Jakarta, Kowantaranews.com -Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat religiositas yang sangat tinggi. Hasil survei Pew Research Centre menempatkan Indonesia di peringkat pertama dalam hal pentingnya agama dalam kehidupan sehari-hari dan frekuensi doa harian. Sebanyak 98 persen orang dewasa di Indonesia menganggap agama sebagai bagian penting dalam hidup mereka, sementara 95 persen di antaranya berdoa setiap hari.
Namun, ada paradoks besar yang menyertai fakta ini. Di satu sisi, masyarakat mengklaim diri sebagai religius, tetapi di sisi lain, berbagai persoalan moral, sosial, dan hukum justru menunjukkan degradasi nilai yang mengkhawatirkan. Kasus korupsi yang merajalela, tingkat kesopanan digital yang rendah, serta meningkatnya praktik judi daring menjadi potret buram yang bertolak belakang dengan citra religius bangsa. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah religiositas di Indonesia benar-benar mencerminkan moralitas masyarakatnya?
Religius, tetapi Penuh Korupsi
Transparency International (TI) dalam laporan Corruption Perceptions Index (CPI) 2024 menempatkan Indonesia di peringkat ke-110 dari 180 negara dengan skor 34. Semakin tinggi indeksnya, semakin bersih suatu negara dari korupsi. Sebagai perbandingan, negara-negara seperti Denmark dan Finlandia yang hanya memiliki 10 persen penduduk yang menganggap agama penting justru menduduki posisi teratas dengan indeks CPI masing-masing 90 dan 87.
Fenomena ini menunjukkan bahwa religiositas tidak serta-merta berkorelasi dengan integritas. Di Indonesia, praktik korupsi sudah mengakar dari tingkat elite hingga akar rumput. Mulai dari suap dalam birokrasi, serangan fajar dalam politik, hingga kebiasaan mencontek di sekolah, semuanya menggambarkan budaya yang tidak jujur dan bertentangan dengan nilai-nilai agama yang mengutamakan kejujuran dan keadilan.
Tidak jarang, para pelaku korupsi justru datang dari kalangan yang menampilkan citra religius. Banyak pejabat yang menggunakan simbol keagamaan dalam kehidupan publiknya, tetapi di balik itu justru terjerat dalam kasus korupsi besar-besaran. Hal ini semakin memperparah ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemimpin dan institusi negara.
Baca juga : Dana Desa Dikunci! Otonomi Desa Terancam demi Makan Bergizi Gratis?
Baca juga : Anak Muda Berbondong-bondong ke Luar Negeri, Indonesia Krisis Harapan?
Baca juga : Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Solusi Nutrisi dan Kebersamaan di Sekolah
Kesopanan Digital yang Kian Tergerus
Selain korupsi, degradasi moral juga tampak dalam perilaku masyarakat di dunia maya. Microsoft dalam laporan Digital Civility Index (DCI) 2021 menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kesopanan digital terendah di Asia. Fenomena seperti perundungan siber (cyberbullying), penyebaran hoaks, trolling, hingga ujaran kebencian menjadi hal yang lumrah di media sosial.
Ironisnya, banyak pelaku ujaran kebencian di internet berasal dari kelompok yang secara kasat mata tampak religius. Banyak yang dengan mudah mencaci maki, menghakimi, dan bahkan mengancam orang lain dengan dalih membela agama. Fenomena ini menunjukkan bahwa religiositas hanya sebatas simbol tanpa substansi moral yang sebenarnya.
Keadaan ini semakin diperburuk dengan maraknya intoleransi di dunia nyata. Beberapa kasus persekusi terhadap kelompok tertentu, baik berdasarkan agama, suku, maupun orientasi politik, menunjukkan bahwa nilai-nilai kasih sayang dan toleransi yang diajarkan dalam agama belum benar-benar tertanam dalam masyarakat.
Judi Daring: Kecanduan Baru yang Menghancurkan
Salah satu fenomena yang mencerminkan semakin pudarnya nilai moral dalam masyarakat Indonesia adalah meningkatnya praktik judi daring. Laporan Drone Emprit mencatat bahwa Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah pemain judi daring terbanyak di dunia, mencapai lebih dari 200 ribu pemain aktif. Jumlah ini jauh melampaui negara lain seperti Kamboja yang berada di urutan kedua dengan 26 ribu pemain.
Nilai transaksi judi daring di Indonesia mencapai Rp 600 triliun per Maret 2024. Kecanduan judi daring tidak hanya menguras kantong para pemainnya, tetapi juga menghancurkan kehidupan sosial dan ekonomi mereka. Banyak orang terjerat utang, kehilangan pekerjaan, dan bahkan berakhir dengan tindakan kriminal atau bunuh diri akibat tekanan ekonomi yang dihadapi.
Judi daring menjadi bukti lain bahwa nilai-nilai agama belum sepenuhnya membentuk karakter masyarakat. Padahal, hampir semua agama melarang praktik perjudian karena dampaknya yang destruktif. Namun, kenyataannya, masyarakat masih tergoda untuk mencari jalan pintas demi mendapatkan keuntungan instan, meskipun harus melanggar norma agama dan hukum.
Simbol Tanpa Substansi: Agama yang Hanya di Bibir
Paradoks antara religiositas dan moralitas ini menunjukkan bahwa bagi sebagian besar masyarakat, agama hanya sebatas simbol atau identitas, bukan sebagai pedoman hidup yang dijalankan dengan penuh kesadaran. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orang yang menjalankan ritual keagamaan secara rutin tetapi tetap melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran agamanya.
Misalnya, banyak orang yang rajin beribadah tetapi tidak segan untuk berbuat curang dalam kehidupan sehari-hari. Ada yang mengenakan atribut keagamaan tetapi tetap melakukan tindakan diskriminatif terhadap sesama. Fenomena ini mengarah pada hipokrisi kolektif, di mana agama dijadikan alat legitimasi sosial tanpa benar-benar dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa masalahnya bukan pada agama itu sendiri, melainkan pada cara masyarakat memahami dan menjalankannya. Agama tidak cukup hanya dijadikan sebagai identitas, tetapi harus dihayati sebagai pedoman moral yang membentuk karakter individu dan kolektif.
Membangun Kembali Nilai Luhur Bangsa
Indonesia pernah dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran, seperti kesopanan, gotong royong, dan kejujuran. Namun, seiring berjalannya waktu, nilai-nilai ini mulai terkikis oleh pragmatisme, individualisme, dan sistem yang sering kali menciptakan ketidakadilan.
Untuk mengembalikan nilai luhur bangsa, diperlukan pendekatan yang komprehensif, baik dari sisi pendidikan, kebijakan, maupun peran komunitas. Pendidikan karakter harus diperkuat sejak usia dini agar generasi mendatang tidak hanya memahami agama sebagai ritual, tetapi juga sebagai prinsip moral dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, penegakan hukum yang tegas dan konsisten juga menjadi kunci dalam mengurangi praktik korupsi dan perjudian. Tanpa sistem yang kuat, religiositas hanya akan menjadi alat manipulasi yang justru merugikan masyarakat luas.
Lebih dari itu, diperlukan kesadaran kolektif untuk menjalankan nilai-nilai agama secara substansial. Agama bukan hanya tentang berapa kali seseorang berdoa dalam sehari atau seberapa sering ia mengunjungi tempat ibadah, tetapi bagaimana nilai-nilai tersebut diterapkan dalam kehidupan sosial. Kejujuran, empati, dan tanggung jawab sosial harus menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas seorang yang religius.
Indonesia memang menjadi negara yang sangat religius jika dilihat dari aspek ritual dan identitas keagamaan. Namun, jika religiositas diukur dari aspek moralitas dan integritas, Indonesia masih berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Kasus korupsi, rendahnya kesopanan digital, serta maraknya judi daring menjadi bukti nyata bahwa agama belum sepenuhnya menjadi pedoman hidup bagi masyarakat.
Jika paradoks ini terus dibiarkan, maka religiositas bangsa akan semakin kehilangan makna. Oleh karena itu, saatnya bagi masyarakat Indonesia untuk kembali merefleksikan makna sejati dari agama dan menjadikannya sebagai landasan moral yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hanya dengan begitu, Indonesia bisa benar-benar menjadi negara yang tidak hanya religius dalam angka, tetapi juga bermoral dalam tindakan. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Dana Desa Dikunci! Otonomi Desa Terancam demi Makan Bergizi Gratis?
Anak Muda Berbondong-bondong ke Luar Negeri, Indonesia Krisis Harapan?
Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Solusi Nutrisi dan Kebersamaan di Sekolah
Mangrove, Benteng Gaib Penahan Tsunami dan Penyelamat Umat Manusia
MANGROVE: POHON SAKTI PENJAGA BUMI DARI AMUKAN LAUTAN!
Mangrove: Pohon Ajaib yang Menyembuhkan Bumi dan Mengenyangkan Perut Manusia
Serai Wangi: Pahlawan Tak Terduga untuk Lingkungan yang Terluka!
Mangrove Indonesia: Lumbung Karbon Terbesar yang Menyelamatkan Planet!
Krisis Sputnik Baru: Deepseek Mengancam Hegemoni Teknologi Amerika
Laut Terkunci: Pagar Bambu yang Mengurung Masa Depan Nelayan
Isra Miraj: Langkah Kosmik Menuju Harmoni Multikultural
Retakan Tanah Mengintai: Perlombaan Melawan Waktu di Tengah Ancaman Longsor Pekalongan
Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan
Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!
Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!
Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis
Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari