Jakarta, Kowantaranews.com – Dunia dikejutkan oleh langkah berani Inggris, Australia, dan Kanada yang secara resmi mengakui kedaulatan Negara Palestina pada 21 September 2025. Keputusan ini, diumumkan menjelang Sidang Majelis Umum PBB, menandai pergeseran dramatis dalam kebijakan luar negeri tiga sekutu utama Amerika Serikat, memicu gelombang reaksi dari euforia hingga kemarahan. Dengan konflik Gaza yang telah menewaskan lebih dari 65.000 warga sipil, langkah ini dianggap sebagai upaya untuk menghidupkan kembali solusi dua negara, namun juga menuai kecaman keras dari Israel dan ancaman balasan dari AS. Apakah ini akan menjadi titik balik menuju perdamaian atau pemicu ketegangan baru di Timur Tengah?
Pengumuman Bersejarah yang Mengguncang
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer memimpin langkah ini dengan pernyataan tegas di platform X, menyatakan bahwa pengakuan Palestina adalah “langkah untuk menjaga harapan perdamaian dan solusi dua negara di tengah kengerian Timur Tengah.” Ia menegaskan bahwa ini bukan dukungan untuk Hamas, yang ia sebut sebagai “organisasi teror brutal.” Di Australia, Perdana Menteri Anthony Albanese dan Menteri Luar Negeri Penny Wong mengumumkan pengakuan sebagai bentuk dukungan terhadap “aspirasi sah rakyat Palestina untuk memiliki negara sendiri,” menekankan pentingnya momentum diplomatik. Sementara itu, Perdana Menteri Kanada Mark Carney menawarkan “kemitraan untuk masa depan damai,” menegaskan bahwa langkah ini bertujuan memperkuat Otoritas Palestina (PA) dan mengisolasi Hamas.
Tak lama setelahnya, Portugal menyusul pada 22 September 2025, dengan Menteri Luar Negeri Paulo Rangel menyebut pengakuan ini sebagai “komitmen konsisten Portugal untuk solusi dua negara.” Prancis, Belgia, Luksemburg, dan Malta diperkirakan akan mengikuti langkah serupa di Sidang PBB, menambah jumlah negara pengakui Palestina, yang hingga Mei 2025 telah mencapai 143 dari 193 anggota PBB. Di X, tagar #RecognizePalestine menjadi trending, dengan jutaan pengguna mendukung langkah ini, meskipun ada pula kecaman dari pendukung Israel yang menyebutnya “pengkhianatan.”
Latar Belakang: Konflik Gaza dan Tekanan Domestik
Keputusan ini lahir dari krisis kemanusiaan di Gaza, di mana operasi militer Israel pasca-serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 telah menghancurkan wilayah tersebut. Data Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 65.000 warga sipil tewas, dengan sebagian besar infrastruktur hancur dan kelaparan meluas. Tekanan domestik juga memainkan peran besar, terutama di Inggris, di mana lebih dari separuh anggota parlemen Partai Buruh mendesak pengakuan segera. Ketiga negara menegaskan bahwa langkah ini bukan hadiah bagi Hamas, melainkan upaya untuk memperkuat PA dan membuka jalan bagi negosiasi damai.
Kemarahan Israel dan Ancaman AS
Israel bereaksi dengan keras. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut pengakuan ini “absurd” dan “imbalan bagi terorisme,” merujuk pada serangan Hamas 7 Oktober yang menewaskan 1.200 warga Israel. Ia berjanji melawan langkah ini di PBB. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump, yang kembali berkuasa, menolak pengakuan Palestina dan mengancam Kanada dengan hambatan perdagangan, serta menekan Inggris dan Australia melalui potensi tarif. “Tidak akan ada negara Palestina,” tegas Netanyahu, didukung oleh sikap keras Trump.
Kontroversi dan Kritik
Kritik juga datang dari Italia, dengan Perdana Menteri Giorgia Meloni menyebut pengakuan prematur “kontraproduktif” karena Palestina belum memiliki kedaulatan penuh. Jerman dan Jepang menyatakan dukungan untuk solusi dua negara, tetapi menolak mengakui Palestina saat ini. Di X, warga Kanada seperti
@GwenHope1969 menyuarakan kemarahan, menulis, “Saya Kanada dan TIDAK mengakui Palestina!” Sebaliknya, aktivis seperti Heather McPherson dari NDP Kanada menyerukan tindakan nyata, seperti menghentikan “genosida di Gaza.”
Hannah Einbinder Memisahkan Identitas Yahudi dari Negara Israel dalam Pidato Emmy: ‘Free Palestine’
Implikasi: Simbolis atau Revolusioner?
Meski simbolis, pengakuan ini berpotensi memperkuat posisi Palestina di forum internasional, seperti keanggotaan penuh PBB. Presiden PA Mahmoud Abbas menyebutnya “langkah menuju perdamaian adil,” sementara Hamas menuntut tindakan konkret di lapangan. Namun, kritikus seperti Joseph Massad dari Universitas Columbia memperingatkan bahwa tanpa sanksi terhadap Israel, pengakuan ini berisiko menjadi “gestur kosong.” Ada pula kekhawatiran bahwa Israel akan membalas dengan aneksasi lebih lanjut di Tepi Barat, seperti proyek pemukiman E1 yang dapat memecah wilayah Palestina.
Jalan Panjang Menuju Perdamaian
Pengakuan kedaulatan Palestina oleh Inggris, Australia, Kanada, dan Portugal adalah guncangan diplomatik yang mengisolasi Israel dan menantang dominasi AS di Timur Tengah. Meski membawa harapan untuk gencatan senjata dan negosiasi dua negara, efektivitasnya bergantung pada tindak lanjut konkret, seperti tekanan ekonomi terhadap Israel atau dukungan bagi PA. Dengan Gaza masih bergolak dan Israel semakin terpojok, dunia menanti apakah langkah ini akan menjadi katalis perdamaian atau bara konflik baru. Sidang PBB menjadi panggung krusial untuk menentukan arah masa depan. By Mukroni
Hannah Einbinder Memisahkan Identitas Yahudi dari Negara Israel dalam Pidato Emmy: ‘Free Palestine’
AS vs PBB: Larangan Visa Palestina Picu Pemindahan Sidang ke Jenewa
Mustafa Bargouti Peringatkan Indonesia: Menerima Pengungsi Palestina adalah Tipu Daya Israel
Kelaparan Gaza: Bencana Akibat Pendudukan Israel atau Diamnya Barat?
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Kondisi Terkini dan Langkah Menuju Perdamaian
Pembantaian Tengah Malam-Sahur: Israel Hancurkan Gaza, Darah Anak-Anak Banjiri Jalanan!
DRAMA GAZA: TRUMP BERBALIK ARAH – DARI ANCAMAN PENGUSIRAN HINGGA DIPLOMASI YANG TAK PASTI
Gaza di Ambang Bencana: Kelaparan Massal Mengintai Akibat Blokade Israel yang Kejam
Dibungkam! Aktivis Cerdas Columbia Diculik dalam Serangan terhadap Demokrasi
Mantan Jurnalis BBC Jadi Finalis Miss Universe Great Britain untuk Advokasi Gaza
Liga Arab Dukung Rencana Rekonstruksi Gaza oleh Mesir, Tantang Proposal Trump
Gencatan Senjata Hancur, Gaza Menjerit dalam Lorong Kegelapan
Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Solusi Nutrisi dan Kebersamaan di Sekolah
Liang Wenfeng: Jenius AI China yang Mengguncang Dunia dan Mengancam Hegemoni Teknologi AS
DOSA DAN BANJIR DAHSYAT: KETIKA NEGERI MAKMUR TENGGELAM DAN HUTAN MANGROVE BANGKIT!
Mangrove, Benteng Gaib Penahan Tsunami dan Penyelamat Umat Manusia
MANGROVE: POHON SAKTI PENJAGA BUMI DARI AMUKAN LAUTAN!
Mangrove: Pohon Ajaib yang Menyembuhkan Bumi dan Mengenyangkan Perut Manusia
Serai Wangi: Pahlawan Tak Terduga untuk Lingkungan yang Terluka!
Mangrove Indonesia: Lumbung Karbon Terbesar yang Menyelamatkan Planet!
Krisis Sputnik Baru: Deepseek Mengancam Hegemoni Teknologi Amerika
Laut Terkunci: Pagar Bambu yang Mengurung Masa Depan Nelayan
Isra Miraj: Langkah Kosmik Menuju Harmoni Multikultural
Retakan Tanah Mengintai: Perlombaan Melawan Waktu di Tengah Ancaman Longsor Pekalongan
Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan
Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!
Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!
Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis
Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel