, tetapi juga memiliki dampak psikologis dan sosial. Suasana hati, konsentrasi, dan bahkan interaksi sosial dapat dipengaruhi oleh apa yang kita makan dan bagaimana kita makan. Oleh karena itu, program MBG tidak boleh dilihat sebagai sekadar pemberian makanan gratis, melainkan sebagai sebuah pendekatan holistik yang melibatkan aspek nutrisi, budaya, dan pendidikan.
Salah satu tantangan terbesar dalam implementasi MBG adalah perbedaan selera dan kebutuhan makan anak-anak. Tidak semua anak menyukai sayuran, buah, atau menu tertentu. Jika anak dipaksa memakan makanan yang tidak mereka sukai, program ini justru bisa menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan bagi mereka. Oleh karena itu, penting untuk merancang menu yang variatif dan mempertimbangkan preferensi anak-anak tanpa mengorbankan nilai gizi.
Selain itu, perbedaan porsi makan juga menjadi persoalan. Ada anak yang merasa porsinya kurang, sementara yang lain merasa kebanyakan. Untuk mengatasi hal ini, salah satu solusi yang bisa diadopsi adalah sistem prasmanan, seperti yang telah diterapkan di beberapa pesantren. Dengan sistem ini, anak-anak bisa mengambil makanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka, sehingga mengurangi risiko makanan terbuang atau kurang.
Kearifan Lokal dan Kebersamaan
Program MBG juga harus memperhatikan kearifan lokal dan budaya setempat. Misalnya, di beberapa pesantren, makanan tidak disajikan secara individual, melainkan dalam kelompok kecil, biasanya untuk empat santri. Makanan digelar di atas tikar dengan alas daun pisang, dan para santri makan bersama. Cara ini tidak hanya mengajarkan kebersamaan, tetapi juga melatih tenggang rasa dan kepedulian antarindividu.
Selain itu, tradisi makan dengan tangan yang merupakan budaya di banyak daerah di Indonesia sebaiknya dipertahankan. Mengganti tradisi ini dengan penggunaan sendok dan garpu, terutama yang terbuat dari plastik sekali pakai, justru akan menimbulkan masalah baru, yaitu sampah plastik. Sekolah-sekolah yang sudah dilengkapi dengan fasilitas cuci tangan sejak masa pandemi COVID-19 dapat memanfaatkan infrastruktur tersebut untuk mendukung kebiasaan makan yang higienis tanpa harus bergantung pada peralatan makan sekali pakai.
Baca juga : Liang Wenfeng: Jenius AI China yang Mengguncang Dunia dan Mengancam Hegemoni Teknologi AS
Baca juga : DOSA DAN BANJIR DAHSYAT: KETIKA NEGERI MAKMUR TENGGELAM DAN HUTAN MANGROVE BANGKIT!
Baca juga : Mangrove, Benteng Gaib Penahan Tsunami dan Penyelamat Umat Manusia
Pengelolaan Makanan Sisa dan Dampak Lingkungan
Salah satu isu yang sering muncul dalam program pemberian makanan adalah makanan sisa. Jika tidak dikelola dengan baik, makanan sisa bisa menimbulkan masalah lingkungan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah mengolah makanan sisa menjadi pupuk cair. Pupuk ini dapat digunakan untuk kebun sekolah atau bahkan dijual sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler. Dengan cara ini, program MBG tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan anak-anak, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Menu Berbasis Kearifan Lokal
Saat ini, menu yang disajikan di sekolah-sekolah cenderung seragam: nasi putih, ayam goreng, nugget, tempe, sayur, dan buah. Meskipun menu ini memenuhi standar gizi, namun kurang memperhatikan keberagaman budaya dan sumber daya lokal. Padahal, Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang sangat beragam, dan setiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri.
Program MBG seharusnya memanfaatkan kearifan lokal dan sumber daya setempat untuk menciptakan menu yang lebih variatif dan sesuai dengan budaya daerah. Misalnya, di daerah pesisir, menu bisa didominasi oleh hasil laut, sementara di daerah pegunungan, sayuran dan buah-buahan lokal bisa menjadi pilihan utama. Dengan cara ini, program MBG tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan mendukung perekonomian lokal.
Peran Militer dan Transisi ke Pemberdayaan UMKM
Pada tahap awal, program MBG melibatkan peran aktif dari militer. Sebanyak 351 Komando Distrik Militer (Kodim), 14 Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lantanal), dan 41 Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) dikerahkan untuk memastikan program ini berjalan lancar. Diperkirakan sekitar 70 Kodim akan menangani langsung pelaksanaan MBG. Kehadiran militer dalam program ini dianggap penting untuk memastikan distribusi makanan berjalan efektif, terutama di daerah-daerah terpencil.
Namun, dalam jangka panjang, peran militer sebaiknya dikurangi secara bertahap. Program MBG seyogianya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat sipil. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia memiliki potensi besar untuk terlibat dalam program MBG, baik sebagai penyedia bahan makanan maupun sebagai mitra dalam distribusi.
Dengan melibatkan UMKM, program MBG tidak hanya menjadi program pemerintah, tetapi juga menjadi bagian dari gerakan masyarakat. UMKM yang terlibat akan mendapatkan manfaat ekonomi, sementara program MBG menjadi lebih berkelanjutan karena didukung oleh kekuatan lokal.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun program MBG memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak Indonesia, namun masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Pertama, koordinasi antarinstansi harus diperkuat agar program ini bisa berjalan lancar dari hulu ke hilir. Kedua, pendidikan gizi bagi anak-anak, guru, dan orang tua juga perlu ditingkatkan agar program ini tidak hanya sekadar memberikan makanan, tetapi juga mengedukasi tentang pentingnya gizi seimbang.
Selain itu, monitoring dan evaluasi yang ketat diperlukan untuk memastikan bahwa program ini benar-benar mencapai tujuannya. Data tentang asupan gizi, tingkat kepuasan anak, dan dampak sosial-ekonomi dari program ini harus dikumpulkan dan dianalisis secara berkala.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah sebuah inisiatif yang patut diapresiasi. Dengan pendekatan yang holistik, program ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, tetapi juga menciptakan suasana sekolah yang menyenangkan, menghargai kearifan lokal, dan mendukung pelestarian lingkungan. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada kolaborasi semua pihak, mulai dari pemerintah, militer, sekolah, hingga masyarakat sipil.
Dengan melibatkan UMKM dan mengurangi ketergantungan pada militer, program MBG bisa menjadi lebih berkelanjutan dan memberdayakan masyarakat lokal. Pada akhirnya, program ini diharapkan tidak hanya menjadi sekadar program makan gratis, tetapi juga menjadi gerakan nasional yang memperkuat fondasi generasi muda Indonesia melalui gizi, pendidikan, dan kebersamaan. By Kowntaranews
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Liang Wenfeng: Jenius AI China yang Mengguncang Dunia dan Mengancam Hegemoni Teknologi AS
DOSA DAN BANJIR DAHSYAT: KETIKA NEGERI MAKMUR TENGGELAM DAN HUTAN MANGROVE BANGKIT!
Mangrove, Benteng Gaib Penahan Tsunami dan Penyelamat Umat Manusia
MANGROVE: POHON SAKTI PENJAGA BUMI DARI AMUKAN LAUTAN!
Mangrove: Pohon Ajaib yang Menyembuhkan Bumi dan Mengenyangkan Perut Manusia
Serai Wangi: Pahlawan Tak Terduga untuk Lingkungan yang Terluka!
Mangrove Indonesia: Lumbung Karbon Terbesar yang Menyelamatkan Planet!
Krisis Sputnik Baru: Deepseek Mengancam Hegemoni Teknologi Amerika
Laut Terkunci: Pagar Bambu yang Mengurung Masa Depan Nelayan
Isra Miraj: Langkah Kosmik Menuju Harmoni Multikultural
Retakan Tanah Mengintai: Perlombaan Melawan Waktu di Tengah Ancaman Longsor Pekalongan
Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan
Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!
Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!
Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis
Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari