Jakarta, Kowantaranews.com — Situasi di Gaza semakin memanas dan memprihatinkan. Lebih dari 2 juta penduduk Gaza kini berada di ambang bencana kemanusiaan terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Blokade ketat yang diberlakukan Israel terhadap wilayah tersebut telah menghentikan aliran pasokan makanan, obat-obatan, dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Akibatnya, warga Gaza terancam kelaparan massal, sementara komunitas internasional mengecam keras tindakan Israel yang dinilai melanggar hukum humaniter.
Sejak Senin (3/3/2025), Israel secara resmi menghentikan semua bantuan kemanusiaan yang seharusnya masuk ke Gaza. Langkah ini diambil setelah gencatan senjata tahap 1 antara Hamas dan Israel berakhir pada Minggu (2/3). Gencatan senjata yang sebelumnya memungkinkan sekitar 600 truk bantuan masuk setiap hari ke Gaza kini tidak lagi berlaku. Israel menyatakan bahwa penghentian bantuan ini adalah bagian dari strategi untuk menekan Hamas agar menyetujui perpanjangan gencatan senjata fase 1. Namun, dampaknya justru dirasakan oleh warga sipil yang tidak bersalah.
Baca juga : Dibungkam! Aktivis Cerdas Columbia Diculik dalam Serangan terhadap Demokrasi
Baca juga : Mantan Jurnalis BBC Jadi Finalis Miss Universe Great Britain untuk Advokasi Gaza
Baca juga : Liga Arab Dukung Rencana Rekonstruksi Gaza oleh Mesir, Tantang Proposal Trump
Kecaman Internasional: Israel Gunakan Kelaparan sebagai Senjata
Tindakan Israel ini menuai kecaman luas dari komunitas internasional. Dua negara mediator konflik Hamas-Israel, yakni Mesir dan Qatar, secara tegas menuduh Israel melanggar hukum humaniter internasional dengan menggunakan kelaparan sebagai senjata perang. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi bahkan menyebut tindakan Israel sebagai bentuk pemerasan terhadap warga Gaza.
Lembaga kemanusiaan internasional seperti Oxfam juga menyuarakan keprihatinan mereka. Oxfam menilai bahwa Israel telah melakukan hukuman kolektif yang sembrono dan tidak manusiawi. Sementara itu, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) memperingatkan bahwa kegagalan untuk melanjutkan momentum gencatan senjata yang telah berlangsung selama enam pekan berisiko menjerumuskan warga Gaza ke dalam keputusasaan yang lebih dalam.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres turut angkat bicara. Dalam pernyataannya, Guterres mendesak semua pihak untuk segera mengambil langkah-langkah guna mencegah kembalinya kesengsaraan di Gaza. “Akses bantuan kemanusiaan adalah hak dasar yang harus dipenuhi. Tidak ada alasan untuk menahan bantuan yang dapat menyelamatkan nyawa,” tegasnya.
Tom Fletcher, Kepala Kantor Koordinasi untuk Urusan Kemanusiaan PBB, juga menyebut keputusan Israel sebagai “membahayakan”. Menurutnya, hukum humaniter internasional secara jelas mengamanatkan bahwa akses bantuan kemanusiaan harus tetap terbuka, terutama dalam situasi konflik seperti ini.
Dampak Langsung pada Warga Gaza
Bagi warga Gaza, penghentian bantuan ini bukan sekadar ancaman, melainkan kenyataan pahit yang harus mereka hadapi setiap hari. Fayza Nassar, seorang ibu yang tinggal di kamp pengungsi Jabaliya, menuturkan betapa sulitnya kehidupan di Gaza saat ini. “Kami sudah hidup dalam kondisi yang buruk. Tanpa bantuan, kami tidak punya makanan, obat-obatan, atau bahan bakar. Akan ada kelaparan dan kekacauan,” ujarnya dengan suara gemetar.
Selama berbulan-bulan sebelum gencatan senjata, banyak warga Gaza sudah mengalami kekurangan makanan akut. Hamas melaporkan bahwa kurang dari 50% dari jumlah truk bantuan yang disepakati—termasuk yang membawa bahan bakar untuk generator dan kebutuhan mendesak lainnya—diizinkan masuk oleh Israel. Hewan hidup dan pakan ternak, yang penting untuk ketahanan pangan, juga ditolak masuk. Akibatnya, warga hanya bisa menyimpan sedikit makanan, dan sebagian besar keluarga terpaksa mengurangi porsi makan mereka.
Strategi Israel: Blokade sebagai Alat Tekanan
Ini bukan pertama kalinya Israel menggunakan blokade sebagai alat tekanan. Pada awal-awal perang melawan Hamas, Israel juga pernah menghentikan bantuan kemanusiaan untuk mengepung Gaza. Kali ini, Israel kembali menggunakan strategi yang sama, dengan alasan bahwa Hamas telah mengambil alih bantuan-bantuan yang masuk dan PBB tidak mampu mendistribusikannya dengan baik.
Namun, mantan Kepala Human Rights Watch Kenneth Roth menegaskan bahwa Israel, sebagai pihak yang menduduki, memiliki kewajiban mutlak untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan berdasarkan Konvensi Geneva. “Menggunakan kelaparan sebagai senjata adalah kejahatan perang. Israel harus bertanggung jawab atas tindakan ini,” tegas Roth.
Pada tahun lalu, Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) bahkan mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. ICC menyatakan ada dua alasan kuat untuk meyakini bahwa Israel telah menggunakan kelaparan sebagai metode perang. Surat perintah ini semakin mempertegas kecaman internasional terhadap kebijakan Israel di Gaza.
Upaya Diplomasi dan Masa Depan Gaza
Sementara itu, upaya diplomasi terus dilakukan untuk mencegah eskalasi konflik yang lebih lanjut. Beberapa menit setelah gencatan senjata fase 1 berakhir, Israel menyatakan dukungannya terhadap usulan Amerika Serikat untuk memperpanjang fase 1 gencatan senjata hingga hari Paskah, 20 April 2025. Usulan ini diajukan oleh Utusan AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff, yang menyarankan agar Hamas membebaskan setengah dari sandera yang mereka tahan sebagai imbalan.
Hamas saat ini masih menyandera 59 orang, 35 di antaranya diyakini telah tewas. Kelompok ini memperingatkan bahwa setiap upaya untuk menunda atau membatalkan gencatan senjata akan membawa konsekuensi kemanusiaan yang serius bagi para sandera. “Satu-satunya cara untuk membebaskan mereka adalah melalui kesepakatan yang ada,” tegas juru bicara Hamas.
Di tengah situasi yang semakin genting, Mesir telah menyiapkan rencana rekonstruksi Gaza. Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty mengumumkan bahwa rencana tersebut akan dipresentasikan pada pertemuan darurat negara-negara Arab di Kairo, Selasa (4/3). “Kami akan berbicara intensif dengan negara-negara donor utama setelah rencana itu diadopsi dalam KTT Liga Arab nanti,” ujarnya.
Masa Depan Suram Tanpa Solusi Cepat
Tanpa intervensi segera dari komunitas internasional, masa depan Gaza terlihat suram. Blokade yang terus berlanjut tidak hanya mengancam nyawa warga sipil, tetapi juga memperburuk ketegangan politik dan keamanan di wilayah tersebut. Kelaparan massal, kekurangan obat-obatan, dan keruntuhan sistem dasar kehidupan akan menjadi kenyataan pahit yang harus dihadapi warga Gaza jika tidak ada tindakan nyata.
PBB dan lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya terus mendesak Israel untuk membuka akses bantuan. Namun, tanpa tekanan politik yang kuat dari negara-negara besar, upaya ini mungkin akan sia-sia. Warga Gaza, yang sudah hidup dalam penderitaan selama bertahun-tahun, kini hanya bisa berharap pada belas kasihan dunia internasional.
Gaza di ambang bencana. Kelaparan massal mengintai. Dan waktu untuk bertindak semakin menipis. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Dibungkam! Aktivis Cerdas Columbia Diculik dalam Serangan terhadap Demokrasi
Mantan Jurnalis BBC Jadi Finalis Miss Universe Great Britain untuk Advokasi Gaza
Liga Arab Dukung Rencana Rekonstruksi Gaza oleh Mesir, Tantang Proposal Trump
Gencatan Senjata Hancur, Gaza Menjerit dalam Lorong Kegelapan
Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Solusi Nutrisi dan Kebersamaan di Sekolah
Liang Wenfeng: Jenius AI China yang Mengguncang Dunia dan Mengancam Hegemoni Teknologi AS
DOSA DAN BANJIR DAHSYAT: KETIKA NEGERI MAKMUR TENGGELAM DAN HUTAN MANGROVE BANGKIT!
Mangrove, Benteng Gaib Penahan Tsunami dan Penyelamat Umat Manusia
MANGROVE: POHON SAKTI PENJAGA BUMI DARI AMUKAN LAUTAN!
Mangrove: Pohon Ajaib yang Menyembuhkan Bumi dan Mengenyangkan Perut Manusia
Serai Wangi: Pahlawan Tak Terduga untuk Lingkungan yang Terluka!
Mangrove Indonesia: Lumbung Karbon Terbesar yang Menyelamatkan Planet!
Krisis Sputnik Baru: Deepseek Mengancam Hegemoni Teknologi Amerika
Laut Terkunci: Pagar Bambu yang Mengurung Masa Depan Nelayan
Isra Miraj: Langkah Kosmik Menuju Harmoni Multikultural
Retakan Tanah Mengintai: Perlombaan Melawan Waktu di Tengah Ancaman Longsor Pekalongan
Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan
Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!
Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!
Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis
Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari