Jakarta, Kowantaranews.com – Langit Indonesia masih bergema dengan kicauan 1.835 spesies burung, menjadikan Nusantara sebagai panggung “konser alam” terbesar di dunia. Laporan Status Burung di Indonesia 2025 membawa nada optimisme bercampur tantangan: ada burung yang kembali menari di udara, tapi ada pula yang terancam kehilangan panggungnya. Dari hutan Jawa hingga rawa-rawa Kalimantan, kisah konservasi ini penuh warna—dari sorak kemenangan hingga peringatan untuk segera bertindak.
Nada Gembira: Burung yang Kembali Bersuara
Mari buka dengan irama ceria! Sebanyak 18 spesies burung berhasil “turun kasta” dari daftar keterancaman IUCN, menandakan populasi mereka mulai pulih. Ini seperti burung-burung ini mendapat tiket VIP untuk hidup lebih aman di alam liar. Dua penutur melodi utama adalah Pecuk-ular Asia (Anhinga melanogaster) dan Ibis Cucuk-Besi (Threskiornis melanocephalus), yang melompat dari status “Hampir Terancam” ke “Risiko Rendah”. Mereka kini bisa terbang dengan santai, seolah berkata, “Kami aman, dunia!”
Namun, bintang sejati adalah Poksai Kuda (Garrulax rufifrons), burung endemis Jawa yang dulu nyaris jadi mitos. Dari status “Kritis” yang bikin jantungan, kini mereka turun ke level “Genting” berkat penemuan populasi baru di 14 lokasi di Jawa. “Bayangkan, kami sedang survei, tiba-tiba dengar kicauan yang kami kira cuma ada di buku cerita!” ujar seorang peneliti Burung Indonesia, wajahnya sumringah. Keberhasilan ini adalah harmoni antara restorasi habitat, penegakan hukum anti-perburuan, dan kerja sama dengan masyarakat lokal. Jadi, kalau kamu mendengar kicauan merdu di hutan Jawa, itu mungkin Poksai Kuda yang sedang menggelar konser comeback!
Baca juga : Kartini Kekinian: Dari Jepara ke Luar Angkasa, Emansipasi Tetap Cetar!
Baca juga : Korlantas: Arus Balik Lebaran 2025 Diprediksi Terbagi dalam Beberapa Gelombang
Baca juga : TSUNAMI PHK DAN DEFLASI: GELOMBANG PEMUDIK LEBARAN 2025 MENYUSUT DRASTIS!
Nada Sedih: Sayap yang Terancam Patah
Namun, seperti lagu dengan nada minor, kabar buruk juga mengiringi. Dua belas spesies burung justru “naik pangkat” ke status keterancaman yang lebih serius. Mentok Rimba (Asarcornis scutulata) adalah salah satu yang paling memilukan, kini masuk daftar “Kritis”. Burung penyuka rawa ini kehilangan panggungnya karena konversi lahan basah jadi perkebunan, ditambah ancaman degradasi lingkungan dan perburuan. “Mentok Rimba ini seperti penyanyi opera yang kehilangan teaternya,” kata seorang aktivis dengan nada prihatin.
Tak hanya itu, delapan spesies burung pantai migran juga sedang kehilangan “rute tur” mereka. Reklamasi pesisir dan konversi lahan basah di Jalur Terbang Asia Timur-Australasia membuat mereka kehilangan tempat singgah. Bayangkan terbang ribuan kilometer hanya untuk menemukan “panggung” mereka sudah jadi kawasan industri! Ini bukan cuma soal burung, tapi juga tentang keseimbangan ekosistem global, karena burung migran adalah duta alam lintas benua.
Komposisi Alam: Data dan Fakta
Dengan 1.835 spesies, Indonesia adalah “festival musik” alam yang tak tertandingi. Sayangnya, jumlah ini turun satu spesies dari 2024 karena Kapinis Kecil (Apus affinis) resmi dianggap bukan penduduk asli Indonesia—mungkin mereka memilih jadi “turis burung” saja. Dari total ini, 85% adalah burung residen yang setia tinggal di Nusantara, sementara 15% adalah migran yang mampir melalui Jalur Terbang Asia Timur-Australasia. Yang bikin bangga, 542 spesies di antaranya adalah endemis—mereka adalah “penyanyi eksklusif” yang cuma tampil di panggung Indonesia, terutama di kawasan Wallacea seperti Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Ancaman: Panggung yang Menciut
Sayangnya, konser alam ini terancam reda. Perburuan liar masih jadi penutup tirai bagi banyak spesies. Burung-burung seperti nuri, cenderawasih, atau jalak sering berakhir di kandang untuk perdagangan atau lomba kicau. “Mereka bukan cuma penyanyi, tapi juga penyerbuk, penyebar biji, dan pengendali hama. Kalau burung hilang, alam bakal sepi,” ujar seorang ekolog dari Burung Indonesia. Bayangkan kalau nggak ada burung yang nyebarin biji mangga—alam bakal jadi panggung tanpa penonton!
Hilangnya habitat juga jadi ancaman utama. Deforestasi di hutan dataran rendah dan pegunungan, terutama di Wallacea, mengancam ratusan spesies endemis. Hutan yang dulu megah kini sering jadi kebun sawit atau tambang. Ini seperti burung-burung kehilangan studio rekaman mereka, terpaksa “manggung” di pinggir jalan.
Harmoni Konservasi: Kolaborasi adalah Kunci
Tapi, Indonesia bukan cuma panggung untuk drama alam—kita juga punya orkestra konservasi yang luar biasa! Burung Indonesia, bersama IUCN dan BirdLife International, bekerja seperti konduktor yang memastikan setiap nada konservasi terdengar jelas. Mereka memantau status burung, merancang strategi, dan memastikan burung-burung ini tetap punya panggung.
Salah satu kisah sukses datang dari Taman Nasional Sebangau di Kalimantan Tengah, yang jadi bukti bahwa manusia dan alam bisa “duet” dengan apik. Ekosistem gambut di Sebangau, yang rusak sejak 1994 akibat kebakaran dan eksploitasi, kini mulai bernyanyi lagi. Berkat kolaborasi antara WWF, Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), Borneo Nature Foundation (BNF), dan masyarakat lokal, kanal-kanal air direstorasi, gambut dibasahi, dan kebakaran dicegah. “Gambut ini seperti penutup lagu yang menyelamatkan—menyerap karbon, mencegah banjir, dan jadi panggung buat burung,” ujar seorang relawan. Hasilnya? Burung seperti Cekakak Sungai dan Bubut Besar kembali tampil, seolah menggelar konser “comeback” di rawa-rawa.
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, dalam kunjungannya ke Sebangau, menabuh genderang semangat. “Konservasi bukan cuma soal pemerintah. Masyarakat lokal adalah penyanyi utama dalam konser ini,” katanya sambil tersenyum ke warga desa. Program pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan ekowisata dan pertanian ramah lingkungan, kini diperluas untuk memastikan hutan tetap hijau dan burung tetap berkicau.
Final: Panggilan untuk Penonton
Laporan Status Burung 2025 bukan cuma daftar lagu tentang burung, tapi juga panggilan untuk kita semua jadi bagian dari konser alam ini. Konservasi berkelanjutan butuh tiga nada utama: perlindungan habitat, pemantauan ilmiah, dan partisipasi masyarakat. Tanpa harmoni ini, burung-burung kita mungkin cuma akan tampil di kandang atau, lebih buruk lagi, cuma jadi catatan di buku sejarah.
Apa yang bisa kita lakukan? Mulai dari hal kecil: dukung produk ramah lingkungan, tolak perdagangan burung liar, atau ikut kegiatan konservasi di daerahmu. Kalau kamu tinggal dekat hutan, dengarkan kicauan burung—itu seperti alam mengirimkan notifikasi, “Kami masih di sini, tapi butuh dukunganmu!” Dan kalau kamu cuma bisa main media sosial, share cerita tentang burung-burung ini. Siapa tahu, postinganmu jadi “lagu viral” yang bikin lebih banyak orang peduli.
Dengan 1.835 spesies, Indonesia adalah panggung konser alam terbesar di dunia. Mari pastikan burung-burung ini terus mengisi langit dengan kicauan, bukan cuma nyanyi di kandang. Karena, seperti kata pepatah, “Kalau burung bahagia, alam pun ikut menari!” By Mukroni
Foto Scientific American
- Berita Terkait :
Kartini Kekinian: Dari Jepara ke Luar Angkasa, Emansipasi Tetap Cetar!
Korlantas: Arus Balik Lebaran 2025 Diprediksi Terbagi dalam Beberapa Gelombang
TSUNAMI PHK DAN DEFLASI: GELOMBANG PEMUDIK LEBARAN 2025 MENYUSUT DRASTIS!
Aktivitas Sesar Sagaing: Pemicu Utama Gempa 7,7 yang Guncang Myanmar dan Asia Tenggara
Sarjana Cumlaude Disandera PHK ? Indonesia Darurat Pengangguran Beredukasi ?
Baju Lebaran Gen Z: Dari Tangerang Hingga New York, Semua Terinspirasi!
BENCANA MEGA-DEFORESTASI: PUNCAK BOGOR JADI KUBURAN HUTAN, JAKARTA LUMPUH OLEH AIR MATA ALAM!
Dilema Besar! Pembangunan IKN atau Kesejahteraan Rakyat?
Retakan Tanah Mengintai: Perlombaan Melawan Waktu di Tengah Ancaman Longsor Pekalongan
Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan
Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!
Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!
Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis
Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari